Kecewa

20 3 0
                                    

Sejak Asa ikut pamannya rapat hari itu, Asa jadi sering ikut pak Langit rapat. Apapun harinya. Tapi pastinya jika Asa tidak ada jam kuliah.

Andi pun jadi bingung sendiri. Asa suka sekali mengambil perhatian Ana. Dan karena hubungan Ana dan Andi masih menjadi rahasia untuk orang lain, Andi jadi tidak bisa berbuat apa-apa. Dia hanya mengawasi. Jika Asa sudah mulai menyentuh Ana, Andi baru menegur. Karena tujuan cemburu pastinya. Bukan karena urusan kerja.

Tapi di suatu hari, Asa tidak ikut pak Langit datang rapat. Asa sedang ada tugas kelompok. Jadi terpaksa tidak bisa ikut rapat. Andi justru bersyukur dan memanfaatkan waktu itu. Saat pak Tomi sibuk rapat, Andi mengajak Ana ke cafetaria. Andi asik mengajak Ana ngobrol sambil menggenggam erat tangan Ana.

Mereka tidak mengetahui kalau bu Tari datang ke kantor dengan tujuan ingin makan siang bersama pak Tomi dan Ana. Dan sebelumnya bu Tari belum mengabari pak Tomi karena baru kepikiran saat jam makan siang datang. Jadi tanpa diketahui pak Tomi dan Ana, bu Tari datang.

Bu Tari langsung menuju ruangan pak Tomi. Tapi tidak ada siapapun. Bu Tari menelfon pak Tomi dan Ana juga tidak ada jawaban karena HP nya sama-sama di mode diam. Akhirnya bu Tari keluar. Bu Tari melihat beberapa karyawati sedang mengobrol.

"Permisi, pak Tomi sama Rena kemana ya ?," tanya bu Tari tiba-tiba membuat karyawan yang sedang istirahat itu terdiam dan melihat bu Tari.

"Pak Tomi sedang rapat bu. Mbak Rena tadi saya lihat ke cafetaria di temani mas Andi bu, " kata satu karyawati dengan takut.

"Oh, gitu. Terimakasih ya, " bu Tari tersenyum tulus. Karyawati itu ikut tersenyum segan. Bu Tari melangkah pergi ke cafetaria diikuti tatapan hormat karyawan disana.

»»»»»

Bu Tari sampai di cafetaria. Setelah melihat sekeliling, akhirnya bu Tari melihat Andi dan Ana. Bu Tari melangkah mendekat hingga beberapa meter dari mereka berdua.

Tapi semakin dekat, bu Tari dapat melihat tangan mereka yang bertautan di atas meja. Bahkan Andi terlihat mencubit pipi Ana dengan gemas.

Dengan geram bu Tari semakin mendekat. Yang pertama kali menyadari kedatangan bu Tari adalah Ana. Ana langsung melepas genggaman tangannya dengan Andi. Andi terus bertanya dan mencoba meraih tangan Ana lagi.

"Mama, " setelah mendengar Ana berkata baru Andi berhenti bertanya dan menoleh.

"Plak, " baru saja Andi menoleh, satu tamparan mendarat di pipinya. Ana terpaku melihat kejadian tidak terduga tadi.

"Saya sudah tidak suka sejak pertama melihat kamu dan kamu jadi bodyguard Rena. Karena saya tau kalian seumuran, saya takut kalian memiliki hubungan. Dan ketakutan saya benar. Berani sekali kamu menyentuh anak saya. Kamu tau kan saya tidak suka anak saya pacaran. Saya tidak membedakan siapapun. Mau itu anak presiden sekalipun, saya tidak akan merestui jika berpacaran dengan anak saya. Kalian masih kecil. Kalian harusnya fokus meraih masa depan. Bukannya pacaran begini, " Andi menunduk menahan amarah dan sakit di pipi nya. Sementara Ana yang melihat orang-orang cafetaria mulai memperhatikan mereka membuat Ana berusaha menenangkan bu Tari.

"Ma udah. Malu diliatin ma, "

"Mama nggak perduli. Mama kecewa sama kamu Na. Mama kira kamu bisa jaga hati supaya tidak terjebak hubungan dengan pemuda manapun. Tapi... ," Ana menunduk merasa bersalah. Bu Tari menarik nafas.

"Kita ke ruangan papa sekarang. Kamu juga, " baru saat itu Andi mengangkat kepala. Ana segera berdiri dan mengikuti langkah bu Tari yang menuntunnya. Andi mengikuti di belakang dengan ekspresi datar. Ana menunduk karena merasa bersalah pada bu Tari sekaligus Andi yang tadi tiba-tiba di tampar.

