Aku melihat tubuh Kera Kuning yang terikat oleh tali. Menggunakan sihir seperti itu membuatku lelah. Namun aku senang Alya bisa baik-baik saja. Alya menatap pemuda berambut pirang yang terikat. Entah apa yang telah terjadi. Tapi sejuta pertanyaan terpancar di mata Alya.“Kenapa peri tanpa sayap? Apakah ada yang ingin kau tanyakan?” pemuda itu menyengir.
Alya menghela nafas panjang. Suaranya terhalang oleh hujan yang belum kunjung reda. Badan kami basah di terpanya.
“Kau telah mencuri peta milik Lisa. Sekarang kau menginginkanku. Sebenarnya apa yang kau inginkan?” tanya Alya tajam. Pemuda itu tersenyum tipis.
“Aku punya seorang adik,” gemahnya kecil membuat kami semakin terfokus padanya. "Adik perempuan yang manis. Kami selalu bersama. Bahkan ketika kami ke sini, ke dunia ini. Tapi ...”
“Tapi?” aku semakin tertarik.
“Dia kini sedang bersama Hydra menjadi seorang Diva!!” ujarnya dengan nada tinggi.
“Diva? Diva itu apa?” tanyaku.
Alya menghela nafasnya lagi, lalu menatapku. Sedangkan pemuda itu memalingkan wajahnya dari kami.
“Aku tidak terlalu tahu tentang Diva. Tapi yang kutahu Diva adalah seorang penyihir yang mempunyai kemampuan khusus. Terutama dalam menyanyikan sebuah lagu doa,” jelasnya. "Jika seorang Diva bernyanyi tentang hujan, maka hujan akan turun. Dan bila ia bernyanyi tentang perang, maka perang juga akan datang. Itu yang kutahu.”
Aku terteguk diam. Pemuda itu masih memalingkan wajahnya. Sambil ikut mengambil nafas panjang.
“Kau belum tahu apa-apa rupanya,” desis pemuda itu.
“Lalu, kau belum menjawab pertanyaanku. Kenapa kau menginginkannya?” tanya Alya sekali lagi. Pemuda itu melirik Alya dengan tajam.
“Kami sama-sama datang kemari. Tapi kami terpisah ketika pertama kali sampai di sini,” lanjutnya. ”Kucing badut sialan!” suara tinggi kembali keluar darinya.
“Luct?”
“Iya, kucing itu bilang adikku ia jadikan Diva. Ia taruh adikku bersama naga berkepala sembilan itu sebagai penenang agar Hydra tidak lagi menggagu penghuni dunia ini. Cara agar aku bisa menyelamatkannya hanya dengan membunuh Hydra,” sambungnya.
“Jadi itu sebabnya kau menjadi Kera Kuning?” tanya Alya. Pemuda itu mengaguk.
“Aku mendapat sedikit kendala tentang letak pasti keberadaan Hydra. Ditambah skill poinku belum cukup untuk melawannya. Itu sebabnya aku membutuhkan peri tanpa sayap. Dengan sihir penyerap energiku ini aku bisa menyerap semua sihir dan menambah skill poin milikmu,” pemuda itu menatap Alya. ”Pertemuanku dengan sebuah Party memberi sebuah keberuntungan. Di mana terdapat peri tanpa sayap, dan pemegang peta yang selama ini kucari.”
Pemuda itu tersenyum pada Alya. Membuat Alya mendesis kecil. Wajahnya terlihat muak mengamati senyuman pemuda itu.
Tatapan kami berganti. Dari kejauhan terlihat dua orang yang salah satu sedang membopong salah satunya. Langkah mereka begitu berat. Karena posisi mereka itu.
“Alya ... Layria ...!!” salah satu memanggil mereka.
“Lisa ... Torm ...” panggilku.
Torm sedang membopong Lisa yang terlihat lemah. Perlahan ia berjalan mendekati kami. Namun, mereka berdua menyempatkan untuk masih tersenyum senang melihat kami.
“Aku senang kau selamat Alya,” ujar halus Lisa.
“Tentu saja. Lagi pula aku mana mungkin lenyap sebelum menyelesaikan quest ku di sini,” jawab Alya dengan sombong.
Torm melepas Lisa dengan perlahan. Meletakkannya agar dapat menggapai tembok di sampingnya. Lisa menyentuh tebok itu. Yang ia gunakan untuk menyeimbangkab tubuhnya. Lalu mendekati pemuda yang terikat itu.
“Ayo ikut aku, dengan ini pasti hadiah yang kudapat pasti besar untuk kepalamu,” bisiknya.
“Sayang sekali, tapi aku tak akan mati sebelum tujuanku terwujud ,” jawabnya.
Torm menarik berdiri pemuda dengan keras. Wajah senang terlihat di wajah kami. Namun wajah sedih muncul dari wajah pemuda itu , dan juga Alya.
“Berhenti Torm!” perintah Alya. Torm seketika berhenti.
“Kenapa Alya?” wajah Alya terlihat pucat.
“Aku ingin membawanya ikut pergi melawan Hydra,” jawabnya lantang.
“Ehhhh ...”
Semua orang terkejut dengan perkataan Alya. Bahkan pemuda itu pun tak percaya yang baru saja ia dengar.
“Tapi, Alya kau apa lupa dengan apa yang baru saja dilakukan Kera ini padamu?” tanya Lisa.
“Justru itu aku ingin dia ikut. Kemampuannya sangat berguna untuk melawan Hydra,” jawab Alya.
“Lalu bagaimana denganku?” Torm kembali bertanya.
“Kau bisa mengambilnya ketika Hydra sudah mati. Bukankah hadiah yang kau dapatkan akan bertambah,” lanjut Alya membuat Torm tak dapat menjawab.
Semua orang menatap pemuda itu. Seolah masih tak percaya apa yang barusan Alya katakan.
“Bagaimana pendapatmu Kera Kuning?” tanya Alya sambil tersenyum pada pemuda itu. Pemuda itu sesaat terdiam, lalu tersenyum.
“Namaku Rion , dan adikku Seyla.”
Hujan perlahan berhenti. Seiring dengan fajar yang kembali muncul dari balik awan tebal.
-
Kami berkumpul di ruangan itu lagi. Hanya sedikit berbeda dengan kehadiran Rion di sini. Suasana tak setegang ketika pertama kali kami berkumpul di sini.
Di depan terdapat tumpukan besi dan baut membentuk bola berwarna perak. Dengan dua pasang lampu yang terdapat di tengah bola itu.
“Ini petanya?” tunjukku.
“Iya, begitulah ...” jawab Lisa.
“Keluar dari perkiraanku,” gemahku.
“Tempat kediaman Hydra memang di sebuah pulau selatan ujung benua. Tapi tak ada yang tahu, di sebelah benua mana? Atau bagaimana bisa menuju ke sana?” lanjut Rion.
“Tapi, semua data menuju pulau itu ada di dalam bola ini. Dengan ini kita akan mengetahui letak pasti di mana Hydra tinggal dan jalan menuju ke sana,“ sambung Lisa.
“Begitu ya.”
“Rion ayo lakukan!” perintah Alya.
“Oke."
“Lakukan apa?”
“Lihat saja.”
Rion mengulurkan tangannya ke depan menghadap bola itu. Matanya menutup , berusaha terfokus pada satu titik.
Sriiiing ... sekumpulan cahaya muncul dari sana. Perlahan terbang dan masuk ke dalam bola itu. Sebelum akhirnya Rion melepasnya dan kembali membuka matanya.
Sriiing ... sriiing ... cahaya putih kelap kelip muncul dari lampu bola itu. Sesaat bola itu terbang melayang beberapa inci. Membuatku sedikit terkejut. Sebuah lubang muncul dari kanan kiri sebelah matanya. Dari sana keluar kabel panjang yang tersambung dengan tiga kabel berukuran lebih pendek dari kebel sebelumnya. Kedua tangan itu melengkup, dengan lampu yang tidak berkedip dan seterang tadi.
“Perkenalkan saya Alfonso. Saya siap membantumu tuan,” suara nyaring keluar darinya.
-
Aku berdiri di sebuah jembatan. Di bawahku terdapat sungai yang memancarkan pantulanku, Siro, dan bulan yang belum sempurna itu.
“Besok perjalanan baruku akan di mulai Siro,” gemahku. “Apakah aku masih bisa di dunia yang sempurna ini. Atau lenyap begitu saja.”
Aku membalikkan badanku menghadap ke langit. Siro terbang menghampiri pundakku.
“Sebentar lagi kaca cermin itu akan kembali seperti semula. Aku akan menyelesaikan tugasku dengan mengembalikan kebahagiaanmu,” aku tersenyum tipis. “Layria.”
To be contiued
KAMU SEDANG MEMBACA
Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓
FantasySebuah dunia tanpa kesedihan. Apakah itu ada? Layria, seorang gadis yang dulunya memiliki hidup yang sempurna. Tiba-tiba berbalik hidup penuh kesepian dan kekosongan. Bagai dunia tak menginginkannya lagi. Suatu malam, seekor kucing datang padanya...