Waktu makan malam tiba. Semua sudah bersiap di meja makan. Setelah berdo'a dan mulai makan, beberapa orang melihat Ana. Salah satunya Roni. Ana yang tidak merasa aneh pada dirinya cuek saja.
"Dek, kamu pake kalung baru ya ?," tanya Roni akhirnya.
"Oh iya ," Ana menunjukkan bandul kalung berbentuk bintang dengan inisial A pada Roni. Rama, Romi dan Rendy yang tau itu inisial untuk siapa hanya tersenyum geli sambil geleng kepala.
"Kok A?, " tanya Roni lagi.
"Iya. Kan Ana ?!," kata Ana yakin dan sangat senang.
Tiba-tiba bu Tari batuk batuk. Pak Tomi langsung memberikan minum dan mengelus punggung bu Tari. Semua melihat bu Tari. Termasuk Ana. Ana melepas kalung nya hingga tergantung di lehernya.
Setelah bu Tari sudah tidak batuk, bu Tari menatap putri semata wayang nya. Ana jadi merasa bersalah walau tidak tau kenapa.
"Coba kesini Na, " panggil bu Tari pada Ana. Ana dengan pelan menghampiri mama nya.
Setelah berada di samping bu Tari, Ana hanya diam menatap mama nya yang melihat padanya. Bu Tari mengambil dua tangan Ana.
"Mama tau kamu sudah nyaman sama nama Ana. Tapi kamu harus ingat ya. Nama kamu Rena, sayang. Mama nggak salahin kamu kalau lebih suka di panggil Ana, tapi nama asli kamu Rena. Ya sayang, "
"Iya ma, " Ana tersenyum tapi matanya terasa panas.
"Em, tapi kalau kamu nyaman sama nama itu, mama akan panggil dengan nama itu. Tapi nama kamu tetap Rena. Gimana ?,"
Ana hanya tersenyum dan mengangguk patuh sambil menahan tangis nya. Bu Tari memeluk Ana sementara Ana hanya diam menahan air mata nya.
"Ya sudah, ayo lanjut makan, " kata bu Tari setelah melepas pelukan mereka berdua. Ana mengangguk dan melangkah ke tempat duduk nya semula. Semua melihat ke arah Ana. Dari dulu dia memang tidak berubah. Sangat penurut.
Tapi ada satu orang yang menyadari sesuatu. Daritadi Andi terus melihat ke arah Ana. Orang itu tersenyum. Ini memang diluar dugaan nya. Tapi jika memang Andi dan Ana senang, orang itu ikut senang.
"Gimana kalau mulai Senin Rena sama Andi ikut papa ke kantor ?," tanya pak Tomi sambil tersenyum senang. Semua orang di ruang makan menatap pak Tomi. Begitu juga dua orang yang di sebut tadi.
"Ngapain pa ?," tanya Ana.
"Ya nggak papa. Papa pengen ada temannya aja di kantor. Lagipula daripada kalian cuma berdua di rumah. Mending ikut papa, "
"Aku sih oke aja pa, " jawab Ana senang.
"Kalau menurut kamu Ndi ?," Andi melirik Ana. Ana juga ikut melihat Andi.
"Saya ikut aja, "
"Bagus kalau gitu, "
Setelah itu suasana makan malam kembali tenang. Andi terkadang melihat Ana. Begitu juga Ana. Sambil tersenyum malu-malu Ana ikut melihat Andi. Ketiga kakak Ana yang tau tentang hubungan mereka berdua hanya bisa merasa geli dengan hubungan mereka yang masih seperti cinta monyet. Apalagi Ana. Ana benar-benar seperti gadis yang baru puber dan sedang kasmaran. Sementara pak Tomi yakin kalau putri semata wayang nya memiliki hubungan dengan Andi.
Sebenarnya alasan pak Tomi mengajak dua muda-mudi itu ke kantor hanya ingin mengawasi mereka berdua. Walau dia percaya Andi anak yang baik dan dapat di percaya, pak Tomi tetap ingin terus mengawasi bagaimana hubungan mereka dan tidak mau terjadi hal yang tidak di inginkan pada Ana.
»»»»»
Hari Senin datang. Seperti yang di rencanakan, Ana dan Andi ikut pak Tomi ke kantor. Saat sampai, mereka bertiga diam di dalam ruang kerja pak Tomi. Ana dan Andi berusaha untuk terlihat tidak memiliki hubungan apapun.
Ana bisa menyibukkan dirinya dengan HP. Sementara Andi cuma bisa menoleh kesana kemari sambil menjaga image. Pak Tomi sampai-sampai merasa gemas sendiri melihat mereka berdua.
"Papa tau kalian pacaran, " pak Tomi berkata dengan santai sambil tersenyum geli. Andi langsung menatap takut pada pak Tomi. Sementara Ana masih berusaha bersikap seolah dia di tuduh.
"Pacaran? Siapa ? Aku sama Andi ? Enggak tuh, " elak Ana yakin. Andi tersenyum kaku dan mengangguk ragu.
"Nggak usah bohong deh Na. Kamu nggak bisa bohong sama papa. Dan kalau benar juga papa setuju setuju aja. Tapi ingat batasan, "
"Papa serius ?," tanya Ana senang. Andi tersenyum lebar sambil melirik Ana.
"Serius. Papa kapan bohong ?, " Ana mengangguk senang.
"Tapi kalian tetap harus hati-hati. Jangan sampai mama kamu tau Na. Ribet nanti. Papa males ribut cuma karena hal ini lagi, "
"Iya pa, "
"Dan kamu Andi, jaga anak saya baik-baik. Jangan sampai lecet sedikitpun. Jangan sampai putri kesayangan saya sedih bahkan sakit cuma gara-gara kamu, "
"Iya om. Om bisa percaya saya, "
"Apaan sih, " kata Ana kesal bercampur malu. Andi terkekeh dan pak Tomi tertawa kecil.
"Pokoknya papa nggak mau kamu sakit cuma gara-gara cowok Na, " pak Tomi mengelus puncak kepala Ana. Ana mengangguk malu.
"Mulai sekarang kalian nemenin papa disini. Kita akan ngobrol dan makan siang bertiga. Setelah itu Rena pulang dan istirahat. Kalau hari Jum'at, kita makan siang aja diluar. Minggu setelah Rena kontrol, kalian langsung kesini ya, "
"Iya pa, "
"Siap om, "
Ana dan Andi saling lirik sambil tersenyum senang tapi masih malu-malu untuk memperlihatkan hubungan mereka. Pak Tomi menggeleng geli kemudian melihat dokumen di hadapan nya.
»»»»»
Seminggu pertama, semua baik-baik saja. Tidak ada masalah dengan hubungan Ana dan Andi dan juga tidak ada masalah dengan orang kantor. Walau ada beberapa yang pastinya suka bergosip, tapi tetap tidak ada masalah dengan hubungan Ana dan Andi.
Bahkan mereka tidak malu lagi menunjukkan hubungan mereka berdua di kantor. Entah mereka bergandengan tangan atau berduaan di cafetaria kantor, mereka tidak malu lagi. Dan pastinya mereka masih menjaga etika walau sering terlihat berduaan karena pak Tomi sibuk.
Di Minggu kedua, cobaan datang. Tepat hari Sabtu ternyata Asa datang ke kantor bersama pamannya. Kebetulan paman Asa ada rapat dengan pak Tomi. Asa di ajak untuk belajar cara berbisnis. Dua orang itu sedang berada di ruang kerja pak Tomi. Ana dan Andi sedang makan siang. Jadi mereka berdua tidak tau ada dua orang itu.
"Rena kemana om ? ," tanya Asa.
"Makan siang. Mungkin sebentar lagi kembali, " Asa mengangguk.
"Pertanyaan yang sama kalau Rena nggak kelihatan, " cibir pak Langit. Asa tersenyum malu. Pak Tomi terkekeh.
"Iya. Dari dulu nggak berubah, " timpal pak Tomi. Asa semakin malu karena di goda dua orang ini.
Beberapa saat kemudian, pintu ruang kerja pak Tomi terbuka. Sambil terdengar salam dari pemuda dan pemudi yang baru masuk sambil bergandengan tangan itu.
"Assalaamu'alaikum ," kata Ana dan Andi sambil melangkah masuk. Tiga orang di ruangan itu menoleh. Ana dan Andi terdiam di tempat sebentar. Ana langsung melepas pegangan tangannya. Andi dengan terpaksa juga melepas tautan tangan mereka. Walau begitu Asa tetap melihat pegangan tangan mereka tadi.
Ana dan Andi mengangguk sopan pada pak Langit. Pak Langit tersenyum ramah. Mereka melangkah masuk.
"Kalian berdua kelihatan makin akrab ya ?," Ana hanya tersenyum kaku menanggapi ucapan pak Langit.
"Ya namanya juga bodyguard. Harus akrab kan Lang ?," kata pak Tomi.
("Mana ada bodyguard gandeng tangan orang yang di jaga ?!,") Asa menatap Andi datar. Sementara Andi tersenyum penuh kemenangan.
("Lo bisa bikin Ana senyum lewat chat, gue bisa bikin dia senyum tiap hari secara langsung,") pikir Andi bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
NaNaNa
Teen FictionJika sudah waktunya... hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Semua hal tak terduga terkadang adalah hal yang paling di harapkan. Jangan pernah menyalahkan keadaan. Tuhan tau yang terbaik untuk umat Nya