Kiandra

9.4K 740 31
                                    

Gadis cantik itu terlihat berbeda dari awalku mengenalnya. Semakin hari kami semakin akrab, Kiki sangat terbuka padaku hingga akupun juga berani untuk bercerita tentang apapun padanya dengan nyaman.

Kami dekat sekali. Seperti sahabat yang sudah puluhan tahun bersama. Seperti tidak ada jarak.

Urusan butikpun rasanya semakin lancar. Aku tidak perlu banyak promosi dan menjelaskan ini itupun Kiki sudah tertarik dan memilih banyak sekali item dari katalog butik senjataku itu.

Aku merasa hari-hariku menjadi lebih ceria dengan hadirnya Kiki. Kami benar-benar nyambung dan aku mulai sadar bahwa Kiki itu sedikit gila karena dia benar-benar lucu hingga sering membuat tertawa karena cerita-cerita lucunya.

Lama-kelamaanpun aku menjadi semakin tahu tentang Kiki, tentang keluarganya, tentang sifat dan kebiasaannya dan juga tentang permasalahan-permasalahan yang dihadapinya termasuk dengan mengenai Tian, kekasihnya.

Walau kuakui aku tidak terlalu peduli jika Kiki mulai bercerita tentang Tian, dan diapun juga jarang melakukannya.

Hingga kusadari semakin lama dekat dengannya, aku semakin tidak bisa membendung perasaanku. Kiki adalah seorang teman yang sangat perhatian dan peduli pada hal sekecil apapun tentang diriku. Dia tidak hanya mampu membuatku merasa bahagia, tapi tanpa dia sadari dia telah membuatku merasa berarti hingga lupa diri.

Aku yang tadinya hanya mengagumi kecantikan dan cara berpakaiannya, sekarang sudah mulai spesifik dengan mengagumi matanya yang cantik, bibirnya yang sensual, lehernya yang jenjang, dan..... Ahhh, Kiki memang benar-benar gadis yang sempurna. Bahkan aku sering tidak bisa menguasai degub jantungku sendiri ketika menatap wajahnya. Dia benar-benar cantik luar dalam, aku terpesona.

Tapi aku hanya berani sebatas mengagumi. Aku memang pengecut.

Banyak hal yang membuatku menahan diri untuk tidak memuji kecantikannya secara langsung, atau sekedar menatap wajahnya lama-lama.

Aku benar-benar membentengi diriku darinya, tepatnya aku berperang melawan perasaanku sendiri.

Aku selalu menanamkan di otakku bahwa Kiki adalah klienku, sahabat dari bosku, dan dia sudah dimiliki oleh seorang laki-laki sempurna jauh sebelum kami saling mengenal. Kulakukan itu agar aku tahu diri. Dan aku sangat bisa menjaga seluruh perasaan dan sikapku padanya.

Tapi tidak setelah aku mulai merasakan yang namanya cemburu. Sial.

Aku benar-benar tidak bisa menahannya, terutama saat aku terpaksa melihat mereka bersama. Rasanya gejolak itu semakin membesar dan siap meledak kapan saja.

Aku lelah tersenyum dan berpura baik-baik saja didepan Kiki saat ada Tian. Dasar brengsek, kenapa aku begitu tidak tahu diri.

Sampai-sampai aku membuat Kiki dengan cepatnya menyadari ketidaksukaanku terhadap Tian.

Aku sangat yakin Kiki sadar aku cemburu, walau dia tidak permah menanyakannya langsung padaku, aku bisa merasakan dari sikapnya yang mulai menjaga jarak aku dengan Tian.

Kami mulai jarang berkumpul bersama, padahal biasanya aku oke-oke saja diajak bergabung dengan teman-teman Kiki setiap akhir minggu, kadang juga ada Citra dan beberapa temannya yang sudah lama kukenal. Aku seperti ikut masuk ke circle pergaulan Kiki, bahkan aku terlihat lebih dekat dengannya ketimbang dengan Citra.

Semakin lama aku makin gemas karena tidak berani mengungkapkan perasaanku, walaupun kedekatan kami sudah lebih dari sekadar teman menurutku.

Ditambah lagi sikapnya padaku membuatku semakin frustasi menahan perasaanku sendiri. Perhatian dan perlakuan Kiki padaku semakin hari makin protektif, sikap manja dan selalau ingin tahu yang berlebihan padaku terlihat jelas setiap saat dari kelakuannya sehari-hari. Aku menyadari setiap perubahan sikap kami, tapi aku tidak pernah mengucapkan perasaan yang semakin hari makin membebani hati. Apalagi aku juga selalu memikirkan apalah Kiki juga sedang merasakan yang aku rasakan terhadapnya?

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang