Ristretto

5.5K 435 71
                                    

Sudah satu jam Navyn mondar-mandir mengelilingi kamarnya, dia resah sekali sejak kemarin. Tepatnya, sejak perempuan sialan itu berani menemuinya di sekolah.

Navyn sama sekali tidak menceritakannya pada Dara, sekalipun perempuan itu jelas-jelas memaksanya menjauhi Dara. Navyn tidak ingin dirinya dianggap pengadu oleh perempuan itu.

Navyn hanya pusing bagaimana menyikapi ucapannya, apa yang perempuan itu katakan kemarin benar-benar mengganggu pikiran Navyn. Ahh, bahkan menyebut namanya saja Navyn tidak sudi.

Navyn sama sekali tidak ingin Dara kembali berpaling pada perempuan itu, terutama saat hubungannya dengan Dara semakin membaik, dan bahkan Navyn sudah menyerahkan segalanya untuk Dara seorang.

Ini hari sabtu, dan seperti biasa sekolahnya libur, tapi Navyn belum ada rencana apapun seharian ini karena Dara masih tetap harus bekerja, padahal ada banyak tempat yang ingin Navyn datangi bersama Dara.

Tadi pagi Dara sempat menyapanya sebentar di telepon untuk pamit karena ada meeting dengan kliennya, dan dia juga bilang hari ini tidak akan lembur jadi ingin mengajak Navyn ngopi.

Sebenarnya Navyn tidak terlalu suka kopi dan tidak suka Dara terlalu banyak ngopi, tapi Navyn tidak mau melarangnya terlalu keras. Navyn tidak ingin Dara tersiksa jika dilarang melakukan yang disukainya. Navyn mengalah dan membiarkan Dara yang memilih tempat untuk didatangi malam ini.

Saat ini ada yang lebih membuat Navyn tertarik daripada sekedar berkencan dengan Dara. Navyn ingin melakukan sesuatu yang entah itu apa, dia masih memikirkannya hingga tanpa sadar mondar-mandir seperti orang linglung. Hal itu membuat Navyn sedikit pusing walaupun dia juga sangat antusias sebenarnya.

Navyn melirik jam tangannya, sudah hampir jam sebelas siang, dia semakin resah dan bingung ingin memulai darimana.

Dan tiba-tiba dia terpikirkan satu hal, dia tidak bisa sendirian dan butuh bantuan seseorang.

Ya, Navyn butuh bantuan Vika, sahabat kentalnya sejak kecil. Satu-satunya teman yang mengetahui orientasi seksualnya. Navyn dan Vika selalu bersama hingga SMP, sayang mereka beda sekolah saat SMA karena nilai ujian Vika tidak cukup tinggi untuk bisa menembus sekolah tervaforit di Jakarta itu bersama Navyn.

Dengan cepat dia meraih ponselnya dan menghubungi Vika. Butuh waktu agak lama hingga akhirnya telepon itu terjawab.

"Heeiii nyeeettt!!! Kemana aja lu gue kangeennnn!" sapa Vika setengah berteriak begitu tahu Navyn yang menghubunginya.

"Nyet, gue juga kangen!" balas Navyn tak kalah heboh. "Dimana lo? Ketemuan yuk!"

"Gue lagi eskul cheers, lo mau ketemu dimana? Sejam lagi gue selesai, kok." jawab Vika semangat.

"Yaudah sejam lagi gue jemput ke sekolah, ya?"

Navyn tahu sekali Vika tidak akan pernah menolak ajakannya.

"Seriusan? Oke-oke!"

Navyn segera memutuskan teleponnya dan bersiap-siap untuk menemui Vika. Hanya Vika yang bisa membantunya saat ini.

Dua jam kemudian.

"Are you kidding me?!" pekik Vika tak percaya.

"Sssttt... Suara lo bisa ga gausah secempreng itu?!" desis Navyn tertahan.

Navyn mengajak Vika ke salah satu mall besar di Jakarta Selatan. Saat ini mereka sedang makan siang di sebuah restoran, tempat dimana Navyn menjelaskan seluruh tujuannya hingga mengajak Vika untuk bertemu.

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang