Hari hari berlalu. Pak Tomi berjanji mengajak Ana ke rumah sakit saat hari Sabtu. Besok sudah hari Sabtu. Dan Asa belum sadarkan diri. Roni dengan semangat menagih janji pak Tomi. Saat waktu makan malam, Roni tersenyum lebar. Hingga membuat keluarga nya kebingungan.
"Lo keliatan happy banget ? Habis dapet hadiah apa lo ?," tanya Rama.
"Habis dapet kepastian," jawab Roni enteng.
"Asik... Dapet pacar baru nih ?," goda Reza.
"Ngaco. Kepastian dari Papa,"
"Hah ? Papa ?," tanya Reza bingung.
"Besok jadi kan Pa ?," tanya Roni senang.
"Iya. Kita semua pergi kesana,"
"Siap...,"
"Sekalian habis dari sana kita makan malam diluar,"
"Oke Pa,"
"Emang besok mau kemana ? ," tanya Rendy. Diikuti anggukan Rama, Romi dan Reza.
"Jenguk Asa,"
"Oh," kata Reza. Rama dan Romi mengangguk paham.
"Aku kasih tau pak Langit ya ?," tanya Roni.
"Iya. Kamu kasih tau dia. Sekalian Andi & Moya kamu kasih tau," perintah pak Tomi.
"Aku kasih tau Moya aja. Papa yang kasih tau Andi," kata Roni datar. Pak Tomi tersenyum geli dan kemudian mengeluarkan hp nya.
"Ayo mulai makan,"
Semuapun mulai melahap makan malam mereka dengan tenang. Tanpa ada yang menyadari Ana tersenyum dan terlihat sangat lega.
»»»»»
Besoknya saat senja, semua sudah berkumpul di teras rumah keluarga Hesadianto. Termasuk Andi dan Moya. Setelah yakin siap semua, mereka masuk ke dalam mobil.
Ana, Rama dan Roni ikut di mobil pak Tomi. Sementara Andi, Moya, Romi dan Reza ikut di mobil Rendy. Sebenarnya Andi ingin ikut dengan Ana. Tapi karena dilarang Roni, akhirnya Andi mengalah saja.
Sekitar 20 menit kemudian, mereka sampai di rumah sakit. Mereka turun dari mobil dan menuju kamar inap Asa bersama-sama. Saat sampai di depan kamar, yang masuk duluan Rama dan Romi. Kemudian Rendy dan Reza, setelah itu pak Tomi, bu Tari, Andi dan Moya. Dan yang terakhir Ana dan Roni.
"Papa kalian sudah menjelaskan semuanya. Om paham. Dan terimakasih Rena kamu akhirnya datang,"
"Iya sama-sama om," Ana tersenyum lebar.
"Asa masih belum sadar. Coba kamu bilang kalau kamu ada disini,"
"Iya om," Ana menuju kursi di sebelah ranjang. Ana duduk disana dan melihat Asa lekat lekat. Ana yang kasihan pada Asa hampir saja meneteskan air mata.
"Kalau gitu kita tinggal keluar dulu," pak Langit mengajak Roni keluar. Dengan patuh Roni ikut pak Langit keluar kamar inap Asa.
"Kak Asa, bangun dong. Aku udah dateng nih,"
"Kak Asa. Bangun. Masa aku di biarin ngomong sendiri sih ?,"
"Ana," Asa mulai mengigau.
"Iya. Aku disini,"
"Ana," tangan Asa terangkat. Asa terus mengigaukan nama Ana. Ana dengan ragu meraih tangan Asa.
"Iya. Ini aku kak. Ana," Asa pun diam. Tangan Ana di genggam erat oleh Asa. Ana tersenyum sekaligus gugup karena genggaman tangan Asa. Dan juga ada Andi disana. Dia takut Andi salah paham. Tapi melihat wajah tenang Asa, Ana jadi ikut tenang. Dia fokus menatap wajah Asa yang tidak berbingkai kan kacamata nya.
»»»»»
Beberapa menit kemudian orangtua Ana masuk di temani Roni dan pak Langit. Mereka melihat tangan Ana yang di genggam Asa.
"Ayo pulang Na," ajak bu Tari.
"Tapi Ma," Ana menunjuk tangannya. Roni yang gemas menarik tangan Ana tapi tidak bisa terlepas. Roni menarik tangan Ana dan Asa bersamaan tapi tetap tidak terlepas.
"Ck. Manja amat. Baru ketemu udah genggam genggam," dumel Roni.
"Boleh Rena menginap disini ?," pintar pak Langit.
"Kalau gitu aku juga disini," kata Roni tegas.
"Ya sudah. Kalau begitu kita sekalian makan malam disini saja. Kita pesan makanan," kata pak Tomi segera memutuskan.
"Setuju pa. Aku hokben, burger, sama minuman soda," kata Roni semangat.
"Ya sudah. Sebentar. Papa tanya yang lain dulu. Kamu pesan apa Lang ?,"
"Samain aja," setelah itu mereka keluar. Roni yang tinggal di ruang inap Asa, menatap Asa kesal.
"Untung sahabat gue. Kalau bukan, udah gue getok atau gue siram biar sadar,"
"Kak Roni nih. Kak Asa kan lagi sakit,"
"Cari perhatian lo aja itu Na,"
"Kak Roni...,"
"Iya iya. Ya udah gue keluar dulu. Ngambil makanan,"
"Iya kak,"
Roni pun melangkah keluar meninggalkan Ana dan Asa. Ana melihat Asa lekat lekat. Asa terlihat tenang. Dia terlihat tidur nyenyak dan bernafas dengan teratur. Ana ingin bicara tapi bingung ingin bicara apa. Akhirnya Ana hanya diam menatap Asa.
»»»»»
10 menit kemudian, Roni masuk membawa dua box, dua kantung kertas dan dua gelas plastik. Dia meletakkan sebuah box bundar dan segelas minuman di atasnya ke hadapan Ana. Kemudian dia duduk di tepi ranjang Asa, dia duduk di sebelah Ana.
"Lo bisa makan kan ?,"
"Bisa kok," Roni membukakan tutup box makanan Ana. Minuman Ana di letakkan di atas nakas. Kemudian Ana mulai melahap makanan nya. Begitu juga dengan Roni.
"Makanan lo enak Na ?,"
"Enggak. Rasanya biasa aja. Sedikit manis. Selain itu rasanya ya biasa aja. Nggak ada asin atau pedas," Ana di belikan makanan nasi merah dengan lauk tahu rebus, sayuran rebus dan telur rebus.
"Wah, nggak enak ya. Mau makanan gue nggak ?,"
"Nggak usah deh. Entar kita di marahin, lagi,"
"Nggak papa. Enakan makanan gue," Roni menyodorkan kotak makan nya.
"Ya jelas lah,"
"Ya udah ayo makan,"
"Nggak usah. Aku makan ini aja kak,"
"Udah nggak papa. Makan ini aja ,"
"Nggak usah kak. Udah aku mau makan ini aja," Ana mendorong kotak makan nya ke sebelah kiri nya dan makan dengan membelakangi Roni. Roni tersenyum geli menatap punggung Ana.
"Ya udah, ya udah. Selamat makan,"
"Iya,"
Mereka berdua makan dengan tenang. Yang terdengar hanya mesin detak jantung Asa. Ana melihat Asa yang masih terlelap.
"Lo sayang sama Asa, Na ?," Ana terdiam di tempat nya. Itu pertanyaan menjebak. Roni sebenarnya tau tapi dia mau memastikan saja. Tapi bahkan Ana sendiri sebenarnya bingung menganggap Asa apa. Dia sayang, tapi bingung sayang sebagai apa. Lagipula status nya sekarang masih pacar Andi. Bagaimana mungkin Ana menyayangi Asa. Roni benar-benar membuat Ana dilema.
KAMU SEDANG MEMBACA
NaNaNa
Teen FictionJika sudah waktunya... hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Semua hal tak terduga terkadang adalah hal yang paling di harapkan. Jangan pernah menyalahkan keadaan. Tuhan tau yang terbaik untuk umat Nya