Penyesalan

5.2K 407 26
                                    

Navyn berdiri di depan cermin dengan wajah datar. Bingkai sebesar tubuhnya itu memantulkan bayangan dirinya yang pagi itu baru saja terbangun.

Dua jam. Bahkan kurang. Tapi bagi Navyn itu sangat cukup untuk sekedar mengistirahatkan seluruh pikirannya dari semua yang telah terjadi.

Dia masih terlihat cantik walaupun tatapan matanya tidak seceria biasanya. Ada sisa mascara yang luntur di bawah matanya, rambutnya agak berantakan, dan kaos serta celana pendeknyapun kusut sana-sini.

Lama Navyn memandang matanya di dalam cermin yang terletak di dalam kamarnya di apartemen mewah itu.

Dia susuri sejauh apa kesedihan yang tertera di sana. Di sudut hatinya yang terdalam, namun muncul dengan nyata pada sinar matanya.

Sekilas dari cermin besarnya dia melirik bayangan tubuh seseorang di balik tubuhnya, seseorang yang masih terlelap di tempat tidur Navyn.

Seseorang itu berbaring miring, menampakkan wajah cantiknya yang terlihat sangat lelah. Ya, Navyn menghukumnya untuk menemaninya dan tidak tidur semalaman.

Adara. Dia baru tertidur jam 7 pagi, ketika Navyn sudah tidak tega melihat bayangan hitam di bawah mata perempuan yang baru saja mengkhianatinya itu.

Malam kemarin rasanya begitu panjang untuk mereka berdua. Berusaha menyelesaikan masalah dan masih ingin terus bersama walau 'tusukan' yang Dara lakukan padanya terlampau dalam.

Navyn berbalik, menatap Dara dengan utuh, tanpa bayangan dari cermin lagi.

Ada dua perasaan yang muncul bersamaan, rasa cinta yang begitu dalam, dan rasa sakit yang belum bisa hilang.

Navyn tidak ingin kehilangan Dara, kali ini dia mengalah untuk terus mempertahankan kekasih yang baru sebentar bersamanya itu.

Sekejam apapun kesalahan yang Dara lakukan, Navyn yakin, akan jauh lebih menyakitkan jika dia harus kehilangan raga Adara dalam kehidupannya.

Tanpa sadar setetes airmata mengalir di pipi lembut gadis remaja itu. Diikuti dengan tetesan-tetesan lain yang tidak mampu dia tahan.

Adara tampak damai dalam tidurnya, rona lelah di wajahnya menunjukkan betapa dia sudah begitu lelah menjalani harinya.

Navyn menatap wajah tanpa makeup itu dengan dalam dan lama. Dadanya sesak, matanya perih, kepalanya seperti ingin terbakar.

"Aku mencintaimu wanita jahat!" Desis Navyn hampir tanpa suara.

Sekejap kemudian dia beranjak ke dalam toilet dengan terburu-buru, dia harus mendinginkan kepalanya dan menyesapi perih hatinya di bawah shower, sendirian.

Adara kamu harus tahu, kamu baru saja mengubah gadis kecil yang rapuh menjadi perempuan kuat yang tidak takut dengan apapun. Jika perlu, aku rela jadi perempuan yang 'mati rasa'  terhadap apapun demi terus mempertahankan perasaanku padamu. Demi egoku.

ADARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang