Arti Hidup

27 1 0
                                    

Setahun kemudian, Ana di nyatakan benar-benar sembuh dan sudah kembali normal. Dia sudah bisa beraktifitas seperti biasa walaupun masih dalam pengawasan kelima kakaknya. Dan beberapa bulan setelah itu Ana di perbolehkan kuliah. Dia di suruh menunggu Asa lulus dulu. Supaya mereka tidak bisa setiap hari bertemu.

Rama, Romi dan Roni sudah lulus. Mereka melanjutkan S2 di kampus itu juga. Jadi mereka masih bisa ikut mengawasi Ana. Asa yang sudah lulus juga, mulai mengurus perusahaan Papanya sambil kuliah. Asa melanjutkan S2 di kampus lain. Itu karena perintah pak Langit supaya Asa lebih fokus pada pendidikan nya, bukan pada Ana saja. Tapi tetap, jika ada waktu luang Asa akan menemui Ana di kampusnya.

Seperti saat ini. Ana sedang serius membahas tugas di kelasnya bersama 3 teman kelompok nya. Ana yang duduk membelakangi pintu tidak tau kedatangan Asa . Asa juga menyuruh dua teman nya yang menghadap pintu untuk diam. Mereka menurut saja dan penasaran apa yang akan dilakukan Asa.

"Jadi gimana nih ? Kira-kira cocok nggak kalau gitu ?," tanya Ana.

"Kalau menurut gue sih cocok cocok aja. Soalnya ini kan sesuai tema juga,"

Asa mencolek bahu kiri Ana. Ana menoleh tapi tidak ada siapa-siapa. Dia melihat depan lagi. Asa yang bersembunyi ke sisi kanan Ana berdiri di belakang Ana lagi.

"Ya udah, kita kerjain sekarang ya. Biar cepat selesai," kata Ana lagi.

"Oke," Asa mencolek pundak kanan Ana. Ana menoleh.

"Apa ?," tanyanya pada teman di sebelahnya.

"Apanya yang apa ?,"

"Kenapa nyolek pundak ku ?,"

"Gue nggak nyolek," Ana baru menyadari satu hal. Diapun pura-pura tidak perduli. Dia kembali fokus ke tugasnya. Asa mencolek pundak Ana lagi. Ana cuek saja. Asa mencolek pundak kanan Ana, tapi Ana tetap cuek. Asa mencolek pundak Ana bersamaan.

"Colek colek lagi aku gigit entar jari nya. Emang aku sabun colek ?!," kata Ana sebal tapi dia tersenyum dan matanya tetap fokus ke tugas.

"Masa kamu nggak sadar aku datang," Asa menempelkan dagunya ke puncak kepala Ana. Kedua tangannya memegang samping sandaran kursi Ana.

"Enggak. Kak Asa sih tiba-tiba dateng. Aku mana tau," Ana terus mengerjakan tugasnya.

"Nggak peka banget kamu. Nggak hafal bau ku ya ?,"

"Kak, aku lagi ngerjain tugas nih. Ganggu banget deh,"

"Kamu kok gitu. Nggak kangen aku ?," Asa mencubit kedua pipi Ana dari belakang.

"Kak, sakit tau," Ana mengelus kedua pipinya setelah berhasil melepas cubitan Asa. Asa berdiri di samping Ana.

"Makan yuk,"

"Aku lagi ada tugas kak,"

"Bentar doang,"

"Entar aja deh. Tunggu aku selesai nugas yah," mohon Ana.

"Nggak bisa. Harus sekarang sayang,"

"Tapi aku masih ada tugas. Besok udah di kumpulin nih,"

"Entar aku bantu,"

"Kak...,"

"Sayang... Ayo makan dulu. Baru nugas,"

"Kak... Nanti aja deh," rengek Ana.

"Sekarang Ana ku sayang,"

"Tapi kasihan kan temen temen ku jadi ngerjain duluan. Hayo,"

"Nggak papa. Nggak papa kan gue bawa Ana buat makan siang dulu ?,"

NaNaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang