Empat Puluh

20 1 0
                                    

Fakhri baru saja keluar dari kelasnya dan menduduki lantai lorong didepan kelasnya. Ia bisa melihat dari kejauhan Gebby yang sengaja mempercepat langkahnya. Fakhri memperhatikan gadis itu hingga ia memasuki kelasnya.

'Kenapa tuh cewek? Kok wajahnya muram gitu?' Tanya Fakhri dalam hati lalu ia menggelengkan kepalanya dan mengusap wajahnya. Rasanya banyak peluru pertanyaan memasuki pikirannya. Baru saja Fakhri akan bangkit dari duduknya ia melihat Andhika berjalan ke arahnya.

"Andhika, kenapa tuh wajah kusut banget?" Tanya Fakhri penasaran dan kembali menduduki tempatnya semula. Sementara itu Andhika menyandarkan dirinya pada tiang yang berada di depan kelas mereka. Yaa, lebih tepatnya Andhika dan Fakhri satu kelas.

Fakhri adalah ketua kelas yang bijak bagi teman-temannya. Selain cerdas, berwawasan luas, bertanggung jawab, dan bintang kelas. Sementara Andhika adalah anggota di kelas yang kebetulan hanya bisa menduduki peringkat belasan. Namun ia di acungi jempol dibidang non akademik yakni dance.

"Tadi awak ke kantin, basarobok jo Gebby. Inyo indak namuah mambalian goreang agak ciek se. Pilik bana jadi urang" curhat Andhika kesal dengan bahasa Minangnya.

(Tadi aku ke kantin, bertemu dengan Gebby. Dia tidak mau membelikan aku gorengan meskipun hanya satu aja. Pelit sekali jadi orang).

"Itu kan hak inyo nio mambalian atau indak. Andhika pun kan cuma mintak kan ka inyo?" Tanya Fakhri kepada Andhika tepat sasaran.

(Itu kan hak dia mau membelikan atau tidak. Andhika pun kan cuma meminta kepadanya?).

"Iyo lo ndak Ri. Awak bantuak mamaso inyo lo" ucap Andhika sadar diri.

(Iya pula ya Ri. Aku seperti memaksa dia pula).

"Tapi kan Ari, awak mancaliak inyo takah bapikia kareh. Antah apo nan inyo pikian. O.. iyo inyo kan mantan awak dulu waktu kelas tujuah" jelas Andhika kepada Fakhri dan spontan denyut jantung Fakhri memburu ketika ia mengetahui Gebby adalah mantan Andhika. Kenyataan pahit di pagi hari bagi Fakhri namun ia berusaha menepisnya dengan pikiran positif.

(Tapi Ari, aku melihat dia seperti berpikir cukup keras. Entah apa yang dia pikirkan. O.. iya dia kan mantan aku dulu waktu kelas tujuh).

"Tapi sih awak indak lo lamo jo inyo do. Inyo tu aneh menurut awak." Lanjut Andhika.

(Tapi sih aku tidak lama dengan dia. Dia aneh menurutku.).

Tiba-tiba Fakhri seperti berpikir kembali apa yang di ucapkan oleh Andhika. Namun Fakhri sendiri enggan untuk mengetahui penyebab mereka putus. Yang Fakhri pikirkan sekarang mengapa hanya menyebut nama Gebby saja selalu bisa membuat jantungnya menjadi tidak karuan.

"Ikhlasan se lah Dika. Mungkin inyo masih ma ingek sakik hatinyo dulu jo Andhika." Ucap Fakhri memberikan suport kepada Andhika.

(Ikhlaskan saja andika. Mungkin dia masih mengingat sakit hatimya dulu kepada Andhika).

"Mungkin ado juo bana nyo Ari. Baru tadi awak barani manyapo dan mangecek jo inyo" jelas Andhika.

(Mungkin ada benarnya juga Ari. Baru tadi aku berani menyapa dan berbicara kepadanya).

"Sukses terus lah. Ari masuk kelas dulu." ucap Fakhri singkat lalu bangkit dari duduknya dan memasuki kelas lalu mengeluarkan buku pelajaran miliknya.

Tak terasa para siswa dan siswi telah berdatangan dan menduduki kursi yang biasa mereka pakai untuk belajar. Bel tanda memasuki kelas pun berbunyi seluruh siswa dan siswi langsung saja berlarian keluar lelas menuju lorong yang tepat berada di depan ruang kelas mereka. Para ketua kelas berdiri di depan menghadap teman-temannya. Mengkomando untuk menyiapkan mereka apabila guru yang akan mengajar telah tiba di samping ketua.

"Siap gerak."

"Lencang depan gerak."

"Tegap gerak."

Istirahat di tempat gerak.

"Siap gerak."

GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang