Blast From The Past

5.4K 349 112
                                        

Apartemen Dharmawangsa, 09.00 PM

ADARA
Aku masih mengeringkan rambutku dengan handuk kecil sambil berkaca, kulihat dari cermin besar tampak Navyn sedang bersandar di sudut tempat tidur sambil menatapku penuh arti.

Aku mengabaikan tatapannya dan kembali fokus pada rambutku, sejak aku pulang kerja tadi Navyn sudah bersikap aneh, entah kenapa dia jadi sedikit caper dan... Genit.

Aku kembali sibuk mengeringkan rambut dan lalu memakai sedikit cream pada wajahku. Lagi-lagi mataku rasanya tidak tahan untuk kembali menatap Navyn dari cermin, dan kali ini kulihat dia sedang tersenyum nakal sambil menggerakkan jari telunjuknya agar aku segera menghampirinya.

What the heck??

Aku berbalik dan menatap Navyn sambil bersedekap. "Kamu kenapa sih?? Centil banget."

"Siniiii...." pintanya manja sambil menepuk-nepuk permukaan tempat tidur, agar aku segera menghampirinya.

"Ya aku pasti kesitu, tapi kamu jangan bikin aku takut." sahutku sambil bersandar pada meja rias dengan ekspresi wajah worried.

"Takut kenapa? Emangnya mau aku gigit, hm?"

"Ya abisnya aneh gitu, serem aku." aku bergidik ngeri.

Tapi Navyn malah menertawaiku. "Sini baby, aku kangen tau ga? Seharian kamu ga bales chat aku...." kali ini wajahnya yang mungil itu merajuk, aku mana bisa tahan untuk tidak menurutinya.

Kuhampiri Navyn dan ikut bersandar di sudut tempat tidur, kudekap tubuhnya dari samping dan membiarkannya mencari kenyamanan di bahuku.

"Maaf ya aku banyak kerjaan banget tadi sayang, ga sempet liat handphone." Kukecup kepalanya lama dan lembut.

"Hari ini kamu hanya telepon aku satu kali, akunya kangen banget...."

Navyn menggeliat pelan dalam dekapanku, sepertinya dia sedang menghirup dalam-dalam aroma tubuhku sambil mencari posisi ternyamannya.

"Emmhh sayang, maaf ya? Janji besok aku akan lebih sering lagi hubungi kamu. Jangan ngambek yah?" Sekali lagi kukecup kepalanya.

Navyn mengangguk pasrah sambil perlahan kedua tangannya melingkari pinggangku. Pelukannya membuatku nyaman, seolah dia ingin selalu berada didekatku.

"Baby, hari ini aku mual banget. Berkali-kali ke toilet, tapi ga keluar apa-apa. Kepala aku sampe sakit...."

Yaampun, suaranya manja sekali. Aku jadi gemas.

"Sabar sayang, mungkin memang seperti itu proses kehamilan kamu. Vitaminnya diminum kan, sayang? Buah yang kamu pengenin semua kamu makan, kan?" Navyn mengangguk pasti menjawab pertanyaanku.

"Besok mau aku bawain apa sayang?"

"Sekarang belum tau, kalo besok pengen aku telepon kamu."

"Haha.... Siap nona." Aku mencubit pipinya pelan.

Navyn tersenyum dan menarik sebelah tanganku, dia letakkan telapak tanganku di pipinya yang bekas kucubit barusan. Navyn menggerakkan tanganku agar mengusap pipinya hingga dia merasa nyaman. Kuusap pelan pipi Navyn dengan lembut dan penuh kasih sayang.

Kami melepas rindu setelah seharian tanpa komunikasi yang berarti. Navyn begitu meresapi usapanku, dan aku tersenyum bahagia. Lama aku membiarkan diri kami masing-masing menikmati kebersamaan dalam keheningan.

"Aku ga sabar mau ketemu Eya...."

"Hah? Siapa Eya??" tanyaku bingung.

Navyn mendelik sebal. "Masa lupa? Kan kamu yang kasih nama."

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang