Kera Kuning, pencuri yang cukup di kenal. Tipe seorang penyihir berelemen api. Menurut kabar ia sering mampir ke sebuah Bar di kota Axis ini. Alasan dia kemari adalah mencari peri tanpa sayap. Itu yang ku dengar.
"Itu sebabnya aku butuh bantuanmu peri tanpa sayap Alya!" Lisa memotong penjelasannya.
Seluruh ruangan bergema. Alya hanya diam tanpa ekspresi. Menandakan ia terganggu dengan perkataan Lisa.
"Peri tanpa sayap itu apa?" tanyaku.
Semua orang menatapku. Membuatku sedikit merasa malu. Namun pertanyaan itu muncul begitu saja dari mulutku.
"Peri biasanya memiliki sayap dan bertarung menggunakan sihir. Itu adalah jenis karakter peri yang ada di dunia ini," jelas Lisa. "Namun ..."
"Namun?"
"Peri tanpa sayap berbeda. Mereka lebih sering menggunakan senjata bahkan sebagian tidak bisa mengeluarkan sihir. Mereka juga tidak punya sayap seperti jenis peri yang lain," lanjut Torm.
"Peri seperti ini, bukan tapi orang yang mendapat karakter peri tanpa sayap pasti ia memiliki misi khusus yang harus di jalankan di dunia ini. Dan itu sebabnya ketika pertama kali mereka sampai di dunia ini mereka tidak di minta membuat karakter mereka. Atau memilih elemen apa yang ingin mereka gunakan. Mereka sudah menjadi peri tanpa sayap. Mau tidak mau mereka harus menerimanya. Dan juga tugas yang mereka pinggul sekarang," sambung Lisa.
Mataku seketika melihat ke arah Alya yang hanya diam tak menjawab seolah tak tertarik dengan topik yang sedang dibicarakan.
-
Seorang peri tanpa sayap berdiri di pinggir jalan. Memakai gaun putih lengan panjang yang tertutup jaket hitam. Kepalanya tertutup oleh tudung jaket kain itu. Payung hitam yang ia bawa menghalangi hujan lebat yang ingin menerpanya. Sepatu hitam menutupi kakinya dari air di bawahnya.
Matanya tertuju pada seorang pemuda yang tertimpa derasnya hujan. Memakai kaos pucat berompi coklat kemerahan. Celana longgar ia padankan dengan sepatu boots panjangnya. Memakai syal kuning keemasan yang melingkar di lehernya.
"Peri tanpa sayap! Siapa sangka kita akan bertemu di sini," ujar pemuda itu.
"Lama tak jumpa, Kera Kuning," ia tersenyum. Begitu pula pemuda itu.
Wuuzh ... suara pedang menghempas air hujan. Lalu lurus menghadap leher tertutup syal itu. Di ujungnya, wanita bertutup Armor menatapnya tajam.
"Ternyata kau lebih pintar dari pada aku ya Lisa," serunya.
"Alya lari ...!!" teriak Lisa dari kejauhan.
Alya melempar payungnya, dan berlari kencang menerobos hujan. Pemuda itu tersenyum tipis, membuat Lisa mendesir kecil dengan giginya.
Buum ... suara letusan terdengar, mengeluarkan asap tebal di sekeliling Lisa. Wajah Lisa mulai cemas. Matanya melirik ke kanan dan kiri. Berjaga-jaga bila ada yang menyerangnya.
Bruuk... pemuda itu mendorong Lisa. Membuatnya terjatuh karena terkejut. Lisa terlihat tak sadarkan diri di tanah. Pemuda itu tersenyum tipis. Tangan yang semua kukunya ter cat kuning mengepal geram. Sebelum akhirnya ia berlari ke arah Alya tadi berlari. Ia berlari dengan amat cepat. Tanpa memedulikan hujan lebat ini.
-
Aku dan Torm berlari menyusuri hujan.
"Gawat, siapa sangka dia tidak ada di Bar itu," keluh Torm. Aku hanya menyengir kecil. "Ngomong-ngomong di mana peri tanpa sayap itu?"
"Alya, dia bilang mau membeli makanan selagi kita memantau Kera Kuning itu," jawabku.
"Gawat, sepertinya peri itu akan habis hari ini. Apa yang dia pikirkan sekarang?"
"Tapi, selama hampir seminggu kami di sini tak ada hal yang mencurigakan di sekitar kamu."
"Itu hanya karena si Kera sedang berwaswas pada para pemburu hadiah yang mengincar kepalanya. Tapi ku rasa sekarang tidak lagi ."
Perasaanku mulai tak tenang. Aku takut sesuatu terjadi pada Alya. Langkah kami terhenti oleh tubuh seorang wanita. Kami seketika panik mengetahui bahwa itu adalah tubuh Lisa.
"Lisa!!" teriak Torm.
Torm berlari ke arah Lisa. Perlahan dia turun ke bawah dan mengangkat kepala Lisa.
"Lisa, Lisa, Lisa, bangun," panggil Torm. Namun Lisa tak kunjung bangun.
Perasaanku mulai tak karuan. Aku mulai teringat dengan Alya. Aku melihat payung yang sebelumnya terlihat Alya bawa terbang ke arah angin bertiup. Dari jauh aku melihat kucing putih basah bersayap berlari melawan angin.
"Siro," bisikku sambil mulai berlari ke arahnya.
"Oi ... Layria mau ke mana kau?"teriak Torm. Namun aku tak mendengarkannya dan terus berlari.
-
Alya terdiam bisu di sana. Tembok penghalang berada di depannya. Menandakan ia sedang berada di jalan buntu. Ia membalikkan badannya, dan terlihat pemuda berambut pirang itu tepat berada di belakangnya.
"Kau tidak bisa ke mana-mana lagi peri tanpa sayap!" serunya.
"Benar juga, lagi pula untuk apa aku tadi lari?" jawab Alya. "Lalu aku sudah terperangkap di sini, lalu apa yang kau inginkan dariku?"
"Tentu saja sihirmu itu," jawabnya tegas.
"Sayang sekali tapi aku tidak punya sihir ..."
"Bohong," ucapnya lantang. "Membuat Alya terkejut dan diam." Aku tahu, kalian para peri tanpa sayap kemari dengan tugas khusus. Tentu wajar saja jika kalian punya sihir yang kuat. Aku tahu ..."
"Apa?"
"Kalian punya kemampuan khusus dengan menggunakan lima elemen sekaligus. Benar bukan?" tegasnya sambil menatap Alya tajam.
Pemuda itu berjalan maju. Membuat Alya harus melangkah ke belakang bahkan hingga terpojok di dinding itu.
"Sayang sekali peri tanpa sayap jarang sekali terlihat. Walaupun ada mereka biasanya bersembunyi sambil menyelesaikan tugas mereka. Tapi aku beruntung bisa bertemu denganmu," ujarnya tepat di hadapan Alya.
Wuuzh ... Alya mengayunkan sebuah belati dari balik jaketnya. Namun dapat di tahan dengan cepat olehnya.
"Sayang sekali ya," gemahnya membuat Alya hanya menggeram.
Traang ... belati itu jatuh ke tanah. Kedua tangan Alya tercengkeram oleh tangan pemuda itu. Tubuh Alya terasa lemas. Seakan semua tenaganya terhisab oleh pemuda itu. Namun Alya tak habis akal.
Bruuk ... Alya menendang perut pemuda itu. Membuatnya merengek kesakitan hingga Alya dapat melepaskan diri darinya.Alya berlari beberapa langkah dari pemuda itu. Sebelum ia berhenti tak jauh dari.
"Awas kau!" geramnya.
"Lihat saja," Alya tersenyum kecil.
Pemuda itu berusaha mengejar Alya. Namun kakinya tak dapat pindah lebih jauh dari tempatnya berdiri. Tubuhnya juga tak dapat di ubahkan dari sana.
"Gravity on," teriakku.
Lingkaran sihir muncul di bawah pemuda itu. Alya melihatku dari kejauhan. Bajuku yang telah diberantakkan hujan, juga nafasku yang terpatah-patah. Siro berlari menghampiri Alya, dan langsung ditangkap olehnya.
"Kau lama Ria!" Alya tersenyum padaku.
"Maaf," jawabku sambil menyodorkan tongkatku ke depan.
To be contiued

KAMU SEDANG MEMBACA
Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓
FantasySebuah dunia tanpa kesedihan. Apakah itu ada? Layria, seorang gadis yang dulunya memiliki hidup yang sempurna. Tiba-tiba berbalik hidup penuh kesepian dan kekosongan. Bagai dunia tak menginginkannya lagi. Suatu malam, seekor kucing datang padanya...