"Gimana keadaan Asa ?," pak Langit yang baru datang ke rumah sakit langsung menuju kamar yang di beritahukan teman-teman Roni. Roni yang kelihatan sangat khawatir menatap pak Langit takut.
"Om Langit, saya minta maaf. Ini semua salah saya om. Ini semua salah saya," Roni menatap pak Langit penuh rasa bersalah sambil menggenggam tangan kanan pak Langit dengan erat.
"Kamu tenang dulu Ron. Kamu tenang dulu. Kamu jelaskan dulu Asa keadaan nya bagaimana,"
"Ini salah saya om. Ini salah saya. Saya minta maaf," Roni bersimpuh di hadapan pak Langit. Dia menangis tersedu-sedu karena merasa sangat bersalah.
"Ini salah saya om... Ini salah saya...," teman-teman Roni yang tidak tega melihat nya berusaha menenangkan nya.
Setelah beberapa menit Roni baru tenang. Dia di bawa Jhon dan Niko untuk duduk di bangku depan kamar.
"Keadaan Asa baik-baik aja kok om. Dia sekarang lagi tidur. Dokter udah periksa. Kata dokter, perut bagian dalam Asa memar om. Asa juga jarang makan jadi perutnya semakin memar," jelas Kiky.
"Ya sudah. Sekarang Asa boleh di tengok atau tidak ?,"
"Belum boleh om. Mungkin besok baru boleh,"
"Terimakasih. Kalau gitu kalian pulang saja tidak apa apa. Om yang akan jaga Asa,"
"Iya om," Kiky dan teman-teman nya mengangguk.
"Aku juga ikut nungguin Asa om," kata Roni buru-buru.
"Iya,"
Setelah itu semua teman Roni pamit. Tinggallah pak Langit dan Roni yang duduk diam di bangku depan kamar. Roni yang masih resah ingin menjelaskan kenapa Asa sakit.
"Om,"
"Iya Ron ?,"
"Sebenernya perut Asa sakit gara-gara saya om. Dua minggu lalu saya pukul Asa. Saya merasa mukul nya biasa. Saya nggak tau kalau pukulan saya keras sampai perut Asa sakit. Saya minta maaf om. Semua ini salah saya," Roni menunduk lesu.
"Saya maafkan. Saya senang kamu mau mengakui kesalahan kamu dan sekarang kamu sudah baikan dengan Asa. Saya maafkan dan jangan di ulangi lagi,"
"Iya om. Maaf. Saya akan ngelakuin apa aja sampai Asa sembuh om,"
"Iya. Om percaya," Roni yang sudah merasa tenang tersenyum kecil. Mereka berdua akhirnya kembali diam di depan kamar Asa.
»»»»»
Keesokan paginya, orangtua Roni datang ke rumah sakit. Mereka di beritahu Ryan karena takut Roni histeris lagi. Ryan berharap Roni makin tenang jika ada orangtua nya. Tapi bukannya makin tenang, Roni malah histeris lagi.
"Pa, ma, Nana mana ?," tanya Roni langsung menyambar tangan kedua orangtua nya.
"Di rumah," jawab pak Tomi bingung.
"Oke. Kalau gitu Roni jemput," Roni mau melangkah tapi di tahan pak Tomi.
"Nggak. Nggak boleh,"
"Kenapa pa ?,"
"Adek kamu juga lagi sakit. Badannya panas,"
"Kemarin Nana baik baik aja pa,"
"Kamu nggak sadar kenapa dari kemarin Rena lemas nggak banyak bicara ?! Habis makan malam Rena juga langsung tidur," Roni baru sadar. Dia pun terdiam.
"Asa sudah boleh di jenguk ?," tanya pak Tomi pada pak Langit.
"Sudah. Tapi dia belum sadar Tom,"
KAMU SEDANG MEMBACA
NaNaNa
Teen FictionJika sudah waktunya... hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Semua hal tak terduga terkadang adalah hal yang paling di harapkan. Jangan pernah menyalahkan keadaan. Tuhan tau yang terbaik untuk umat Nya