Hubungan baru

14 1 0
                                    

Tujuh pemuda di atas ranjang Ana mengobrol, bercanda, sampai tertawa terbahak bahak. Ana yang tidak bisa terlelap terkadang ikut tertawa. Asa yang merasa Ana bergerak di sebelah kakinya mengintip Ana. Tapi Ana menyembunyikan mukanya.

"Kamu tidur nggak sih, Na ?," tanya Asa. Ana semakin bersembunyi ke kaki Asa. Roni menyuruh semua diam. Kemudian Roni menggelitik Ana hingga Ana meminta ampun karena kegelian.

"Jadi dari tadi pura-pura tidur ?," Roni berhenti menggelitiki Ana. Ana terkekeh.

"Habisnya berisik banget. Aku gimana bisa tidur," Ana tersenyum lebar.

"Gitu dong... Senyum," Roni mencubit pipi Ana. Ana cemberut sambil mengelus elus pipinya.

"Jangan sedih lagi," kata Moya. Ana mengangguk.

"Ayo sarapan," ajak Rama.

"Ya udah ayo," jawab Reza. Mereka semua keluar dari kamar menuju ruang makan. Asa mengusulkan diri untuk memasak. Semua setuju saja.

Saat Asa sedang asik memasak dan yang lainnya mengobrol, orangtua Ana pulang. Mereka menuju ruang makan karena terdengar brisik.

"Ada apa ini ?," tanya pak Tomi.

"Nungguin bibi baru selesai masak Ma," jawab Roni. Asa hanya terkekeh.

"Sayang, kamu udah baikan ?," bu Tari memeluk Ana.

"Iya ma," bu Tari melepas pelukannya.

"Rena," pak Tomi bergantian memeluk Ana. Setelah itu mereka ikut duduk menunggu Asa selesai masak.

Satu persatu masakan Asa selesai. Di bantu ART rumah itu, mereka menyajikan masakan Asa. Semua tersenyum takjub melihat masakan Asa.

"Silahkan di makan," semua dengan senang hati mulai sarapan. Asa juga ikut sarapan.

"Andi minta di jenguk sama Ana...," belum selesai pak Tomi bicara, Ana tersedak. Dia terbatuk batuk. Roni segera memberikan minum. Semua menatap Ana khawatir. Saat Ana sudah tidak batuk-batuk lagi, semua melihat pak Tomi. Begitu juga dengan Ana.

"Kalau kamu nggak mau, papa nanti bilang ke ayahnya," Ana terdiam.

"Ayo sarapan lagi," ajak bu Tari. Semua menurut. Tapi Ana yang sudah kehilangan nafsu makan, memakan sarapan nya dengan malas. Pak Tomi yang melihat itu jadi merasa bersalah.

Selesai sarapan, mereka masih diam di meja makan. Mereka tidak ada yang mau bicara. Pak Tomi juga merasa canggung mau bicara duluan. Mereka diam beberapa menit.

"Aku... mau ke kamar dulu ya," kata Ana ragu sambil berdiri.

"Rena," panggil pak Tomi.

"Iya Pa ?,"

"Papa minta maaf ,"

"Nggak papa Pa,"

"Papa tau kamu pasti belum bisa memaafkan dia," kata pak Tomi. Ana hanya tersenyum.

"Aku ke kamar ya," pak Tomi mengangguk. Ana pun melangkah pergi.

"Ikut," kata Roni. Kakak-kakak Ana yang lain mengikuti Ana. Moya dan Asa juga.

"Asa, tunggu," panggil pak Tomi. Asa berhenti dan melihat pak Tomi.

"Iya om ?," tanya Asa.

"Tolong bujuk Rena. Kasihan Andi. Dia ingin meminta maaf secara langsung. Dia benar-benar merasa bersalah,"

"Saya usahakan kalau bisa om. Tapi kalau Ana tetap tidak mau, saya tidak bisa memaksa Ana om," kata Asa sambil tersenyum tapi senyum nya terlihat seperti mengejek.

NaNaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang