Bidadari Kecilku

5.8K 510 18
                                        

"Hei, lagi apa kamu cantik?"

Kubuka chat di handphoneku, dan kulihat Caca menyapaku siang itu.

Caca adalah gadis yang smart, bicaranya nyambung denganku dan wajahnya pun lumayan manis.

Aku sempat melupakkannya beberapa waktu ini karena sibuk kerja, dan tentu saja karena aku lebih memikirkan Navyn.

"Aku lagi dibutik, kamu lagi dikampus pasti, ya?"

"Waw.. Kok tau?"

"Taulah, emangnya kamu mau kemana lagi siang-siang bolong begini kalau bukan dikampus?"

"Hihi.. Iya juga. Kamu giat banget kerja sih? Lagi kejar setoran ya? Hahaha."

"Tau aja. Aku kejar setoran ga mau kalah sama kernet mikrolet."

"Ih dasar.. Bisa aja kamu. Btw, kapan libur? Emang ga kangen nemenin aku makan es teler?"

"Wah, seru tuh makan es teler. Kapan ya?"

"Terserah kamulah, kan kamu yang sibuk."

"Ah, sibuk apaan sih. Enggaklah...."

"Malam ini, gimana?"

"Hah?"

Hmm, aneh.

Biasanya dulu aku semangat sekali jika Caca mengajakku jalan.

Dia seru dan menyenangkan. Dia tahu sekali caranya membuatku tertawa.

Tapi saat ini aku sangat tidak ingin menemuinya.

Aku malah kepikiran Navyn, sudah jam dua belas dan Navyn belum meneleponku.

Ah, sepertinya inilah saatnya aku melupakan dan menjauhi Caca.

Aku tidak ingin kejadian tentang Faldan kemarin terulang lagi jika aku dekat dengan Caca lagi.

Aku tidak mau Caca yang lumayan agresif itu membuat Navyn cemburu.

"Kok diem gitu, sih? Kamu jadi aneh deh."

Caca membuyarkan lamunan sesaatku.

"Malam ini banget? Hmm, maaf, aku sudah ada janji."

Refleks aku menjawab.

"Oh.. Gitu? Janjian sama pacar kamu yaaa?"

"Iya.. Hehe.." aku merasa sedikit tidak enak.

Sejak terakhir bicara padanya aku sempat menolak pernyataan cintanya, aku bilang ingin sendiri dulu.

Tapi sepertinya Caca tampak santai saja.

"Sama siapa sekarang? Anak mana? Kenalinlah ke aku."

"Em, kapan-kapan aku kenalin ya." Sahutku cepat.

Aku malu sekali kalau sampai Dia tahu aku memacari anak kelas 2 SMA.

"OK deh, met kerja ya kamu. Jangan capek-capek nanti tambah kurus."

"Siap bos!"

Beberapa menit setelah obrolan kami berlalu, baru kusadari, Caca sudah tidak memaksaku untuk memastikan jadwal pertemuan kami untuk makan es teler sebagai basa-basinya.

Mungkin dia sedikit kecewa dengan statusku yang sekarang.

Atau memang akunya yang kepedean?

Hari menjelang malam, dan aku masih disibukkan oleh laporan harianku.

Karena Citra melakukan kesalahan seminggu yang lalu aku jadi harus menyelesaikannya malam ini sebelum tambah parah.

"Gimana, Ra? Pusing ya?" tanya Citra sambil mengotak-atik laptopnya.

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang