"Aku mau kenalin kamu ke Mami."
Suara Navyn terdengar biasa saja, bahkan lembut.
Tapi kalimatnya seperti petir disiang bolong bagiku.
"Apa??" tanyaku terkejut. Padahal aku dengar dengan sangat jelas ucapannya barusan.
Navyn menatapku lekat-lekat, anak ini, tahu betul jika aku tidak siap dengan permintaannya.
Sore itu aku baru saja sampai dirumah Navyn.
Aku sengaja menjemputnya sepulang sekolah hanya karena aku tidak mau dia berkeliaran di mall bersama teman-temannya.
Belum juga kami turun dari mobil dia sudah berkata yang tidak-tidak.
"Kapan kamu ada waktu?" tanyanya lagi sambil meraih minuman sodanya dan kembali menatap wajahku.
"Aku... Emm..."
Navyn diam saja, dia membiarkanku merangkai jawabanku sendiri.
"Apa kamu sudah terbiasa melakukan ini? Emm, maksudku, ngenalin pacar kamu ke Mami?" tanyaku pelan.
Aku berusaha sebaik mungkin agar Navyn tidak tersinggung.
Dia hanya mengangguk sebagai jawabannya.
"Perempuan?"
Dia menggeleng.
Aku mendengus pelan.
"Terus? Maksudnya apa kamu ngenalin aku ke Mami kamu??" aku sampai tak habis pikir.
Navyn meraih sebelah tanganku dan menggenggamnya erat.
"Aku mau kamu tahu bahwa kamu spesial. Aku mau kamu yakin kalau aku gak main-main sama hubungan ini."
"Maksud kamu apa ya? Emang kapan aku bilang ga yakin sama kamu? Kamu spesial banget buat aku." Sahutku cepat.
"Kamu... Kamu manis dan aku suka. Akupun mulai sayang sama kamu. Tapi untuk nemuin Mami kamu itu ga gampang Navyn. Kita ga bisa sembarangan. Kamu tahu kan hubungan seperti apa yang kita jalanin sekarang? Kamu... Aku... Kita perempuan Navyn!" aku agak emosi menjawab ucapan navyn.
Aku menarik nafas dan lalu menghembuskannya perlahan. Mencoba untuk menenangkan diriku sendiri.
Aku stres.
"Udah? Apa masih mau dilanjut orasinya?" tanyanya menyindir.
"Gimana aku ga stres, tiba-tiba kamu minta aku temuin Mami kamu. Kamu mau liat aku diusir ya? Kamu mau liat aku dimaki-maki Mami kamu karena mengira aku sudah memanfaatkan anak dibawah umur?!"
Navyn tersenyum tipis.
Senyumannya menyebalkan sekali.
"Kamu ga serius kan sama aku? Kamu emang ga pernah benar-benar menginginkan aku." dia menggeleng kesal.
"Penilaian serius atau enggaknya tuh kamu nilai dari mana sih? Hah? Apa aku harus nikahin kamu juga?!"
"Kamu kenapa jadi sinis gini, sih?!" Navyn mulai terlihat sewot dan kesal sekali.
"Loh, kamu yang memulai bahasan ini dan sekarang kamu salahin aku? Lain kali mikir dulu yang matang, baru ngomong!"
"Aku udah pikirin semuanya, ga kayak kamu yang ga pernah mikirin aku!"
"Apa?" aku menatapnya tak percaya. "Apa kamu bilang?" aku meremas lengannya pelan.
Aku ikutan emosi, dan bukannya menjawab Navyn malah membuang muka dariku.
Navyn masih saja terdiam, aku semakin kesal dibuatnya.
"Kita ga harus nemuin Mami kamu untuk ngebuktiin kalo hubungan ini serius, Navyn. Apa kurang waktu yang aku berikan buat kamu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA
RomansaApa yang akan Adara lakukan untuk menemukan cinta yang dia inginkan? Sementara dirinya sendiri tidak bisa menentukan sikap. Siapa yang akhirnya dia pilih? GxG XOXO ❤️