"Ya ampun, Adara!!"
Navyn histeris setengah mati, dia mengambil alih Dara dari dua orang laki-laki setengah tua yang merangkulnya dengan susah payah. Disampingnya, Vika ikut membantu menopang Dara yang tampak lemah dan kesulitan berdiri.
"Kenapa bisa begini, Pak?" tanya Navyn panik.
"Neng ini tadi sewa kuda saya, awalnya saya dampingin, tapi lama-lama maunya jalan sendiri. Terus pas sudah jauh, kuda saya kaget dan hampir melindas anak kecil yang berlarian di sekitar pantai. Sepertinya neng ini panik, sehingga kuda saya ikutan panik hingga neng ini jatuh dan terseret lumayan jauh."
Navyn menganga tak percaya pada apa yang Bapak itu sampaikan. Dia menatap Dara marah.
"Kamu...." desis Navyn tertahan.
"Sakit yang...." wajah Dara memelas menahan tangis.
Ingin sekali rasanya memarahi Dara habis-habisan, tapi melihat kondisi Dara yang sangat menyedihkan itu, Navyn memutuskan untuk segera membawa Dara masuk ke kamar.
"Nyet, tolong urus Bapak ini, ya?"
Vika mengangguk dan membiarkan Navyn meng-handle Dara.
Dengan hati-hati Navyn memapah Dara dan membantunya sampai di tempat tidur.
"Aww...!! Pelan-pelan sayang." rintih Dara menahan sakit disekitar kakinya.
Navyn tidak memedulikan rintihan Dara. Dia fokus memandangi kedua lutut Dara yang berdarah.
"Kita ke dokter."
"Ga mau!"
Navyn menatap Dara dengan sangat serius.
"Kita ke dokter. Sekarang." sahut Navyn yang menegaskan bahwa itu adalah sebuah perintah, bukan pertanyaan.
"Aku ga mau sayang! Tolong bersihin luka-luka ini dan aku akan segera membaik. Janji."
"Kamu terseret jauh di atas pasir, di dalam luka itu pasti infeksi. Berhenti keras kepala atau aku ga akan peduliin kamu."
Navyn berdiri dan segera meraih tasnya tanpa peduli dengan ketidaksetujuan Dara.
Dara memperhatikan Navyn yang tampak sibuk dan panik dengan isi tasnya.
Walau Dara tahu Navyn sedang resah dan sedih, tapi Navyn memasang wajah dingin yang membuat Dara ngeri melihatnya.
Padahal sungguh, Dara benar-benar tidak mau dibawa ke dokter.
"Gimana, Vyn?" tanya Vika yang tiba-tiba datang menghampiri mereka, dengan wajah yang masih panik.
"Di deket sini ada rumah sakit, Nyet? Atau klinik, mungkin?" tanya Navyn gelisah.
"Seingat gue di area sini ga ada, Nyet. Sepertinya kita harus ke tengah kota, lumayan jauh dari sini." Vika tampak mengingat-ingat. "Emang kenapa? Apa parah??"
Navyn menghela nafasnya dengan kesal. "Coba sebentar gue googling." Dia sibuk mengotak-atik handphonenya.
Vika mendekati Dara dan shock melihat kedua lutut Dara yang berdarah dan kotor dipenuhi pasir. Vika juga melihat ada baret besar di tangan Dara.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA
RomanceApa yang akan Adara lakukan untuk menemukan cinta yang dia inginkan? Sementara dirinya sendiri tidak bisa menentukan sikap. Siapa yang akhirnya dia pilih? GxG XOXO ❤️