Hari yang di tunggu

61 7 0
                                    

"Gimana pa ?, "

Baru saja pak Tomi dan bu Tari masuk ke dalam rumah, mereka berdua sudah dikejutkan dengan empat wajah putra mereka. Reza yang sedang ada tugas kelompok di rumah temannya, jadi tidak bisa ikut menunggu orangtua mereka datang.

"Kalian ini ngapain sih ? Bikin mama kaget aja, " kata bu Tari kesal. Pak Tomi menatap keempat pemuda itu dengan tajam. Sementara yang di tatap hanya nyengir sambil takut dengan tatapan pak Tomi.

"Kalau tanya tentang Rena, nanti aja waktu makan malam. Papa sama mama mau istirahat dulu, " kata bu Tari dengan lembut. Keempat pemuda tadi memasang wajah kecewa.

"Ya udahlah, " Rama sebagai yang tertua berlalu lebih dulu. Kemudian ketiga adiknya mengikuti langkah kakak sulung mereka dengan lesu.

"Liat deh pa. Mereka langsung nggak semangat gitu gara-gara nggak kita kasih tau, " kata bu Tari dengan senyum kemenangan. Pak Tomi ikut tersenyum.

"Mereka antusias ma untuk bisa bertemu Rena, "

"Iya pa. Semoga Ana itu memang Rena ya pa, "

"Iya ma.  Amin, "

Pasutri itu melangkah menuju kamar mereka untuk istirahat seperti yang dikatakan bu Tari tadi dan juga untuk siap-siap makan malam.

»»»»»

Saat makan malam, tidak ada yang membuka suara. Pak Tomi dan bu Tari fokus dengan makan malam mereka. Sementara kelima putra mereka tidak ada yang berani memulai percakapan. Mereka saling tatap tapi tidak ada yang berniat membuka suara.

Pak Tomi yang hampir selesai makan meletakkan sendok nya di atas piring dan minum sedikit. Kelima putranya menatap pak Tomi penasaran.

"Tadi papa sudah bertemu dengan Ana, " pak Tomi menatap kelima putranya satu persatu. Kelima pemuda itu jadi makin penasaran. Mereka menghentikan aktivitas makan malam mereka. Sementara bu Tari mendengarkan pak Tomi sambil tetap menyantap makan malam nya.

"Papa rasa itu memang Rena, " Rama dan keempat adiknya tersenyum senang.

"Tapi sebelum hasil tes DNA keluar seminggu lagi, papa belum bisa meyakinkan kalian kalau itu memang Rena, " seketika senyum kelima pemuda tadi berubah menjadi senyum kecut.

"Jadi kita harus nunggu lagi pa  ?," tanya Reza dengan wajah sedih.

"Sayangnya begitu. Tapi kita pasti bisa menunggu. Lagipula cuma satu minggu. Setelah itu kita bisa berkumpul dengan adik kalian lagi, " pak Tomi tersenyum senang.

"Kalau hasilnya negatif  ?," semua memandang ke asal suara.

"Lu jangan jatuhin harapan kita Ren," kata Roni tidak terima dengan ucapan Rendy. Ya,  yang mengatakan negatif tadi adalah Rendy.

"Gue kan cuma bilang. Lagipula belum ada hasil juga, " kata Rendy cuek.

"Iya. Tapi lu kalau ngomong yang bagusan dikit nggak bisa ? Jatuhin semangat aja lu, " kata Roni kesal.

"Sudah. Lebih baik kita bersabar seminggu lagi. Cuma seminggu. Sebentar kok," kata bu Tari menenangkan keluarga nya. Semua pun terdiam dan merenung. Mereka menguatkan hati untuk bisa menunggu seminggu lagi. Padahal mereka ingin segera bersama Nana lagi.

»»»»»

Besoknya,  Rama dan keempat adiknya berkumpul di kamar Rena. Beberapa barang sudah di ganti sesuai rencana mereka yang lalu. Karena sekarang hari minggu dan mereka sedang tidak ada keperluan, mereka jadi bisa bersantai bersama di kamar Rena. Mereka berlima berada di ranjang. Mereka sedang diam dengan aktivitas masing-masing.

Rama sedang melamun, Romi sedang diam sambil memperhatikan saudara saudaranya, Roni diam sambil bermain game di HP nya, Rendy sedang serius membaca buku, sementara Reza sedang memasang wajah berpikir.

"Ini udah berapa hari sih  ?," tanya Reza.

"Lu jangan belagak bego, Za," kata Rendy datar sambil menatap Reza tajam.

"Lama banget bang seminggu. Hasilnya nggak bisa langsung jadi  ?," kata Reza kesal.

"Lu kira tes DNA kayak tes kehamilan  ?," tanya Rendy cuek.

"Lu kok tau bang  ?," tanya Reza kaget. Begitu juga ketiga kakaknya. Mereka berempat menatap Rendy penasaran.

"Ya tau lah gue. Waktu mama hamil lo,  gue kan liat mama nunjukin tes pack ke papa. Denger kata-kata mama gue tau lah maksudnya alat itu apa," kata Rendy cuek sambil kembali fokus ke bukunya. Keempat saudara Rendy mengangguk paham.

"Eh, tapi ngapain ada lo waktu mama nunjukin tes pack ke papa  ?,"

"Waktu itu gue ikut baca buku di ruangan papa. Mama nggak liat gue kali. Makanya mama main masuk ruang kerja papa sambil nunjukin itu, "

"Oh.., "

Setelah itu tidak ada yang berbicara.  Mereka kembali sibuk dengan aktivitas masing-masing. Mereka berlima diam di kamar itu hingga waktu makan malam. Jika tidak di panggil bu Tari,  mungkin mereka berlima tidak akan keluar dari kamar itu.

»»»»»

Setiap hari,  Rama mencoret tanggal yang telah mereka lewati. Dan setiap hari, kelima saudara itu selalu tidur di kamar adik mereka yang hilang. Mereka sangat tidak sabar menunggu hasil tes itu.

Sementara itu, Ana dan keluarga nya sekarang bisa lebih dekat. Sedikit demi sedikit perasaan Ana yang sempat pesimis dengan hidup dan keluarga nya mulai berkurang. Dia lebih banyak tertawa dan senang berada di rumah.

("Kenapa di saat aku senang dengan keluarga, perasaan ku malah bercampur sedih ?,") batin Ana sambil melihat keluarganya.

»»»»»

Hari hari selanjutnya, keluarga Hesadianto lebih banyak diam dari sebelumnya. Mereka lebih sering melamun. Walau mereka berkumpul bersama pun tidak ada yang berbicara. Reza biasanya yang paling semangat pun hanya diam. Dia jadi ikut ikutan melamun saat di rumah.

Tiba saatnya hari Sabtu. Pak Tomi yang sedang melamun di kantor nya tidak menghiraukan bunyi notifikasi pesan. Pak Tomi terus menatap kosong ke depan. Tapi kemudian lamunan pak Tomi buyar ketika mendengar dering HP nya. Pak Tomi menatap beberapa menit layar HP nya.

"Halo Hans ?,"

Pak Tomi mematikan sambungan telfon dan segera meninggalkan kantor nya menuju rumah sakit. Setelah dari rumah sakit, pak Tomi langsung menyuruh keluarga nya berkumpul dan pak Tomi melajukan mobil nya menuju ke rumah keluarga Hesadianto.

20 menit kemudian, pak Tomi sampai di rumah nya. Setelah memarkirkan mobilnya, pak Tomi segera turun dan masuk ke dalam rumah. Istri dan kelima putranya sudah menunggu di ruang tamu. Pak Tomi duduk di sebelah bu Tari dan mengeluarkan amplop hasil tes DNA dari dokter Hans.

Dengan gerakan perlahan bercampur perasaan cemas, pak Tomi membuka amplop itu. Anggota keluarga nya pun ikut berdebar menunggu surat itu terbuka. Saat surat akhirnya terbuka,  hanya pak Tomi yang dapat melihat hasilnya.

Mata pak Tomi membulat dan bibirnya tersenyum lebar. Pak Tomi menatap istrinya penuh haru.

"Positif, "

Setelah kata-kata itu di ucapkan, berbagai ekspresi muncul. Tapi tentu saja tujuan ekspresi itu cuma satu. Rasa syukur. Dan seperti rencana mereka,  jika hasilnya positif mereka akan segera menjemput Ana.

"Besok kita jemput Rena, " kata pak Tomi semangat. Anggota keluarga nya mengangguk antusias. Akhirnya penantian mereka terbayar. Setelah bertahun-tahun mereka melakukan segala cara untuk menemukan Rena tapi tidak berhasil,  akhirnya tanpa mereka duga kesempatan itu datang dengan sendirinya. Sekarang yang mereka tunggu adalah pulang nya Rena. Putri Hesadianto yang hilang.




~»~»~»~»~»

Terimakasih sudah membaca. Maaf kalau kurang greget. Tolong kritik dan saran nya. Vote nya jangan lupa. Terimakasih 🙏🙏🙏

NaNaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang