Makan malam

13 1 0
                                    

Tepat hari Sabtu, Ana dan Roni ikut membantu Asa bersiap-siap. Mereka membantu merapikan semua barang-barang Asa. Pak Langit juga sibuk mengkonsultasikan keadaan Asa pada dokter.

"Kalian berdua ikut ke rumah gue ya. Pak Lang mau bikin makan malam bersama nanti malam. Buat keluarga gue sama keluarga kalian,"

"Oke. Gue bantu nanti nyiapin makan malam nya," kata Roni yakin.

"Iya. Aku juga," kata Ana senang. Asa tersenyum melihat Ana.

"Ayo, kamu sudah boleh pulang," kata pak Langit yang baru masuk kamar Asa.

"Iya pak Lang," Asa berdiri. Roni mau membopong nya tapi di tahan Asa.

"Gue bisa jalan sendiri," kata Asa.

"Ya udah terserah lo," kata Roni mengalah. Mereka berempat keluar kamar inap Asa.

Mereka berjalan meninggalkan koridor rumah sakit tanpa bicara. Bahkan saat di perjalanan menuju rumah Asa, tidak ada percakapan di antara mereka.

Sampai di rumah Asa, mereka berempat segera masuk. Roni mengantar Asa ke kamarnya. Sementara Ana bersama pak Langit.

"Rena ?,"

"Iya om,"

"Terimakasih. Kamu sudah mau menjaga Asa semingggu ini,"

"Iya om. Sama-sama,"

"Kalau tidak ada kamu, Asa pasti belum sadar sampai sekarang," Ana hanya tersenyum karena bingung mau menjawab apa sekaligus merasa tersanjung.

"Cuma kamu yang bisa menjadi penyemangat Asa. Seandainya kamu bisa menemani Asa terus," Ana tersenyum kaku.

"Ya sudah, kalau kamu mau istirahat kamarnya di sebelah sana," pak Langit menunjuk sebuah kamar.

"Iya om,"

"Om ke kamar dulu ya," Ana mengangguk. Pak Langit mengelus puncak kepala Ana kemudian melangkah pergi.

Ana yang masih belum lelah, melihat sekeliling. Ana ingin berkeliling rumah Asa tapi dia takut sendirian. Dengan terpaksa Ana menuju kamar yang di tunjukkan pak Langit.

»»»»»

Sorenya seperti rencana tadi waktu di rumah sakit, Roni dan Ana membantu menyiapkan acara makan malam. Walaupun kebanyakan yang bekerja adalah pak Langit dan Roni, karena Roni tidak memperbolehkan Ana membantu supaya tidak kelelahan. Tapi Ana juga tetap ikut membantu.

"Udah kamu duduk aja sama Asa sana. Nanti kamu kecapek an, gantian nanti yang sakit. Udah sana," Roni mendorong Ana ke sofa ruang tamu tempat Asa bersantai. Ana sebenarnya masih ingin membantu. Tapi dia malas mau memprotes Roni.

Ana duduk di sebelah Asa. Setelah itu Roni kembali ke meja makan malam. Ana cemberut melihat kepergian Roni.

"Nggak usah cemberut gitu. Ke taman yuk," ajak Asa. Ana hanya mengangguk cuek. Asa menggandeng tangan Ana kemudian mereka berdua pergi ke taman di belakang rumah Asa.

Sesampainya di taman, Ana tersenyum takjub. Taman nya benar-benar terawat dan bunga yang ada disana juga beragam. Asa mengajak Ana duduk di bangku taman. Disana juga ada kolam renang yang besar.

"Taman nya bagus kak," kata Ana.

"Ini aku sama orangtua ku yang tanam. Dulu waktu mereka masih ada, kita suka berkebun sambil bercanda. Kita juga rawat semua bunga disini sama-sama," Asa menjelaskan sambil menatap Ana. Ana ikut menatap Asa kemudian mengangguk.

"Berenang yuk," ajak Asa.

"Ini kan udah sore kak. Aku juga nggak bawa baju ganti,"

"Tenang aja. Ada bajunya mama ku,"

"Tapi aku nggak bisa berenang," kata Ana malu.

"Aku ajarin. Yuk," setelah berfikir Sejenak, akhirnya Ana mengangguk. Mereka berdua melangkah ke tepi kolam renang.

Asa turun ke kolam renang duluan. Kemudian dia membantu Ana turun. Di pinggir kolam, air nya tidak terlalu tinggi. Asa mengajak Ana ke tengah. Asa memegang kedua tangan Ana. Ana dengan hati-hati melangkah mengikuti Asa. Saat hampir sampai di tengah kolam, Ana berhenti.

"Udah aku disini aja. Disana dalem,"

"Kamu pegang pundak aku," Ana menurut saja. Dia berpegangan pada kedua pundak Asa. Asa memegangi pinggang Ana. Kemudian dia kembali melangkah mundur. Mereka semakin ke tengah dan Ana hanya bisa mempertahankan posisinya untuk mengambang dengan berpegangan pada Asa.

Saat sudah sampai di tengah, Asa diam. Dia menatap wajah Ana yang takut. Ana hanya diam sambil melihat air kolam yang dalam.

"Kamu tau nggak, aku pengen banget kamu jadi milik ku. Jadi istri ku. Aku mau kamu nemenin aku untuk selamanya," Ana dan Asa saling bertatapan. Jantung Ana terasa berdetak tidak karuan. Asa terlihat tulus mengatakan itu dan berhasil membuat Ana tersentuh.

Asa mendekatkan dirinya pada Ana. Dia memeluk pinggang Ana sementara Ana masih memegang pundak Asa. Asa mendekatkan wajahnya kemudian mencium bibir Ana dengan lembut. Ana hanya bisa menutup matanya merasakan ciuman penuh cinta Asa.

Asa mencium bibir Ana beberapa kali. Tetap dengan ciuman yang lembut dan seperti menikmati setiap inci dari bibir Ana. Ana hanya diam. Karena dia tidak tau caranya berciuman, dia tidak membalas ciuman Asa.

Setelah beberapa menit, Asa melepas ciuman nya. Dengan jantung berdetak cepat, Ana membuka matanya dan menatap Asa yang tersenyum padanya. Mereka bertahan di posisi itu beberapa saat. Kemudian Asa mencium bibir Ana lagi. Tapi kali ini lebih menuntut tidak seperti tadi. Asa bahkan sampai menggigit bibir Ana.

"Engh," hanya itu yang keluar dari mulut Ana. Asa tersenyum mendengar suara Ana. Setelah beberapa menit, Asa melepas ciumannya. Dia terengah-engah karena kehabisan nafas. Tapi bibirnya tidak hentinya tersenyum.

"Ganti baju yuk. Udah mulai dingin," kata Asa senang. Ana hanya mengangguk kaku. Asa berbalik. Ana pun tiba-tiba jadi panik walaupun tangannya masih di pegang Asa. Asa meletakkan kedua tangan Ana ke pundaknya lagi. Kemudian Asa berenang ke tepi kolam renang yang lain. Ana ikut mengayuh kakinya supaya tidak tenggelam.

Sampai di tepi kolam, Asa keluar duluan. Kemudian baru dia membantu Ana keluar kolam. Setelah itu mereka berdua melangkah masuk ke rumah. Karena pak Langit dan Roni sibuk mempersiapkan meja makan, mereka tidak melihat Asa dan Ana yang basah kuyup masuk ke rumah. Asa mengajak Ana ke kamar orangtua nya.

"Ini ada baju mama ku. Kamu pilih aja yang kamu suka. Pakai aja nggak papa. Kamar mandi nya disitu. Kamu mandi, nanti aku buatkan teh hangat," Ana tersenyum dan mengangguk.

Asa menyentuh pipi kanan Ana kemudian melangkah pergi. Ana tidak berani melihat kepergian Asa. Dia tersenyum sendiri dan menyentuh bibir nya. Dia merasa malu sekaligus senang. Walaupun dia tau ini salah, karena dia masih pacar Andi, tapi rasa bersalah nya kalah dengan perasaan senang nya.

Ana menuju lemari dan memilih pakaian yang dia suka. Sekaligus mengambil pakaian dalam juga. Setelah itu dia pergi mandi dengan senyum masih merekah di bibirnya. Sampai selesai mandi pun Ana masih tersenyum. Asa yang sudah siap, menunggu di tepi ranjang orangtua nya.

"Udah ?," Asa tersenyum.

"Udah," jawab Ana senang.

Asa menyuruh Ana merapikan diri dulu. Ana mengangguk patuh dan menuju meja rias. Dia menyisir rambutnya dan memakai bedak sedikit.

"Udah kak," Asa mengangguk sambil tersenyum. Asa menyodorkan segelas teh hangat pada Ana. Ana meminum nya sampai habis. Setelah itu mereka berdua pun melangkah bersama keluar kamar.

NaNaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang