04 Thief

2.2K 160 15
                                    

Seorang gadis berseragam termenung sendiri di pinggir jendela. Matanya terus melirik keluarnya, entah apa yang ia lihat di sana. Tak ada orang yang mendekat. Semua hanya berhilir pergi, seakan tak ada siapa pun di sana. Termaksud aku.

“Ria kenapa?” seseorang menegurku.

“Enggak ada apa-apa kok,” jawabku.

“Ahh ...  lihat kecebong itu, kasihan juga iya dia sendirian.”

“Iya juga.”

“Tapi itu salahnya sendiri. Walaupun terlihat lugu dan polos, tapi dia itu sangat membahayakan,” cetusnya.

“Membahayakan bagaimana?” tanyaku.

“Bukan hal yang penting. Ria selamat, kamu dapat peringkat satu bukan. Wah ... hebat, aku jadi iri.”

“Tidak seperti itu kok, aku mungkin hanya beruntung.”

“Bohong ... Ria bagaimana caramu bisa pintar kayak itu ...”

Aku berusaha mendengarkan perkataannya, namun mataku melirik ke arah gadis bernama  Alya itu. Aku tak tahu pasti kenapa ia diasingkan begitu. Tapi yang kutahu, entah apa yang dilihatnya dari jendela itu. Namun aku tahu, dia pasti sangat membencinya. Terpancar dari mata tajamnya itu.

-

“Kamu mau tidak jadi pacarku.”

Ucapan klasik yang seseorang kirimkan ke ponselku. Aku hanya bisa menolak dengan halus. Namun siapa sangka itu adalah akhir dari semuanya. Belakang gedung sekolah, gadis berambut gelombang itu membawaku ke sana.

Bruuukk ... ia mendorongku hingga aku menghantam dinding. Aku berusaha bangkit sambil menahan amarah.

“Apa maksudmu?” tanyaku.

“Aku yang harusnya bertanya seperti itu. Kemarin kamu di tembak dia bukan?” ia membentakku.

“Apa maksudmu?”

“Jangan mengelak. Jadi ini sikapmu yang sebenarnya!”

“Apa?”

“Memang kamu itu cantik, pintar. Tapi bukan berati kamu bisa seenaknya,” ia kembali mendorongku.” Kamu tahu, temanku putus sama pacarnya Cuma karena pacarnya suka sama kamu. Sekarang pacarku mau kamu ambil juga?”

“Aku enggak tahu tentang masalah itu. Lagi pula aku sampai sekarang belum pernah pacaran. Semunya ku tolak  dan ...”

“Sudah jangan banyak alasan. Kamu tolak mereka karena cuma mau main-main sama mereka bukan. Dasar murahan!” ketusnya.

“Apa ... siapa yang murahan?”

“Diamlah, apa jangan selama ini nilaimu bagus karena hobimu godain guru hidung belang itu. Murahan sekali ...”

“Tentu saja itu tidak benar. Mana mungkin aku ...”

“Dengar... benar atau tidak, aku tidak akan membiarkanmu tenang seperti sekarang. Aku akan membuatmu menderita sama dengan yang dirasakan teman-temanku dan aku. Camkan itu,” ancamannya.

Ia meninggalkanku begitu saja di sana. Aku berusaha bangkit lagi. Dalam batinku aku tidak mengerti kenapa ia bisa bersikap seperti itu hanya karena masalah sepele itu. Aku pergi dari sana, lalu berjalan pulang ke rumah.

-

Aku melewati koridor kelas. Semua orang melihatku dengan tatapan mengejek.

“Lihat itu dia,”seseorang menunjuk.

“Kudengar ia mendapat peringkat satu karena menggoda seorang guru.”

“Memang ia cantik. Tapi sayang sikapnya begitu.”

Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang