Dua bulan berlalu sejak kejadian di cafe sore itu, aku merasa semakin bosan dengan kesendirianku.
Kadang hasratku untuk kembali kepada Kiki begitu besar, tapi aku ingat dengan janjiku pada diriku sendiri untuk tidak mengganggu hubungannya dengan Ratian lagi. Hanya Ratian yang mampu membahagiakan Kiki.
Saat kesendirian melanda waktuku dengan hebatnya, aku berusaha mencari pasangan. Seperti biasa, aku selalu gagal dengan laki-laki sebelum aku memulainya.
Dan aku merasa sepertinya sedang membutuhkan sosok perempuan baru dalam hatiku. Jujur saja, hatiku ingin mendapatkan pengganti Kiki.
Tapi beberapa kali mencoba berhubungan dengan perempuan, aku kembali gagal.
Ada apa dengan diriku? Sepertinya ada yang tidak beres dengan pikiranku.
Entah sudah tiga atau empat atau mungkin lima kali aku mencoba menjalin hubungan dengan perempuan, tapi aku selalu gagal karena merasa tidak mendapat chemistry dengan mereka. Aku sampai merasa lelah dengan rasa penasaranku sendiri.
Aku merasa tidak satupun dari mereka yang mampu mengobati hatiku. Aku pusing, sebenarnya apa sih yang aku cari?!
Hingga pada akhirnya keajaiban itu kembali datang padaku. Di hari yang spesial itu, aku bertemu dengannya.
Navyn. Navynnea Alyn Putri. Pemilik wajah oriental yang cantik dan menarik. Sikapnya polos dan tulus.
Dia, sempurna bagiku.
Flashback
Pertama kali bertemu dengannya adalah ketika aku baru saja selesai meeting dengan salah satu klienku.Saat itu aku tidak langsung kembali ke butik, aku merasa lapar karena saat meeting tidak sempat makan siang bersama klien, maka saat mereka pergi aku lanjut memesan makan siangku.
Sambil menunggu pesananku datang aku hendak ke toilet untuk merapikan dandananku.
Namun saat aku ingin berdiri tiba-tiba kepalaku pusing bukan main, pandanganku sempat gelap sebentar hingga aku kembali terduduk. Takut jatuh.
Kepalaku rasanya sakit bukan main.
Aku mencoba meneguk air putih dengan lemah, pandanganku mulai membaik namun sakit di kepalaku masih sangat terasa.
Aku memijit-mijit kepalaku sendiri dengan harapan sakitnya bisa berkurang. Tapi hasilnya nihil.
Ketika aku mencoba meneguk kembali minumanku seseorang menghampiriku seperti tergesa-gesa.
"Kakak ga apa-apa?"
Aku mencoba memperbaiki pandanganku sekali lagi, ternyata seorang gadis berseragam SMU yang sedang menanyaiku dengan nada khawatir.
Melihat wajahnya kepalaku refleks terangkat, begitu memandangnya aku langsung terpana.
Gadis itu sangat cantik, dia mengenakan seragam sekolah yang dibalut dengan sweater warna tosca yang membuatnya terlihat sangat manis.
"Kak, ga apa-apa?" ulangnya karena aku belum menjawab pertanyaannya.
"Hah? Emmh, aku ga apa-apa." Sahutku cepat.
Wajah gadis itu membuatku sempat ter-distract dari rasa sakit di kepalaku sejenak.
"Serius ga apa-apa? Aku lihat daritadi Kakak kayak nahan sakit di kepala. Pusing banget ya?" tanyanya.
Siapa sih anak ini, aku sempat merasa tidak nyaman karena tidak mengenalnya, tapi kekhawatirannya terlihat serius, aku jadi tidak enak bila tidak meresponnya dengan baik.

KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA
RomanceApa yang akan Adara lakukan untuk menemukan cinta yang dia inginkan? Sementara dirinya sendiri tidak bisa menentukan sikap. Siapa yang akhirnya dia pilih? GxG XOXO ❤️