Klinik
Adara berjalan tertatih, dia merasakan sakit luar biasa pada kedua lututnya yang sudah diperban dan perih pada lengan kanannya yang sobek dan untungnya tidak perlu sampai dijahit.
Begitu selesai mengurus pembayaran, Navyn langsung masuk ke mobil dan duduk dibalik kemudi tanpa memedulikan Adara yang kesulitan berjalan.
Di belakangnya, Vika dengan senang hati membantu Dara masuk ke mobil.
"Aku dibelakang aja, Vik." sahut Dara pelan begitu Vika berniat membukakan pintu depan.
"Loh, Kakak depan aja sama Navyn, biar aku di belakang."
"No, Vik. Please...." Dara memohon, wajahnya penuh keringat, antara sibuk menahan sakit dan ngeri berhadapan dengan Navyn.
"Engga ah, Kak, aku belakang aja." sahut Vika dengan teganya. "Aku ga mau kena sasaran." cengiran Vika membuat Dara sebal.
"Please, Vik. Kali ini aja."
Vika tidak berkutik begitu menatap mata ala ala puppy eyes andalan Adara.
Sambil menghela nafas panjang, Vika membuka pintu dan membantu Adara duduk dengan baik di kursi belakang.
"Nyet, Dara duduk di depan."
Suara Navyn pelan, bahkan sepelan semilir angin, tapi di telinga Dara terdengar seperti sambaran petir.
Dara dan Vika saling menatap. Vika menatap iba kearah Dara, dan Dara menatap Vika dengan wajah penuh keringat.
Dengan sangat terpaksa Dara pindah ke depan. Sepanjang perjalanan dia mati gaya dan berharap pingsan sampai Jakarta, karena bersikap semanis apapun tidak bisa meluluhkan amarah Navyn yang memuncak.
Dan Vika, dengna santainya dia tertidur pulas di kursi belakang. Menyebalkan.
"Sayang aku minta maaf...." Dara mengelus lengan Navyn lembut, tapi dengan kasar Navyn menampiknya.
"Kamu tau ga ini kaki aku sakit banget, perih sayang. Tapi lebih perih kamu cuekin kayak gini...." Dara menunduk sedih. "Kenapa ya tadi kaki aku ga patah aja sekalian...."
Navyn menengok kearah Dara sekilas dan lalu kembali fokus pada jalanan.
"Kamu ngomong apa? Patah?"
Dara tersenyum tipis. Ah, akhirnya dia bicara!
"Iya, harusnya tadi kaki dan tanganku patah sekalian, supaya aku kapok dan mulai nurut sama kamu...."
"Iya, harusnya kaki kamu patah aja biar besok-besok juga sekalian ga bisa nongkrong di cafe sama temen-temen kuliah kamu yang begajulan itu." sahut Navyn tenang.
"Kamu kok gitu, ih? Segala bawa temen-temen aku."
"Emang ada yang salah dari omonganku? Apa perlu aku aja yang patahin kaki kamu sekarang?" tanya Navyn tanpa sedikitpun menoleh ke arah Adara.
"Sayang kok sadis...." Dara menunduk sedih.
"Buat apa aku lembut sama orang yang ga mau dengerin omongan aku? Dirinya sendiri aja ga dijaga, gimana bisa jaga aku??"

KAMU SEDANG MEMBACA
ADARA
RomansApa yang akan Adara lakukan untuk menemukan cinta yang dia inginkan? Sementara dirinya sendiri tidak bisa menentukan sikap. Siapa yang akhirnya dia pilih? GxG XOXO ❤️