Sorry babe, I lied.

4.6K 376 54
                                    

Mademoiselle Butik, 08.57 AM

BRAKK!

Citra kaget sungguhan saat Dara menggebrak meja kerjanya dengan kencang.

"Kasih gue satu alesan yang paling tepat atas keputusan sepihak lo itu, Citra!"

Citra menatap Dara lekat-lekat, jantungnya masih belum berhenti berdetak marathon karena masih kaget dengan kelakuan Adara.

"Jawab, sekarang!"

"Keputusan sepihak?" tanya Citra bingung. "Bukannya ini butik gue ya??"

Dara menarik tangannya dari meja Citra perlahan, nafasnya memburu menahan emosi yang sudah memuncak sejak kemarin. Dia menatap Citra tak percaya.

"Jadi sekarang lo udah mulai bersikap seenaknya? Tanpa ngomong apa-apa dulu ke gue? Dikasih apa lo sama Kiki, hah?!"

"Jaga mulut lo, Ra. Dan mendingan lo lanjutin kerjaan lo." Citra berusaha mengacuhkan Dara dan kembali fokus pada laptopnya.

Dara menatap Citra tajam. Dia tidak percaya yang ada di hadapannya ini adalah sahabat terbaiknya selama ini.

"Lo keterlaluan, Cit!"

"Gue keterlaluan??? Bukannya ini ide lo, ya?? Elo kan yang pengen banget kita dapet investor?!!"

"I know that! Lo boleh ngelakuin apapun, Cit, gue ga pernah protes. Tapi ini Kiandra, Citra. Kiandra!!"

Adara berbalik menuju jendela di sudut ruangan kerjanya, dia meremas rambut panjangnya dengan frustasi.

"Kita bertiga akan bikin butik ini luar biasa, Ra. Percaya sama gue."

"Jadi lo hanya mikirin perkembangan butik ini tanpa sedikitpun mikirin perasaan gue?? Punya hati ga sih lo, hah?!"

Citra berhenti mengetik dan berdiri mendekati Dara.

"Apa ga bisa lo berprasangka positif sedikit aja untuk hal ini, hm?"

"Gimana gue bisa mikir positif, lo udah sangat kelewat batas, Citra!"

"Terus gue harus apa sekarang? Batalin kontrak gue sama dia? Ngebiarin butik ini kehilangan rekanan terbesar?"

"Jadi lo udah bikin kontrak sama dia??? Oh my God, Citra....." Dara benar-benar kecewa dengan Citra.

"Saham yang dia tawar tiga puluh persen, Dara. Lo paham banget kan kita butuh banyak uang buat memperbanyak cabang butik ini?"

Dara melangkah lemah ke meja kerjanya, dia terduduk lemas dan menahan kepalanya yang mendadak berat dengan kedua tangannya di atas meja.

"Lo bener-bener bikin gue gila, Citra. Shit....."

Citra mendekati Dara dengan hati-hati. Dia mengelus rambut Dara dengan perlahan. "Semua akan baik-baik aja, Ra. Bahkan lo masih bagian penting di butik ini. Lo separuh nyawa butik ini, Dara. Come on."

Dara mengusap wajahnya dengan frustasi, dia sengaja bersandar di kursi kerjanya untuk menghindari tangan Citra yang masih berusaha menenangkannya dan sama sekali tidak berhasil.

"Ra, i'm so sorry. Jangan sedih gitu, ya. Gue butuh lo banget, Ra, dan akan selalu begitu."

Stop talking to me, bitch!

Dara muak sekali melihat wajah Citra. Jika saja Citra bukan salah satu orang yang berjasa dalam hidupnya, mungkin sudah Dara cabik-cabik wajahnya.

Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan sekarang? Apa yang harus aku katakan pada Navyn? Dia bisa membunuhku  jika aku jujur tentang hal ini.... Hhhh, sepertinya kematianku sudah dekat.

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang