Di atas jembatan kecil. Seorang gadis berdiri sendiri. Kepalanya tertunduk melihat aliran air yang ada di bawahnya. Mata merahnya memantul di atas air. Rambutnya yang menggumpal tertiup angin malam.
Tap... tap... tap...
Suara langkah mendekatinya. Mengalihkan perhatian gadis itu. Tubuhnya sesaat tertarik ke atas. Menegakkan posisi berdirinya saat itu.
Sosok bertudung hitam mendekatinya. Mata merah yang hampir sama dengan gadis itu juga ikut menyorot di atas kegelapan. Dengan dagu yang terangkat, ia seolah menatap rendah gadis itu.
"Maaf menunggu lama Lumina..." serunya.
Gadis itu berbalik. Membuat gaun yang ia kenakan sesaat mengambang tertimpa angin. Senyum tipis ia lontarkan dalam lekukan bibirnya. Sorot matanya dengan tenang bertemu dengan sorot mata sosok bertudung itu di depannya.
"Kau lama sekali datang, Alya..." serunya.
Orang itu perlahan mulai menurunkan dagunya. Ia juga melepas tudungnya. Memperlihatkan rambutnya yang terikat menjadi satu. Dengan nafas berat ia berjalan menuju Gadis di hadapannya itu.
"Apa yang ingin kau cerita padaku Lumina...?" tanyanya, sambil memegang pagar yang ada di atas jembatan itu.
"Iya... ada yang ingin kubicarakan denganmu," ujarnya halus sambil masih tersenyum. "Sebelumnya selamat, kau kini telah menjadi 'Black Heart' dan..."
"Bukannya itu hal yang tak perlu di banggakan," Alya memotong kalimat Lumina.
"Benar juga... terlebih hal itu dikatakan oleh orang yang bukan lagi penjaga dunia ini," jawabnya sambil ikut berjalan mendekati Alya.
"Tidak juga..." desis Alya.
Alya kembali mengangka dagunya. Matanya tertuju pada ribuan bintang yang kala itu bertaburan di langit. Sorot matanya berputar, seolah mencari sebuah bintang terterang di antara mereka.
"Dahulu ketika dunia ini masih gelap, dua orang anak yang berbeda dimensi ruang dan waktu saling bertemu," Lumina memulai sebuah cerita. Membuat Alya sedikit melirik padanya. "Walaupun mereka berbeda waktu, mereka memiliki nasib yang sama. Yaitu... merasa tak diinginkan di dunia mereka itu."
"Untuk sesaat mereka saling berbagi cerita-cerita kelam mereka di dalam kegelapan. Walaupun mereka sendiri pun tak dapat melihat sosok satu sama lain. Membuat mereka berpikir bahwa dunia yang selama ini mereka tempati bukannya dunia yang pantas mereka tinggali. Hingga mereka berpikir, untuk membuat dunia yang bebas dari kesedihan dan penuh kebebasan. Yaitu dunia dengan karakter fantasi ini," lanjut Lumina panjang lebar.
Alya hanya diam tak berkutik. Matanya kini menatap pada permukaan air yang memantulkan bayangan darinya. Wajah lesu terpasang jelas padanya. "Apa tidak apa-apa jika aku melakukan semua ini...?" desisnya lagi.
Lumina menolehkan kepalanya ke Alya. "Apa maksudmu?"
"Aku membantu mereka, tapi diam-diam aku ingin menghancurkan mereka. Aku ingin menyelamatkan dunia ini, tapi... aku tak mengerti apa yang sebenarnya kupikirkan dan yang ingin kulakukan. Aku tidak pamah..." ujar Alya sambil mengeram tangannya.
Lumina meratapi taut wajah Alya yang suram, sebelum akhirnya dia kembali tersenyum kecil. "Apa pun yang ingin kau lakukan, asalkan hatimu merasa tenang dan lega. Itu lah hal yang benar," ujarnya halus.
Alya mencerna perkataan yang di katakan Lumina. Tubuhnya yang awal tegang, perlahan mulai rileks. Ia lalu menatap Lumina dengan bola mata merahnya. "Lumina, ada yang ingin kutanya padamu?"
"Apa?"
"Menurutmu, apa kah aku sanggup melawan para penjaga itu? Para peri tanpa sayap yang berkhianat itu?" tanya Alya tanpa gentar.
Lumina sesaat terdiam. Kepalanya ia telengkan ke kiri, sambil sorot matanya mengarah ke arah yang sama. "Hmmm ... mungkin ..." ia kembali menegakkan kepalanya. "Tapi ... kau takkan mampu bila sendirian," jawabnya.
Alya melepaskan pagar jembatan yang sedari tadi ia pegang. Ia juga berjalan mundur selangkah dari tempatnya berdiri. "Lalu... siapa yang menurutmu bisa membantuku?"
"Kau tahu... ada banyak Diva yang membenci para peri tanpa sayap," serunya kecil sambil kembali tersenyum lebar. Alya melirik senyuman itu dengan sadis.
"Aku tahu..."
"Mereka pasti dengan senang hati akan membantumu," lanjurnya riang.
"Cukup sulit pasti nanti menarik simpati mereka. Tapi ... dengan kekuatanku sekarang, itu tidaklah sulit," senyuman percaya diri muncul pada Alya, dan sorot matanya menyala ke arah Lumina.
"Tentu saja... ah... kenapa tidak kau minta bantuan mereka saja..."
"Mereka...?"
"Ya... teman satu partymu dan Layria. Hubungan yang mereka kait dengan kalian cukup menguntungkan nantinya..."
"Ide yang bagus Lumina," sorot matanya kembali tajam. "Bagaimana denganmu? Kau tidak mau ikut?"
Lumina membalas pertanyaan itu dengan senyuman yang amat lebar. "Makhluk terkutuk seperti aku ini mana bisa membantumu. Kau tahu itu kan Black Heart?"
"Mungkin," Alya tersenyum paksa.
"Bahkan 'Dia' sendiri telah membenciku, apa lagi para pasukannya nanti. Aku tidak bisa membayangkan," bisiknya suram.
"Untuk apa kau khawatir, 'Dia' tak akan tahu kejadian sebesar ini terjadi. Iya kan...?" Alya menyengir lebar.
"Benar juga..."
"Kalo begitu aku pergi dulu..." ujarnya sambil kembali memakai tudungnya. "Tapi urusan kita belum selesai, Lumina..."
"Iya tentu..."
Alya kembali pergi, menghilang di tengah kegelapan malam. Meninggalkan Lumina yang masih berdiri di posisinya tadi. Senyum tipis terpancar darinya. Perlahan ia merangkapkan kedua telapak tangannya. Yang ia dempetkan di depan dadanya. Lalu menutup bola mata merahnya itu.
"Ku do'a kan kau, semoga bisa bebas dari permainan ini. Alya..."
-
Di sini lah aku, berdiri di sebuah tempat asing tanpa arah dan tujuan. Sesekali aku berfikir bisa menjadi orang biasa. Dan bermain di tempat ini dengan tenang.
Namun semua tak seindah itu. Aku justru terjebak dalam permainan ini. Dengan posisi yang tak jelas. Antara kubu yang baik dan yang benar. Pola pikiranku pun ikut rumit, sesuai dengan kehidupan yang kujalani.
Akankah aku bisa mengakhiri permainan ini segera? Tentu saja aku bisa. Bila aku bisa menggapai 'Ratu' dari permainan ini.
Aku Alya... akan datang menyelamatkanmu Ria, dari dunia ini. Dan mengembalikan kebahagiaanmu dulu. Dengan memecahkan cermin takdir itu.
"Dan ini adalah janjiku..."
To be continued
KAMU SEDANG MEMBACA
Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓
FantasySebuah dunia tanpa kesedihan. Apakah itu ada? Layria, seorang gadis yang dulunya memiliki hidup yang sempurna. Tiba-tiba berbalik hidup penuh kesepian dan kekosongan. Bagai dunia tak menginginkannya lagi. Suatu malam, seekor kucing datang padanya...