Antara Bahagia, dan Sedih

5.9K 542 17
                                    

Seminggu berlalu, dan selama itu juga setiap harinya aku berkomunikasi dengan Navyn.

Terkadang aku yang menyapanya via chat, tapi lebih sering Navyn yang memberiku kabar bahkan dia bisa tiba-tiba meneleponku hanya untuk sekedar bercerita mengenai kegiatannya di sekolah atau hal-hal sepele lainnya.

Aku merasa bahagia, aku seperti mendapat sahabat baru yang sangat akrab dan cocok denganku. Aku merasa Navyn sangat bisa memahamiku walaupun jarak usia kami terpaut jauh. Pikiran dan sikapnya ternyata lebih dewasa dari yang kupikirkan.

Aku semakin berani untuk memiliki perasaan lebih terhadap Navyn, gilanya, aku sadar ini adalah hal yang tidak mudah.

Bagaimana tidak? Aku sendiri tidak tahu apakah Navyn mau mencintai sesama perempuan sepertiku atau tidak.

Rasanya sulit menemukan seorang perempuan yang memiliki orientasi seksual sepertiku, terutama aku sama sekali tidak pandai menilainya.

Sampai pada akhirnya aku tahu sendiri tanpa kurencanai sebelumnya.

Hal itu terjadi saat tiga hari lamanya Navyn tidak ada kabar sama sekali, akupun yang sedang sibuk dengan butik tidak menyadari bahwa sudah berhari-hari kami tidak berkomunikasi.

Aku baru saja sampai di butik, aku baru selesai lunch meeting dengan klienku di luar butik.

Sebelum turun dari mobil aku mencoba untuk menghubungi Navyn dan dia langsung menyambutku. Seperti berjodoh, Navyn bilang dia baru saja ingin meneleponku.

"Kemana aja? Kamu lagi banyak ulangan ya, jarang ngehubungin Kakak." tanyaku dengan nada kangen yang tidak Navyn sadari.

"Engga juga sih, Kak. Kakak yang kemana aja?"

Suara Navyn terdengar berbeda, entahlah, aku merasa dia seperti sedang ada masalah dan mencoba menutupinya dariku.

"Kamu sehat?" tanyaku cemas.

"Kok Kakak tau aku lagi sakit?"

"Hah, kamu sakit apa? Udah ke Dokter?" aku terkejut mendengarnya dan seketika rasa khawatirku berlebihan padanya.

"Biasa Kak, kepala aku pusing, semalem badan aku panas tapi sekarang sudah membaik. Ini juga aku lagi di sekolah." Sahutnya tenang.

"Lagi sakit kok sekolah sih kamu? Nanti tambah parah lagi?" aku semakin cemas.

"Yaampun Kak, aku udah biasa kali kayak gini. Masa pusing aja gak sekolah, hehe."

"Yeee malah cengengesan. Serius kamu udah gak apa-apa?"

"Lumayan kak." Jawab Navyn cepat, nada suaranya seperti melemah seperti saat menjawab teleponku tadi.

"Hmm, kamu lagi ada masalah ya? Ayo cerita sama aku."

"Gak Kak, gak ada apa-apa."

"Semakin kamu bilang gak apa-apa aku semakin yakin kamu lagi kenapa-kenapa."

Navyn terdiam agak lama, membuatku semakin tidak sabar.

Akhirnya siang itu juga aku ajak Navyn untuk bertemu, aku ingin membantunya jika memang benar dia sedang ada masalah.

Aku kembali menyalakan mesin mobilku dan bergegas menjemput Navyn disekolahnya.

Urusan butik nanti sajalah, toh Citra tidak tahu tadi aku sudah sempat kembali, pasti dia berpikir aku masih bersama klienku saat ini.

Dari balik stir aku memandangi kearah halaman sekolah yang luasnya bukan main, taman itu tampak indah dengan banyaknya bermacam-macam tanaman bunga dan sangat sangat sejuk karena dikelilingi banyak pohon rindang.

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang