Sudah dua hari ini komunikasiku dan Navyn memburuk. Kami sama sekali tidak saling mencoba mencari tahu kabar masing-masing.
Aku masih kesal dengan permintaannya yang menurutku sangat mengganggu.
Dan aku yakin dia pasti merasa aku tidak memedulikan permintaannya.
Padahal kalau Navyn mau tahu, aku stres bukan main.
Bagaimana mungkin aku bisa menyiapkan diri untuk menemui Maminya, dan memberitahukan hubungan kami.
Dia pikir ini Amerika? Atau Eropa?
Seenaknya dia memintaku melakukan hal itu.
Bukan begitu caranya jika ingin mendapatkan pembuktian dariku.
Aku bisa melakukan apapun untuk Navyn, apa saja. Tapi tolong jangan yang satu ini.
Dia benar-benar gila.
Beberapa malam ini tidurku tidak nyenyak. Aku bahkan tidak bisa fokus kerja.
Anak SMA ini benar-benar membuatku pusing.
Drrt.... Drrt....
Ponselku bergetar berkali-kali. Aku diam saja tanpa tertarik untuk mengecek siapa yang sedang meneleponku, karena aku yakin itu bukan dari Navyn.
Banyak sekali kudengar getaran.
Karena penasaran akhirnya aku cek juga.
Betapa kagetnya aku karena ada tiga missed call, dan pesan whatsapp dari Kiki.
Ada apa dia meneleponku hingga berkali-kali.
Ah, mungkin aku bisa menemukan jawabannya dari whatsapp yang juga dikirim Kiki tadi.
"Kamu dimana? Ketemuan yuk?"
Deg.
Aku makin kaget. Entah kenapa jantungku deg-deg'an rasanya.
Perutku terasa mules, pikiranku melayang kemana-mana.
Ada apa dia mengajakku untuk bertemu?
Ingin sekali kumenolaknya, tapi aku lebih tak sanggup lagi menolak rasa kangenku pada Kiki.
Apalagi saat ini aku sedang stres, aku tidak tahu lagi harus cerita dengan siapa.
Tanpa pikir panjang, kubalas whatsapp Kiki.
"Kamu mau ketemu dimana?"
*********************
Tergesa-gesa aku memarkir mobil, aku sudah terlambat lima belas menit karena jalanan sangat macet.
Sebelum turun, aku memastikan dandanan wajahku sempurna.
Setelah mengunci mobil, rasa deg-deg'an di jantungku bertambah kuat. Perutku makin mules.
Begitulah jika terlalu semangat dan tidak sabar.
Sore itu juga aku segera menemui Kiki di cafe tempat biasa kami ngopi dulu.
Dari pintu masuk dapat kulihat sosoknya duduk dengan manis.
Ah, wajah itu.
Senyum itu.
Aku rindu sekali melihatnya.
Sambil menarik nafas panjang agar bisa lebih menenangkan diri, aku berjalan perlahan menghampiri Kiki.
Sekuat mungkin aku berusaha menyembunyikan rasa rinduku padanya.
Aku tidak mau membuatnya geer.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA
RomanceApa yang akan Adara lakukan untuk menemukan cinta yang dia inginkan? Sementara dirinya sendiri tidak bisa menentukan sikap. Siapa yang akhirnya dia pilih? GxG XOXO ❤️