Keesokan paginya, Ana bangun duluan. Dia segera mandi. Karena jam berangkat liburan mereka pukul 6 pagi, mereka harus bersiap saat masih subuh. Ketiga sahabatnya ikut bangun karena mendengar suara air. Mereka bergantian mandi setelah Ana.
"Tok tok tok. Dek, ayo turun. Kita sarapan dulu, " terdengar suara Romi di luar kamar Ana.
"Iya kak, " setelah itu terdengar langkah kaki menjauh. Ana, Suci dan Risa masih menunggu Mala. Dia masih belum selesai mandi.
Beberapa menit kemudian Mala sudah keluar kamar mandi. Ana pun mengajak mereka untuk sarapan. Tas mereka tidak lupa mereka bawa.
"Selamat pagi, " sapa Ana.
"Pagi, " jawab semuanya bersamaan. Ana dan ketiga gadis di belakangnya duduk di tempat mereka kemarin.
Menu sarapan hari ini adalah nasi goreng dengan telur dadar. Semua menikmati sarapan dengan tenang. Roni yang terlihat masih mengantuk memakan sarapan nya dengan malas malasan. Begitu juga dengan Reza. Reza bahkan terlihat menguap beberapa kali. Ana kasihan pada keduanya. Karena menuruti Ana, mereka jadi harus rela bangun subuh. Ana jadi merasa sedikit bersalah.
"Ada apa Na ?," pak Tomi ternyata menyadari wajah bersalah Ana.
"Nggak papa, pa, " Pak Tomi tau pasti ada sesuatu. Tapi pak Tomi tidak mau memaksa Ana untuk bilang. Kalau dia siap pasti bilang sendiri. Sarapan terus berlanjut.
Selesai sarapan, mereka keluar rumah untuk berangkat. Kelima kakak Ana berada di satu mobil yang di kemudikan Rama. Sementara Ana bersama kedua orangtua, ketiga sahabatnya dan juga Moya, berada di satu mobil. Pak Tomi mengemudi, bu Tari di sebelah pak Tomi, ketiga sahabat Ana di kursi mobil yang tengah, Ana dan Moya di kursi belakang menjaga tas.
Mobil pak Tomi melaju duluan, diikuti mobil Rama. Di dalam mobil, tidak ada yang berbicara. Ketiga sahabat Ana jadi canggung dan tidak berani bicara karena Ana tidak bersama mereka. Sementara Ana dan Moya tidak berniat untuk bicara. Ana pun mengeluarkan HP dan mulai bermain game. Moya mendekat untuk menonton Ana bermain game.
"Kak Moy, mati nih entar, " kata Ana kesal. Semua melihat ke belakang melalui spion tengah. Terlihat Moya mengganggu Ana sambil tersenyum.
"Tuh kan, mati nih, " dasarnya Ana tidak bisa marah, dia berkata kesal begitu sambil tersenyum. Tapi ekspresi nya terlihat marah. Moya hanya nyengir.
"Habisnya. Ada orang disini. Malah asik main game sendiri, "
"Habisnya nggak ngapa ngapain, "
"Habisnya habisnya. Nggak habis habis, " Ana hanya tersenyum kesal.
"Foto aja yuk, " ajak Moya. Ana mengangguk dan memberikan HP nya. Moya membuka aplikasi kamera dan mengarahkan pada mereka berdua. Mereka asik berfoto sampai tidak menyadari tatapan dari lima orang di depan.
"Yang belakang asik banget selfie nya. Nggak ajak ajak nih, " tegur bu Tari. Baru Ana dan Moya melihat depan. Mereka berdua hanya nyengir.
"Foto bareng dong. Mama yang foto in, " bu Tari mengeluarkan HP dan mengarahkan kamera depan ke kursi belakang. Ana dan Moya memajukan tubuh mereka. Bu Tari pun mulai menghitung dan memfoto semuanya.
Setelah mendapat beberapa foto, bu Tari melihat hasil fotonya.
"Kirim lewat WA ya ma, " kata Ana.
"Iya. Nanti mama kirim, "
"Gue nanti juga minta ya, " kata Moya. Ana mengangguk. Setelah itu tidak ada pembicaraan.
"Pa, tolong nyalain radio dong, " kata Ana. Pak Tomi langsung menyalakan radio dan mencari lagu yang enak.
"Stop stop pa, itu aja, " Ana menghentikan papa nya mencari chanel saat lagu pop indonesia berbunyi. Ana pun mulai menyanyi. Begitu juga bu Tari dan pak Tomi. Awalnya Moya hanya tersenyum melihat orangtua dan anak itu bernyanyi. Tapi karena terlihat asik, Moya ikut bernyanyi.
KAMU SEDANG MEMBACA
NaNaNa
Teen FictionJika sudah waktunya... hal yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Semua hal tak terduga terkadang adalah hal yang paling di harapkan. Jangan pernah menyalahkan keadaan. Tuhan tau yang terbaik untuk umat Nya