Dua Puluh Satu

20 2 0
                                    

Waktu pulang sekolah pun telah tiba. Beberapa orang murid yang di tunjuk untuk melaksanakan kultum besok berkumpul di dalam kelas. Suasana kelas terasa panas, karena hawa panas dari lapangan menggerogoti masuk ke semua sudut ruangan. Nanda mengipas-ngipas tubuhnya yang mulai di banjiri dengan keringat. Sementara itu Gebby sibuk mencari lagu apa yang akan ia nyanyikan dan Fauzan sedang menyetel gitarnya agar terdengar lebih merdu saat di petik. Rifandi mulai membuka Al-qur'an dan mencari surah apa yang akan di bacanya saat tampil besok dan Nindi pun mencari terjemahan dari surah tersebut. Sementara itu dio membaringkan tubuhnya di lantai kelas yang telah ia sapu sebelumnya.

"Eh..eh.. eeh.. Dio.. ngapain tuh. Nggak ngafal doanya?" Tanya Nanda yang berhenti mengipas-ngipas tubuhnya.

" udah Nanda, tapi Dio capek. Ingin istirahat dulu" ucap Dio lemas.

"Okee.." jawab Nanda. Sementara itu Fauzan melihat Nanda sekilas lalu kembali menyetel gitarnya.

"Gebby udah siap ?" Tanya Fauzan melirik ke arah Gebby yang ada di hadapannya sambil memegangi gitar dengan tangan yang telah stand by di badan gitarnya.

Gebby melihat lirik lagu bertulisan tangan yang akan di nyanyikan besok dan mulai mencoba bernyanyi lalu di iringi oleh petikan gitar dari Fauzan. Gebby sangat serius dan berusaha menjaga suaranya agar tidak terdengar aneh. Saat Gebby sedang latihan nyanyi Nanda mulai menghafal pidato yang akan di tampilkannya besok hari. Sedangkan Destri menyandarkan tubuhnya ke dinding sambil mendehem kecil dan mencoba mengetes suaranya agar tidak terdengar terlalu cempreng saat tampil besok. Saat semuanya telah fokus dan sibuk melaksanakan tanggung jawabnya untuk melakukan tugas mereka. Dio yang yang sedang asyik tidur terbangun dari tidurnya. Lalu ia menyandarkan diri ke dinding kelas yang ada di belakangnya. Kesadaran dio masih belum penuh sehingga matanya masih saja merah dari bangun tidurnya. Dio mengucek-ngucek matanya lalu membuka handphone miliknya dan mencari doa yang akan ia baca besok di internet lalu menyalinnya ke kertas.

***

"Ehem" Nanda berdiri di depan kelas sambil mendehem dan semua mata yang ada di sana melihat ke arah Nanda.

"Mari kita cobain yang akan kita tampilkan besok di depan kelas" ucap Nanda kembali. Seisi kelas termangut-mangut.

"Oke Nanda," ucap Destri dari belakang kelas. Lalu berjalan ke arah Nanda yang berada di depan kelas.

"Ehem.. uhuk..uhuk..." Destri memcoba mengetes suaranya agar tidak terdengar cempreng.

"Eh Destri, mau tampil atau gimana sih? Batuk-batuk mulu. Lebay" ucap Rivandi yang duduk di kursi paling depan sambil menjulurkan lidahnya.

Destri yang telah berada di depan langsung kembali menggulung buku tulis yang ia pegang lalu berjalan ke arah Rivandi dan memukulnya dengan gulungan buku tersebut. Rivandi mengaduh kesakitan dengan wajah yang seakan-akan benar-benar kesalitan.

"Aduh.. duh.." ucap Rivandi dengan wajah yang di buat seolah tidak berdosa.

"Eh... Eh.. ehh. cepat laah... kita coba yang sekali ini dulu, Setelah itu kita pulang lagi. Ini udah sore lho sekolah aja udah kosong gini" ucap Nanda mengingatkan.

Lalu Destri termangut-mangut dan pergi ke depan kelas lalu membuka acaranya dan menutupnya hingga pembacaan doa yang di bacakan oleh Dio. Gebby, Nanda, Destri, Nindi, Dio, dan Rivandi mereka berdoa agar acara esok hari bisa berjalan dengan lancar. Semoga....

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalamualaikum teman-teman 😁
Hehehe... konfliknya masih belum jelas yaa.. 😂 tapi tenang aja.. aku udah siapin konfilk besar di akhir cerita. Ini masih pengenalan, bukan berarti aku bertele-tele nggakk... itu perjalanannya. Semoga kalian suka..

Jangan lupa vote and comment yaa

Aku bukan apa-apa tanpa kalian 😊

Wassalamualaikum wr. Wb


GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang