"Lo disini aja ya Na. Gue cuma bentar kok kuliahnya," kata Roni setelah menempatkan Ana di meja yang kosong dan sepi. Roni membawa Ana ke perpustakaan. Setelah dari ruang basket, Roni tidak berbicara. Dia baru bicara saat menyuruh Ana menunggu itu.
"Iya kak, "
"Oke. Lo baca novel atau apapun terserah. Pokoknya jangan keluar dari sini, "
"Iya kak, "
"Ya udah gue ke kelas dulu ya, " Roni mengelus puncak kepala Ana. Ana mengangguk patuh. Setelah itu Roni melangkah pergi. Ana pun segera mencari rak berisi novel agar dia tidak bosan disini.
»»»»»
Setelah melihat lihat dan memutari beberapa rak buku, akhirnya Ana menemukan rak buku novel. Ana memilih judul novel yang menurutnya menarik. Setelah mendapat yang dia mau, Ana kembali ke tempatnya. Tapi di tempatnya ada orang lain yang duduk.
("Cowok yang tadi, ") pikir Ana sambil dengan ragu melangkah ke kursinya. Pemuda itu ternyata menyadari kehadiran Ana. Ana dengan cuek duduk di kursi nya dan mulai membaca. Pemuda di hadapan Ana menatap Ana dengan tajam. Ana merasa takut, tapi dia berusaha tetap tenang.
"Hai. Kamu Rena kan ?," kata pemuda itu tiba-tiba. Ana melihatnya bingung. Bagaimana pemuda itu tau namanya. Kemudian dia berfikir mungkin pemuda itu bertanya pada Niko dan yang lainnya. Ya benar. Pemuda yang duduk di hadapan Ana adalah Asa.
"Iya, " jawab Ana sambil tersenyum.
"Aku Asa. Aku teman kakak kamu juga. Kita udah kenal dari kecil. Cewek tadi juga sama, " Asa mengulurkan tangan. Ana menerima uluran tangan Asa sambil berpikir. Dari yang dia lihat tadi, sepertinya pertemanan mereka sedang tidak bagus. Perempuan tadi juga terlihat seperti lebih dari teman nya saat menggandeng tangan Asa. Ana benar-benar tidak percaya.
"Rena,"
"Aku panggil kamu Ana boleh ? Biar cocok. Asa ...," Asa menunjuk dirinya sendiri.
"Ana, " kemudian menunjuk Ana. Ana mengangguk senang. Dia malah senang di panggil dengan nama lamanya. Dia masih belum terbiasa dengan nama Rena. Walaupun dia berusaha, dia sudah terlanjur nyaman dengan nama Ana.
"Roni kemana ?,"
"Ke kelas kak,"
"Oh, tumben dia rajin ke kelas duluan , " Ana hanya tersenyum. "Pasti kak Roni sering bolos ," batin Ana.
"Kak Asa nggak ke kelas ?," tanya Ana ramah.
"Aku masuk siang. Tadi habis nganter Sindy ke kelas nya, aku mampir kesini sambil nunggu jam. Oh iya, udah sarapan belum ? Ke kantin yuk, "
"Aku udah sarapan kak, "
"Wah, sayang banget. Aku belum sarapan nih, "
"Aku bawa roti kak kalau kak Asa mau, " Ana akan membuka tas nya tapi di tahan oleh Asa.
"Nggak usah. Itu kan bekal kamu," Ana pun tidak jadi membuka tas.
"Oh iya, kamu kenapa ikut Roni ke kampus ? Kamu nggak kuliah ?,"
"Aku kuliah di rumah kak, "
"Sekarang libur ?,"
"Aku kuliah cuma hari Jum'at,"
"Oh, enak dong, "
"Iya kak, "
"Kamu kuliah apa ?,"
"Bahasa Inggris, "
"Nggak berubah. Dari dulu kamu suka bahasa Inggris ya, "
"Masa sih ?,"
"Iya. Kamu suka niruin kata-kata Moya dan tanya itu artinya apa, " kata Asa dengan wajah tidak enak. Ana menatap Asa dengan bingung.
"Oh iya, gimana pertama kali kamu bisa di temuin ?," Mulailah Ana bercerita. Asa tersenyum karena berhasil mengalihkan pembicaraan. Memang dasar Ana mudah sekali di alihkan perhatiannya.
»»»»»
"Kayaknya aku harus ke kelas. Kamu aku tinggal nggak papa ?," tanya Asa tidak enak setelah melihat jam.
"Nggak papa kok kak. Makasih juga udah nemenin, "
"Aku seneng kok ngobrol sama kamu. Besok kita ngobrol lagi ya. Kalau bisa besok kita sarapan bareng, " Asa masih diam di kursinya. Padahal sebenarnya dia sudah terlambat 10 menit ke kelasnya.
"Lihat dulu ya kak. Soalnya aku nggak tau besok ikut kak Roni lagi apa enggak, "
"Ya, kirain bakal ikut terus. Ya udahlah. Kalau kamu ikut aku semparin langsung kesini, "
"Iya kak, " setelah itu Asa berdiri. Dia mengelus puncak kepala Ana kemudian berlalu pergi.
Ana menatap punggung Asa yang berlalu dengan bingung. Sebenarnya pemuda itu siapa dan maksudnya apa. Dia merasa Asa sok kenal sekali padanya. Tapi Ana juga senang, dia jadi tidak sendirian di perpustakaan itu. Karena tidak mau ambil pusing, Ana pun kembali membaca novel yang dia acuhkan dari tadi.
"Dek, nggak bosen baca novel tiga jam disini ?," tiba-tiba Roni sudah ada di hadapan Ana.
"Enggak kak. Udah selesai kuliahnya ?," Ana tidak berniat cerita kalau dia di temani Asa. Lagipula itu juga bukan pilihan yang bagus.
"Belum. Nanti jam dua masuk lagi. Makan siang yuk, "
"Yuk, " Ana meninggalkan novel nya di meja dan mengikuti Roni melangkah keluar perpustakaan.
Roni melirik buku lain yang tergeletak di meja itu. Roni tau itu buku favorit siapa. Tapi dia tidak mau menyimpulkan sendiri. Lagipula yang suka membaca buku bukan hanya seseorang yang dia pikirkan. Mungkin saja tadi ada orang lain dan sekarang orang itu sudah pergi. Roni tidak mau terlalu memikirkan nya.
»»»»»
Selesai makan siang, Ana di antar pulang oleh Roni. Karena Ana harus istirahat. Sampai di rumah, Roni langsung pamit kembali ke kampus. Ana mengangguk dan melihat kepergian Roni dengan sedih. Dia jadi harus sendirian lagi di rumah.
Ana melangkah masuk ke dalam rumah dengan langkah pelan. Tidak lupa Ana mengucapkan salam walaupun tidak ada yang menjawab. Ana menuju dapur untuk mengambil susu coklat cair kotak di lemari es dan melangkah kembali menuju kamarnya. Sampai di kamar dia langsung meminum obatnya dengan susu coklat itu.
Setelah itu Ana berbaring di ranjang nya. Ana menatap langit langit kamar. Dia tiba-tiba saja mengingat Asa. Dia mengingat obrolan yang mereka lakukan. Ana tersenyum dan kemudian terlelap karena pengaruh obat tidurnya mulai bekerja. Ana terlelap dengan wajah senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NaNaNa
Teen FictionJika sudah waktunya... hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Semua hal tak terduga terkadang adalah hal yang paling di harapkan. Jangan pernah menyalahkan keadaan. Tuhan tau yang terbaik untuk umat Nya