Hidup baru

54 4 0
                                    

Sepulang dari rumah Ana, semua anak pak Tomi di suruh pergi ke kamar masing-masing. Barang-barang Ana akan di keluarkan besok pagi. Ana sambil membawa bonekanya melangkah ke kamar nya. Pak Tomi dan bu Tari mengantar Ana.

"Kamu langsung tidur ya Na. Kamu pasti capek, " kata bu Tari. Ana menuju ke ranjang nya. Dia berbaring sambil memeluk bonekanya dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

"Selamat malam sayang, " bu Tari mencium kening Ana. Ana menahan rasa terharu nya,  karena ini pertama kalinya dia di perlakukan se istimewa ini.

Pak Tomi membuka sebuah kotak musik dan keluar lah musik klasik yang mengalun lembut. Ana menatap kotak musik itu dengan sangat senang.

"Kamu dulu waktu kecil suka sekali tidur sambil dengar musik dari kotak ini. Sepertinya sampai sekarang kamu masih suka ya ?,"  kata pak Tomi.

"Aku dari dulu pengen punya kotak musik. Tapi karena harganya pasti mahal aku nggak pernah berani beli, " kata Ana tetap menatap kotak musik itu sambil tersenyum kecil. Pak Tomi melihat bu Tari.

"Ya sudah, kamu pergi tidur. Selamat malam Rena, " pak Tomi mengelus kepala Ana,  kemudian mencium kening Ana. Setelah itu pasutri itu melangkah keluar kamar.

"Ma,  kenapa Rena terlihat seperti tidak ingat kita ya ?," tanya pak Tomi saat di luar kamar Ana.

"Iya pa. Apa mungkin karena dia hilang dulu kan waktu kecil pa," kata bu Tari menenangkan pak Tomi. Pak Tomi terdiam. Setelah itu mereka berdua menuju ke kamar mereka.

»»»»»

Tidak lama setelah di tinggal orangtua nya, Ana terbangun. Dia tidak bisa tidur. Dia mengambil kotak musik di nakas dan meletakkan di depan wajahnya. Dia tetap di posisi tidurnya tapi matanya tidak mau di pejamkan.

Dia menatap boneka penari balet kecil yang berputar di kotak musiknya. Dia suka melihat boneka itu sambil mendengarkan lagu klasik. Membuatnya merasa tenang dan nyaman. Tapi entah kenapa dia tidak bisa tidur.

Tiba-tiba pintu kamarnya terbuka. Ana terkejut dan menatap pintu kamarnya dengan takut. Masalahnya dia sangat takut pada hantu. Dia sudah membayangkan yang tidak tidak karena pintu kamarnya tiba-tiba terbuka.

"Dek, lo belum tidur kan ?," Roni masuk ke kamarnya dan menutup pintu kamar Ana perlahan. Ana menghembuskan nafas lega. Jantung nya sudah berdetak dengan cepat tapi ternyata itu cuma Roni.

"Bikin kaget aja kak, " kata Ana sedikit kesal tapi bibirnya tersenyum.

"Sorry sorry. Kalau gue berisik nanti bokap sama nyokap marah. Keluar yuk. Gue nggak bisa tidur," kata Roni dengan suara pelan.

"Emang mau kemana  ?,"

"Ke cafe favorit gue aja. Ayo dong. Lo nggak mau nemenin gue  ?," Roni memasang wajah penuh harap. Ana pun dengan terpaksa mengalah dan memilih mengangguk.

"Ya udah ayo, " Roni menarik Ana keluar kamarnya. Tapi saat di depan kamar,  Roni berhenti dan melihat sekeliling. Ana pun ikut ikutan walaupun tidak tau untuk apa.

"Ayo. Jalan pelan-pelan aja, " kata Roni berbisik. Ana pun mengangguk. Mereka berdua berjalan pelan-pelan seperti maling yang takut ketahuan. Roni menggenggam tangan kanan Ana dengan erat sambil melihat kanan kiri. Sementara Ana ikut menggenggam tangan kanan Roni dengan erat dan mencengkam lengan baju Roni dengan tangan kiri.

Roni tersenyum mengingat dulu dia pernah mengajak Rena bangun malam-malam untuk nonton TV dan seperti ini juga mereka saat itu. Mengendap endap ketakutan. Setelah itu, Roni kembali fokus melihat situasi depan.

Saat di depan pintu, Roni membuka pintu dengan perlahan. Dia tadi sudah memberitahu ART bahwa dia akan keluar rumah. Karena itu pintunya belum di kunci. Mereka berdua melangkah keluar rumah dengan hati-hati dan tidak lupa Roni menutup kembali pintu rumah dengan sangat pelan.

NaNaNaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang