Sekitar pukul 6 kurang 15 menit sore, Moya terbangun. Dia melihat jam kemudian langsung berlari ke kamarnya dengan tergesa-gesa. Dia harus segera mengantarkan Ana pulang.
Saat pintu kamar terbuka lebar, Moya kehilangan kecemasan nya tentang waktu tadi. Moya melihat Ana masih nyaman tidur di ranjang nya. Bahkan Ana terlihat sudah menggulung penuh tubuhnya dengan selimut Moya. Moya tersenyum sambil berjalan ke ranjang. Ana yang tidur membelakangi pintu membuat Moya tidak bisa melihatnya.
Moya memutari ranjang dan akhirnya bisa melihat wajah Ana yang tidak tertutup selimut. Ana masih terlihat lelap di balik selimut itu. Moya kembali tersenyum, kemudian melangkah keluar kamar. Tapi pintu kamar nya di biarkan tetap terbuka.
Moya mengeluarkan HP nya dan menelfon Romi. Romi yang sedang santai menonton TV bersama anggota keluarga yang lain bingung melihat Moya menelfon. Ana memang belum pulang, tapi mereka pikir mungkin Ana masih asik kuliah. Jadi dia dan keluarga nya tidak khawatir .
"Halo Moy ?," anggota keluarga Hesadianto menatap Romi penasaran.
"Halo Rom. Gue mau anter adek lo pulang, tapi dia masih tidur. Gimana nih ?,"
"Oh, ya udah. Rena biar gue jemput, "
"Oke. Sorry ngerepotin, "
"Nggak lah santai aja. Ya udah gue kesana sekarang, "
"Oke, " setelah itu sambungan telfon terputus.
"Ada apa, Rom ?," tanya bu Tari.
"Rena ketiduran kayaknya ma. Makanya belum pulang. Moya mau bangunin mungkin nggak tega. Aku mau jemput Rena ya ma, "
"Gue ikut bang," kata Roni semangat .
"Ya udah kalian hati-hati ya. Cepat pulang, sebentar lagi makan malam, " kata bu Tari lembut.
"Iya ma, " jawab Romi dan Roni bersamaan. Setelah itu mereka berdua pergi ke rumah Moya.
»»»»»
"Ting tong, " bel rumah Moya berbunyi. Mendengar itu, Moya langsung turun ke lantai satu dan melihat Romi juga Roni di ruang tamu.
"Woi Rom, Ron,"
"Woi, bang Moy, " Roni menyalami Moya dengan akrab. Moya membalas salaman mereka juga tak kalah akrab.
"Sorry ngerepotin. Gue gak enak soalnya mau bangunin Rena. Dia nyenyak banget. Ngantuk banget kayaknya, "
"Santai aja Moy. Kita paham kok, "
"Ya udah ayo. Biar gue aja yang gendong Nana, " kata Roni.
"Ayo, " Moya menuntun dua kakak Rena itu ke kamarnya. Walaupun mereka berdua sudah tau posisi kamar Moya, tetap mereka harus menghormati tuan rumah. Romi dan Roni mengikuti Moya dalam diam.
Ketiga pemuda tadi langsung masuk ke kamar yang pintunya tidak tertutup itu.
"Bang Moy, selimutnya di pinjem dulu nggak papa ?," tanya Roni. Karena selimut Moya menggulung di tubuh Ana, Roni takut jika selimut itu di buka Ana akan terbangun.
"Ya nggak papa. Orang cuma selimut, " Roni mengangguk mendengar jawaban Moya.
"Bang Rom, tas nya Nana tolong bawain, "
"Dasar adik durhaka. Niat dari awal kan lo emang, " cibir Romi. Roni hanya nyengir. Kemudian dengan cekatan Roni mengangkat tubuh Ana. Cukup ringan bagi Roni, karena dia lumayan berotot juga. Ana sedikit terganggu dan terbangun sebentar. Ana menggumamkan sesuatu kemudian terlelap lagi. Roni terkekeh.
KAMU SEDANG MEMBACA
NaNaNa
Teen FictionJika sudah waktunya... hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Semua hal tak terduga terkadang adalah hal yang paling di harapkan. Jangan pernah menyalahkan keadaan. Tuhan tau yang terbaik untuk umat Nya