Empat Belas

34 2 0
                                    

Teeet.. teet.. teeet..

Bel tanda keluar main telah terdengar oleh para siswa atau pun siswi yang lapar. Karena telah menunjukkan pukul 10.20. Ada yang langsung keluar kelas dengan berlarian ke kantin agar bisa mendapatkan tempat duduk untuk makan lantaran tidak bawa bekal. Bahkan ada yang sengaja tidak bawa bekal karena malas menenteng kotak bekal.

Lain halnya di kelas IX.7. Rata-rata di antara mereka membawa bekal. Baik yang laki-laki atau pun perempuan. Ada dua atau tiga orang di antara mereka yang tidak membawa bekal dan pada akhirnya makan di kantin. Sementara yang membawa bekal mereka sibuk menggabungkan meja yang ada di belakang kelas sehingga seperti meja makan yang panjang ukurannya dan mengambil beberapa kursi untuk mereka duduki. Gebby dan Anita berlarian kecil mengambil kotak bekal mereka yang berada di meja dan kursi paling depan.

Lalu ikut mengambil tempat di meja panjang tersebut dan mendaratkan pantatnya ke atas kursi yang mereka dapati di belakang kelas. Beberapa orang siswi dan siswa kelas IX.7 mulai membuka kotak bekal mereka masing-masing. Beraneka ragam lauk pauk yang mereka bawa. Mulai dari Rendang Daging, Gulai Ikan Karang, nugget dengan saos saset sampai dengan Spagetti ada di atas meja panjang tersebut. Mereka saling berbagi baik yang berasal dari keluarga berada sampai dengan yang tidak berada. Tidak ada perbedaan yang terasa di sana. Meja panjang ini menjadi saksi bahwa rasa kekeluargaan itu penting dan harus di junjung tinggi. Apalagi mereka akan segera meninggalkan sekolah sebentar lagi. Ujian UN akan segera di laksanakan lima bulan lagi. Dan itu begitu terasa cepat berlalu. Tak terasa bekal yang mereka bawa mulai menghilang satu persatu ke dalam mulut yang lapar itu.

" Alhamdulillah kenyang " ucap Nanda sambil meletakkan botol air minumnya ke atas meja dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran kursi yang ia duduki.

" Nanda setelah ini kita belajar apa?" Tanya Indah kepada Nanda.

" kabarnya bahas soal UN Ndah.. buat bank soal kata ibuk " jelas Nanda.

" oke Nanda " jawab Indah. Sementara yang lainnya termangut-mangut memahami apa obrolan ke dua temannya tersebut. Tak lama setelah itu mereka mulai merapikan kembali meja yang mereka pakai beserta kursinya dan mereka mulai menduduki kursi mereka masing-masing. Tak terasa jam masuk mulai terdengar. Murid-murid yang masih berada di kantin berlarian menuju kelas mereka masing-masing.

***

Teet.. teet.. teet..

Tak terasa bel jam keluar main ke 2 telah berbunyi. Seorang anak murid laki-laki diminta untuk mengumandangkan adzan dari pengeras suara di ruangan guru piket. Toa-toa besar yang berada di sudut kanan atau pun sudut kiri sekolah mengeluarkan suara yang sedikit keras sehingga kebannyakkan murid yang berada di kelas terlejut. Sementara itu Gebby sedang melepaskan sepatu dan kaos kakinya di tempat duduknya lalu membawa mukena untuk shalat berjamaah di mushola sekolah.

"Nita, yuk ke mushola bentar lagi iqamat tuh" Gebby mengajak Anita dengan semangat.

"By Nita lagi haid. Maaf yaa" ucap Anita sambil memainkan jari tangannya di atas meja.

"Oo okee.." ucap Gebby lalu pergi meninggalkan kelas dengan kaki tanpa sepatu itu. Baru saja Gebby akan meninggalkan kelas..

"Geeeb! Tungguin Nanda juga mau shalat bareng" ucap Nanda setengah berlari ke arah Gebby. Gebby tentu saja berhenti mendadak dan melihat Nanda yang berlari ke arahnya.

"Yukk.. ke mushola" ucap Nanda dengan nafas terengah-engah.

"Yuk.." ucap Gebbu sambil tersenyum kepada Nanda.

Setiba di Mushola iqamat hampir selesai Gebby dan Nanda bergegas mengambil air wudhu lalu melaksanakan shalat dzuhur berjamaah.

***

Setelah shalat dzuhur Gebby dan Nanda melipat kembali mukena yang mereka gunakan. Tak beberapa lama kemudian saat akan berdiri Gebby melihat Fakhri sedang berdoa di syaf paling depan tepat di depannya. Wajah di tekuk dan memejamkan mata. Gebby tersenyum melihat pemandangan ini. Tanpa sadar Nanda membuyarkan lamunan Gebby.

"Heeii..." kejut Nanda sambil tertawa penuh pengejekkan.

"Aa... huuuft Nandaa" ucap Gebby sontak terkejut oleh Nanda.

"Ehem.. sedang apa tuuh? Kok melamun?" Goda Nanda. Tanpa sadar Gebby mulai salah tingkah. Tapi pandangannya tidak bisa lari saat menatap lelaki dengan wajah polos dan manis itu saat berdoa yang tak lain adalah Fakhri.

"Oooh.. anak itu?" Lanjut Nanda dan mengikuti arah pandang Gebby.

"Percuma aja kalo mau ngejar Fakhri Geb. Dia nggak akan pernah mau pacaran. Toh dia anak abi dan umi, Taat agama banget, itu mah hati keras tembok baja tuh. Percuma aja.. cari yang lain aja Geb." Jelas Nanda sekaligus mengingatkan Gebby.

Sebenarnya banyak yang menaruh hati kepada Fakhri hanya saja Fakhri selalu menolaknya. Bahkan yang menyatakan perasaannya, bernama Angely sesama juara umum dengannya di tolak mentah-mentah apa lagi Gebby yang hanya rangking 10 besar. Nanda sengaja bercerita demikian agar Gebby tidak terlalu berharap sama hati tembok baja itu. Pandangan Gebby yang tadinya ingin memiliki Fakhri tiba-tiba kandas karena ucapan Nanda. Sebelumnya Nanda pernah sekelas dengan Fakhri waktu kelas VII SMP. Ia melihat sendiri Angely begitu berharap kepada Fakhri. Dan bukan hanya Angely saja hampir seluruh kelas VII menaruh hati kepada Fakhri karena ia memiliki paras yang begitu membuat hati damai dengan senyum manisnya. Gebby yang tidak mengetahui hal itu langsung memungut telakung yang ia lipat tadi dan mengajak Nanda untuk kembali ke kelas dan melesat keluar mushola.

Saat Gebby dan Nanda telah meninggalkan mushola Fakhri baru selesai berdoa lalu keluar dari mushola. Sebenarnya Fakhri sempat mendengar beberapa percakapan Nanda tadi kepada Gebby dan bahkan ia sempat kehilangan konsentrasi dalam membaca doa. Entah kenapa hatinya merasa sedih ketika mengetahui apa yang di ceritakan Nanda itu memang itulah dirinya.

' apakah aku seperti itu? Mungkin ini saatnya aku mencoba sesuatu yang belum pernah aku coba sebelumnya.. tapi kan itu di larang agama.. apa salahnya mencoba.. pacaran? Oke aku coba ' Fakhri memerangi hatinya sendiri.

Saat baru saja keluar dari mushola ia mengambil sepatunya yang berada di rak sepatu mushola lalu duduk di pekarangan mushola sambil melihat ke kiri dan kekanan matanya tertuju kepada dua orang siswi yang sedang berjalan menuju kelas IX.7. Sesuatu hal yang menarik perhatian Fakhri adalah seorang siswi yang tubuhnya agak sedikit lebih tinggi dari pada teman di sebelahnya. Ia tidak menggunakan alas kaki sementara temannya menggunakan sepatu. Mereka sama-sama membawa mukena. Siswi tanpa alas kaki itu lari sambil menginjit-injit kakinya yang kepanasan menginjak lapangan tanpa atap itu lalu melompat lompat di lorong kelas VIII.2. Sementara itu temannya yang memakai sepatu tertawa di tengah lapangan melihat tingkah laku temannya itu. Fakhri tersenyum, ia tertarik dengan siswi tanpa alas kaki itu. 

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Assalamualaikum teman-teman ini ceritanya kali ini. Agak bingung sih 😂 tapi alhamdulillah nyaris selesai juga (penulis mulai bingung). Maaf masalah di dalam ceritanya belum muncul sabar yaa 😂.
Jangan lupa vote and comment ya 😚

Jazakallahu khairan
Wassalamualaikum

GUGURTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang