Ijin

18 1 0
                                    

Setelah keluar dari rumah, Roni membawa motornya melaju ke rumah sakit. Beberapa menit kemudian Ronipun sampai. Roni berjalan santai menuju kamar Asa.

Setelah menyusuri koridor, Roni akhirnya sampai di depan kamar Asa. Tidak ada orang disana. Roni pun segera masuk ke dalam kamar. Ternyata pak Langit menemani Asa di dalam. Tapi Asa terlihat masih belum sadar.

"Om," panggil Roni pelan. Pak Langit menoleh dan baru menyadari kehadiran Roni.

"Kamu kapan datang Ron ?,"

"Barusan om. Asa belum bangun om ?,"

"Belum. Dari tadi dia panggil panggil nama adik kamu terus. Apa adik kamu sudah sembuh ? Bisa ajak dia kesini ?,"

"Nana baru baikan om. Tadi baru keluar kamar. Nana belum sembuh 100% ,"

"Gitu. Padahal om berharap adik kamu bisa segera kesini. Siapa tau Asa sadar kalau Rena kesini,"

"Om tenang aja. Besok kalau Nana sudah sembuh Roni ajak kesini,"

"Terimakasih. Kamu tau kan dari dulu Asa selalu sembuh saat sakit kalau ada Rena. Om merasa Asa benar-benar mencintai adik kamu,"

"Iya om. Saya tau. Saya rasa juga begitu. Asa juga sudah bilang ke saya kalau dia benar-benar suka dan sayang ke Nana. Tapi Nana sekarang masih berpacaran dengan Andi om. Saya takut nanti malah Andi salah paham dan menyerang Asa,"

"Ya. Om juga khawatir pada Asa. Dia tidak pernah seperti ini kepada gadis manapun. Bahkan waktu adik kamu menghilang, dia tidak pernah terlihat mendekati seorang gadis. Malah gadis gadis itu yang mendekati Asa, tapi Asa tolak dengan halus," Roni tersenyum miris. Dia jadi ingat Sindy.

"Iya om. Asa selalu memikirkan Nana,"

"Iya. Om khawatir nantinya dia tidak bisa menerima kalau Rena akan selalu bersama Andi,"

"Kalau saya sebenarnya lebih setuju Nana sama Asa sekarang om. Saya sudah kenal Asa dari dulu. Sementara Andi saya nggak terlalu kenal,"

"Ya. Tapi mau bagaimana lagi,"

Roni diam. Roni dan pak Langit menatap Asa. Asa terlihat sangat tenang dan seperti tidak sedang sakit. Asa terlihat seperti hanya sedang tidur.

"Sebenarnya...,"

"Apa Ron ?,"

"Tadi Nana tanya om. Tapi saya nggak bilang kalau Asa yang masuk rumah sakit. Takutnya Nana nanti langsung minta kesini,"

"Kenapa kamu tidak bilang pada Rena ?,"

"Papa yang melarang om. Karena Nana sakit jadi belum boleh keluar rumah,"

"Ya sudah. Om paham. Kamu nggak kuliah ya Ron ?,"

"Hehehe enggak om. Tidur tadi di rumah,"

"Pantesan. Teman kamu tadi tanya ke om kamu masih disini atau nggak. Soalnya di kampus nggak ada,"

"Hehehe males om. Lagipula aku sampai rumah juga agak siang gara-gara orang rumah nggak ada yang mau jemput. Untung tadi Andi mau jemput. Lagipula aku di marahin karena telat, sekalian aja nggak masuk," Roni nyengir tanpa malu.

"Kamu ini nggak berubah. Tapi Asa malah berubah selama nggak sekelas sama kamu. Dia lebih rajin dan pendiam daripada biasanya,"

"Salah saya emang om. Saya kan nggak nyapa Asa sedikitpun," Roni lagi-lagi nyengir. Pak Langit hanya bisa geleng kepala melihat sahabat keponakan nya ini yang tidak merasa bersalah sedikitpun saat berkata itu.

"Setelah ini jangan seperti itu. Kalian kan sudah dewasa. Masa cuma karena cewek kalian berantem ?,"

"Hehehe iya om,"

NaNaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang