Gelapnya hutan, dan rumbunnya pepohonan. Suara-suara makhluk malah menggema di tengah kegelapan. Sekelompok orang berjalan menembusnya. Di temani sebuah obor di tangan mereka. Dengan susah payah, akhirnya mereka bisa keluar dari kota modern itu. Dan berada di kegelapan ini.
"Kita mau ke mana Alya?" tanya Clara yang berada di barisan paling depan.
"Setelah kita sampai ke ujung hutan ini. Kau akan tahu dengan sendirinya," jawab Alya sedikit angkuh.
"Tapi..."
"Jangan terlalu banyak bicara Clara, sekarang kita ikuti saja apa yang di katakan peri tanpa sayap itu. Kita tidak bisa lagi menengangnya," ceplos Rion dengan sinisnya.
Clara kembali diam. Ia menganggukan kepala tanda mengerti apa yang baru saja di katakan Rion. Alya melirik Rion ke belakang. Namun ia justru di sambut dengan wajah dingin Rion itu. Alya menarik nafas panjang. Berusaha tidak berpikir panjang dengan sikap Rion tadi. Lalu terus melanjutkan dengan perjalan ini dengan tenang.
Satu jam berlalu. Akhirnya mereka sampai ke ujung hutan. Yang langsung di sambut oleh pantai pasir putih. Dan suara besarnya ombak pasang ini.
Alya belangkah maju mendahului yang lain. Menatap diam laut luas. Lalu melirik langit malam yang di penuhi dengan bintang-bintang.
"Tunggu, ini kan... laut selatan..." gumam Lisa.
"Benar sekali," Alya mengajungkan tangannya ke arah laut lepas. "Jauh di sana, ada pulau Hydra. Tempat tujuan perjalanan kalian selama ini."
"Seyla?" desisi Rion.
"Tunggu Alya, tadi kau meminta kami untuk membantumu. Tapi sekarang kau suruh kami pergi ke sana. Apa maksudnya?" tegas Torm.
"Tidak ada maksud apa-apa. Dengan begini kalian telah membantuku."
"Apa maksudnya?"
Alya menghadap Lisa. Ia lalu berjalan sambil tersenyum simpul padanya. "Tujuan Party ini dibuat adalah untuk melawan Hydra. Lalu... lakukanlah. Bunuh Hydra sesuai dengan keinginan kalian," jelas Alya. "Lalu jika tujuan kalian telah selesai. Datanglah kemari. Bantu aku lagi. Mengakhiri semua permainan ini."
Lisa terdiam sesaat. Tapi akhirnya ia paham apa yang di maksud oleh Alya tadi. "Baiklah, aku paham. Kami akan pergi melanjutkan misiku ini. Dan jika bisa, kami akan kembali lagi ke sini dan membantumu."
"Haaa... terima kasih," gumam Alya.
"Tapi, bagaimana kita bisa ke sana Alya. Menembus laut dengan ombak seperti itu?" tanya Alya.
"Tenang, semua sudah diatur."
Alya menjauh lagi dari Lisa. Lalu menuju ke arah lautan itu. Ia mengepal kedua tangannya menjadi satu. Lalu menaruhnya ke depan dada. Dan menutup matanya.
"Wahau penjaga lautan ini. Datanglah, sesuai yang kau janjikan. Wahai penjaga tempat ini. Datanglah, sesuai yang kuperintahkan...."
Bersama dengan kata-kata yang di katakan Alya. Ribuan kunang-kunang keluar dari dalam hutan. Dengan cepat mereka menuju ke depan Alya. Mereka berkumpul menjadi satu. Lalu perlahan membentuk wujud seseorang.
"Wahai penjaga, datanglah, kemarilah, bawa kami ke tempatmu. Untuk menyelesaikan semua keinginan kami. Datanglah, wahai Diva laut selatan... penjaga pulau tanpa nama..." Alya membuka kedua matanya. "Seyla... Diva laut selatan..."
Criing... cahaya menyilaukan bersinar di sana. Semua orang menutup kedua mata mereka karena takut tersakiti oleh cahaya itu. Lalu ketika cahaya itu mulai pudar. Mereka akhirnya berani kembali membuka mata. Dan melihat sosok yang di panggil Alya tadi.
Seorang gadis berambut pirang keemasan. Matanya biru seindah laut yang tertimpa sinar matahari. Gaun putih pendeknya tertiup desirnya angin malam yang kencang ini.
Semua terbengong melihat sosok itu. Tapi yang lebih tak percaya lagi melihatnya adalah Rion. Antara terkejud, tidak percaya, dan senang... semua perasaan itu bercampur menjadi satu dalam dirinya. Ketika ia melihat sosok gadis yang di panggil Alya tadi.
"Se...Se... Seyla?"
Gadis itu tersenyum lebar. Matanya berbinar ingin menangis karena sangking bahagianya. "Kakak...."
Rion melangkahkan kakinya. Berjalan pelan-pelan, lalu berlari cepat ke arah Seyla. Seyla tersenyum lebar. Ia ikut maju selangkahke depan. Lalu mereka berdua saling berpelukan.
Semua diam terharu melihat kejadian itu. Termaksud Alya. Ia justru tersenyum simpul melihatnya. Untuk waktu yang lama, akhirnya Alya bisa kembali tersenyum.
Rion melepas pelukannya pada Seyla. Lalu tersenyum senang melihat Seyla. Seyla sangat senang bisa bertemu kakaknya. Tetes air mata turun dari matanya.
"Aku memanggil Seyla. Dia akan membawa kalian ke pulau itu. Dan juga akan membantu kalian di sana. Kalian pergi lah sekarang juga..." tegas Alya.
Semua orang mengangguk. Rion menatap Alya. Lalu tersenyum dangan tulus padanya.
"Alya... terima kasih..."
-
Desiran ombak menggema di telinga Alya sekarang. Angin malam menerpa tubuhnya yang sok kuat itu. Jaket hitam kesukaannya masih ia kenakan sampai saat ini. Rambutnya ia kucir menjadi satu seperti biasa. Mata merah Alya berbinar. Dan satu tetes air mata turun mengalir di pipinya.
Rion, Lisa, Torm, dan Clara telah pergi dari tadi menuju pulau Hydra. Berkat Seyla, mereka bisa cepat ke sana tanpa harus menyebrang lautan terlebih dahulu. Mungkin saat ini mereka masih mengumpulkan energi. Agar ketika fajar datang mereka siap untuk bertarung.
Alya membalikkan badannya. Dan di dapati dua orang yang sedang berdiri di sana. Seorang pemuda dengan topeng badut. Dan seorang wanita dengan rambut pelangi.
"Luth... Rusali..." gumam Alya.
Rusali tersenyum pada Alya. Lalu ia maju mendekati Alya. Dan mengelus kepalanya.
"Kau tak harus begitu kan Alya?" gumamnya.
"Benar Alya, kekuatanmu sebagai peri tanpa sayap sudah bangkit. Kau bisa saja mengirim mereka pulang saat itu juga," sambung Luth.
Alya tersenyum kecil, "Tujuan mereka di sini adalah menghapus penyesalan yang ada dalam diri mereka ketika ada di dunia fana. Dan tak adil bagi mereka jika harus kusir dari dunia ini jika semua itu tak mereka capai," jawab Alya.
Rusali kembali mengelus kelala Alya. Dan Luth pun juga melakukan hal sama dari balik topengnya.
"Tapi aku tak mengerti. Kau berlagak seolah menjadi musuh kita. Padahal aslinya kau adalah bagian inti dari kita," hujat Luth.
Alya menyorotkan mata merahnya ke arah Luth. Sambil tersenyum sinis, "Anggap saja... ini adalah salah satu kebohonganku," gumamnya.
Mendengar ucapan Alya, Rusali langsung melepas kepalanya. Walaupun senyuman masih terpampang di wajah Rusali itu.
"Ayo Alya! Kita juga harus pergi ke tempat yang seharusnya," ajak Rusali.
Luth dan Rusali berjalan dan masuk ke dalam gelap gulitanya malam. Di ikuti Alya yang tepat di belakangnya.
Alya hanya diam. Pikirannya semakin berkecamuk. Hatinya pun tak tenang. Sekali lagi, ia berbohong pada orang-orang. Dan sekali lagi. Ia kehilangan akal untuk menepati janjinya pada Layria."Layria maaf, aku tak bisa membawamu pergi dari sana sekarang," Alya mengangkat kepalanya. Melihat Luth dan Rusali berdiri di depannya. "Sebeb saat ini. Ada nasib yang harus kuselamatkan."
-
Quest untuk semua peri tanpa sayap:
"Kembalikan semua orang yang ada di dunia ini ke dunia fana. Jangan sisakan seorang pun di sini. Sebab, pertempuran terdsyat akan kembali terjadi di dunia ini."
~End~

KAMU SEDANG MEMBACA
Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓
FantasySebuah dunia tanpa kesedihan. Apakah itu ada? Layria, seorang gadis yang dulunya memiliki hidup yang sempurna. Tiba-tiba berbalik hidup penuh kesepian dan kekosongan. Bagai dunia tak menginginkannya lagi. Suatu malam, seekor kucing datang padanya...