Bodyguard (2)

23 2 0
                                    

Walau Andi berkendara dengan kecepatan sedang, menurut Ana perjalanan mereka tetap terasa lama. Ana merasa motor ini melaju dengan lambat. Hingga seperempat perjalanan akhirnya Ana merasa mengantuk. Ana memejamkan matanya dan menyandarkan dagunya ke pundak Andi yang basah. Ana tidak perduli dagunya terasa dingin. Yang dia inginkan sekarang hanya tidur.

Untungnya kaca helm Ana ditutup. Jadi dia tidak perlu merasa malu jika Andi melihatnya. Ana memejamkan matanya makin dalam dan membiarkan lelap menghampiri nya. 15 menit kemudian, Ana sudah terlelap. Andi yang merasakan berat di pundak kanan nya jadi tau kalau Ana tertidur. Andi pun makin memperlambat laju motornya. Dia tidak memperdulikan tubuhnya yang basah kuyup. Yang dia pikirkan sekarang hanya menjaga Ana tetap nyaman.

»»»»»

Akhirnya motor yang di kendarai Andi dan Ana sampai di halaman rumah. Ana masih terlelap di pundak Andi. Pemuda itu ingin membangunkan Ana tapi tidak tega. Andi merasa Ana pasti sedang lelap lelap nya. Andi membuka kaca helm nya dan menoleh ke Ana. Walau wajah Ana tidak terlihat, Andi merasa cukup senang akhirnya mereka bisa dekat. Bahkan sedekat ini.

"Mas Andi ngapain diluar hujan hujanan  ?," tanya security yang tadi membukakan pagar untuk mereka. Security itu sambil memayungi dirinya, menatap Andi bingung.

"Rena tidur pak. Mau saya bangunin kasihan, " kata Andi sedikit teriak.

"Tapi kan nggak bagus juga hujan hujanan gini. Nggak papa mending di bangunin aja mbak Rena nya, "

"Bapak ajalah yang bangunin . Saya nggak tega, "

"Ya udah, "

"Mbak Rena. Mbak Rena bangun. Udah sampai rumah nih, "

"Hem..., " Ana menggeliat dan melepaskan pelukan nya dari pinggang Andi.

"Hem ? Apa ?," tanya Ana bingung karena baru bangun tidur. Ana masih tetap di atas motor.

"Udah sampai rumah, "

"iya, " Ana turun dari motor dengan lemas sambil menguap. Dia berjalan ke teras rumah. Ana segera melepas helm dan jas hujan nya. Andi menghampiri Ana.

Setelah Ana meletakkan helm dan jas hujan itu di kursi teras, Ana melangkah masuk ke dalam rumah. Andi terus membuntuti Ana.

"Kamu buruan mandi. Bentar lagi aku bawain teh, " kata Andi di belakang Ana. Ana yang masih mengantuk tidak terlalu memperhatikan Andi dan memilih terus melangkah.

"Iya, " jawab Ana malas. Ana terus melangkah menuju kamar nya. Sementara Andi langsung menuju dapur. Bi Nur yang sedang ada di dapur terkejut melihat Andi yang basah kuyup.

"Mas Andi kenapa basah kuyup begitu ? Cepat ganti baju sana. Nanti masuk angin, "

"Tenang aja bi. Aku kuat kok. Nggak mungkin masuk angin, " jawab Andi santai sambil mengambil dua cangkir, toples berisi teh celup dan juga toples gula.

"Mas Andi jangan ngeyel. Udah sana ganti baju dulu. Biar bibi yang buatin teh nya, " bi Nur mau mengambil toples gula dari tangan Andi,  tapi di tepis secara halus oleh Andi.

"Nggak usah bi. Aku aja, " akhirnya bi Nur mengalah.

"Ya udah. Bi Nur bikinin mie rebus aja ya?, "

"Iya bi. Boleh. Terimakasih, "

"Sama-sama mas, " Andi dan bi Nur sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing sambil sesekali mengobrol.

Setelah teh bikinan Andi sudah siap, Andi melangkah ke kamar Ana sambil membawa nampan berisi dua cangkir teh hangat itu. Andi terus tersenyum hingga sampai di kamar Ana. Andi mengetuk pintu kamar dan Ana langsung mempersilahkan masuk.

NaNaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang