NAVYN
Aku berjalan perlahan keluar dari ruang dokter, menghampiri Adara yang sedang membaca sebuah majalah sambil menungguiku kontrol. Sudah beberapa kali kontrol Adara memang tidak pernah mau ikut denganku untuk masuk menemui dokter, dia bilang takut ekspresi dan sikapnya padaku membuat dokter curiga dengan hubungan kami. Apa-apaan dia, huh.
Aku duduk disebelahnya dengan perut yang terasa sangat begah, rasanya mual dan lelah sekali, padahal aku tidak melakukan aktivitas berarti seharian ini.
"Hei, gimana?" tanyanya antusias begitu menyadari kehadiranku disampingnya.
"Bahas dijalan sambil pulang aja, yuk?" ajakku sambil menatap ke sekeliling.
Adara memahami kerisihan di mataku karena saat itu banyak antrian ibu hamil yang juga sedang kontrol kandungan.
"Gimana tadi sayang?" tanya Dara lembut, masih dengan keantusiasan yang tidak berubah. Dia memakaikan sabuk pengaman dengan hati-hati agar perutku tetap merasa nyaman.
"Huekk.."
Refleks aku menutup hidung dan mulutku dengan wajah shock, memandangi Dara yang sudah pada posisinya dibalik kemudi dengan perasaan tidak enak hati.
Sial! Kenapa aku bisa kelepasan kayak pengen muntah gini sih di depan Dara....
"Kamu kenapa sayang??" tanya Dara khawatir.
Aku menggeleng cepat, masih dengan tangan menutupi hidung dan mulutku.
"Kamu mual? Eneg?" Dara mendekatiku dan mengusap-usap pelan pipiku. "Pengen muntah?"
Refleks aku mendorong Dara agar menjauhiku dan kali ini aku menutup hidung dan mulut dengan kedua tanganku. "Huekk..."
"Sayang... Hey??" ekspresi Dara semakin terlihat cemas.
Aku menggumam dengan suara yang kurang jelas karena masih menutup hidungku kuat-kuat. "Kamu bau, baby...."
"Hah?!" dengan cepat Dara mengendus-endus bajunya sendiri.
"Masa sih sayang? Sebelum berangkat tadi kan kita mandi bareng, gimana bisa...." Dara masih sibuk mengendus bagian-bagian tubuhnya yang lain dengan panik.
"Egh, bukan bau yang kayak gitu maksudnya, tapi aku ga suka wangi parfum kamu baby. Aku eneg." sahutku sambil berpaling kearah jendela, memunggungi Dara.
"Ya Tuhan, daritadi aku kan disebelah kamu sayang."
"Ya ga tau, tiba-tiba aja."
"Terus gimana??" sahutnya dengan nada suara yang mulai memelas. Kasihan dia.
Aku menatap Adara dengan perasaan bersalah. Masih dengan sebelah tangan menutupi hidungku, aku mengusap-usap wajah Dara.
"Maaf ya baby, sepertinya aku mual bawaan bayi. Aku juga ga ngerti, terjadi gitu aja."
Dara tersenyum tipis. "It's ok, sayang. Aku cari apotik sebentar ya beli masker. Kamu tunggu disini." dia segera beranjak dan meninggalkanku yang masih terjebak dengan perasaan tidak enak hati padanya.
Benar-benar menyusahkan aku ini!
Ada apa sih dengan penciumanku? Biasanya perpaduan harum tubuh Dara yang bercampur dengan parfum favoritnya itu adalah canduku, tapi kenapa sekarang rasanya mual sekali mencium harumnya? Ahh, ada-ada saja!
Tidak sampai dua puluh menit Dara kembali sambil membawa satu bungkus masker. Segera kupakai dan hasilnya lumayan, harum Dara tidak begitu menembus ke penciumanku.
"Maaf ya baby, aku ga maksud bilang kamu bau...." sahutku memelas.
Dara mengusap kepalaku sambil tersenyum. "Ga apa-apa sayang, sepertinya itu normal. Asal kamu jangan alergi sama aku aja, tersiksa nanti akunya ga bisa deket-deket kamu haha."

KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA
RomanceApa yang akan Adara lakukan untuk menemukan cinta yang dia inginkan? Sementara dirinya sendiri tidak bisa menentukan sikap. Siapa yang akhirnya dia pilih? GxG XOXO ❤️