»»»»»

Sebelum sampai ruangan pak Tomi,  bu Tari menyuruh satu karyawan memanggil pak Tomi untuk ke ruangan nya tanpa perduli kalau pak Tomi sedang rapat. Bu Tari pun tidak bisa di bantah dan ngotot menyuruh karyawan itu. Dengan terpaksa akhirnya karyawan itu melangkah ke ruang rapat sementara bu Tari dan dua muda-mudi tadi melangkah kembali ke ruangan pak Tomi.

"Kenapa ya ? Tadi baru dateng kan bu Tari ramah. Sekarang nyeremin, " bisik satu karyawati.

"Iya. Ada masalah apa ya ?!," bisik karyawati yang lain.

"Ya kan kalian tau. Bu Tari anti sama kata pacaran. Udah tau kali kalau anaknya pacaran sama Andi, " timpal karyawati lain.

"Iya kali ya. Ribet ya dari dulu. Nggak berubah, "

"Iya, "

"Heh udah udah. Pak Tomi bentar lagi keluar. Kalau denger bahaya kalian, " nasihat karyawan yang di suruh bu Tari tadi. Dan benar saja. Pak Tomi melangkah melewati mereka. Dengan segera semua kembali ke tempat masing-masing.

"Ada apa ma ?. Papa lagi ada rapat penting. Dan mama kenapa tiba-tiba ada di kantor ?,"

"Mama rencananya mau ajak makan siang bareng. Tapi nggak ada yang bisa di hubungi. Dan papa harus jelasin. Papa tau nggak kalau mereka berdua pacaran ?," tanya bu Tari penuh amarah.

Pak Tomi melihat Ana dan Andi bergantian. Yang di lihat hanya memasang wajah sedih, takut, marah, dan malu menjadi satu. Pak Tomi menghela nafas pelan kemudian melihat istrinya. Pak Tomi mengangguk pelan.

"Papa tau kan mama nggak mau anak kita ada yang pacaran sebelum bekerja. Kenapa papa ijinin?! Pake di rahasiain dari mama. Papa mau yang lalu terulang lagi ?. Apalagi Rena ini perempuan. Papa nggak mikirin masa depan Rena ? Papa ini kenapa sih ngijinin mereka pacaran ?!," bu Tari menumpahkan seluruh amarah nya. Bola mata nya terlihat mulai memerah. Pak Tomi mendekati bu Tari dan memeluk istri tercinta nya itu. Bu Tari langsung menangis di pelukan pak Tomi.

"Mama nggak mau terjadi apapun sama Rena. Mama nggak mau. Mama pokoknya nggak setuju, " bu Tari memukul dada pak Tomi.

"Iya papa tau. Papa juga nggak mau terjadi hal yang tidak di inginkan ke Rena. Papa percaya sama Andi. Lagipula papa mengajak mereka berdua kesini juga untuk di awasi. Mama tenang saja. Rena akan baik-baik aja, " pak Tomi mengelus punggung bu Tari.

"Mama tetap nggak mau, " bu Tari melepas pelukan pak Tomi dengan paksa.

"Pokoknya Andi harus keluar dari rumah. Kalau Andi nggak keluar,  Rena yang akan mama bawa keluar dari rumah," tegas bu Tari sambil menatap pak Tomi tajam.

"Tapi ma...,"

"Nggak ada tapi. Ayo kita pulang Rena, " bu Tari langsung menarik Ana keluar dari ruangan pak Tomi. Andi baru mau ikut beranjak tapi pak Tomi mencengkeram pundak Andi.

"Biarkan saja. Kamu nggak akan bisa ngadepin bu Tari kalau lagi marah. Aku aja kadang kuwalahan, " Andi mengangguk.

»»»»»

"Mama kecewa sama kamu Rena. Mama sudah yakin bahwa kamu tidak mungkin menyukai Andi. Tapi ternyata kalian pacaran tanpa sepengetahuan mama, " Ana hanya menunduk mendengarkan rasa kecewa bu Tari. Ana menahan air mata nya mendengar setiap kata yang keluar dari mulut mama nya itu.

"Mulai sekarang kalian harus putus. Mama nggak mau ambil resiko. Ini demi kebaikan kamu juga. Mama nggak mau kejadian buruk terjadi ke kamu. Karena kamu ini perempuan Rena, " bu Tari memeluk Ana erat. Seakan Ana akan pergi jauh.

"Mulai sekarang kamu ikut mama ke butik ya. Kita habiskan waktu berdua, " dengan sekuat tenaga Ana tersenyum walau dada nya sudah terasa sesak menahan tangis.

NaNaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang