Ungkapan

337 27 0
                                    

“Tolong bantu aku melawan White Heart!” seruku sambil menundukkan kepalaku.

“Ehh...” semua melihatku dengan tatapan terkejut. Bagaimana mereka tidak terkejut ketika melihat aku yang mengatakan ucapan tidak masuk akal itu.

“Eh... kenapa?” pertanyaan pertama keluar dari Lisa.

Aku mengangkat kepala, lalu menyoroti Lisa dengan mata merahku.

“Aku ingin menyelamatkan Ria dari sana,” jawabku lugas. “Karena itu janjiku.”

Semua terdiam mendengar perkataanku. Aku mengepal kedua tanganku. Menahan emosi yang tak beraturan ini. Aku tak dapat memikirkan apa pun selain tujuanku tadi.

“Baiklah,” hela Rion. “Tapi ceritakan kami, apa yang sebenarnya di rencanakan oleh para Peri Tanpa Sayap!” cengiran menyebalkan keluar darinya. Aku hanya menanggapinya dengan tatapan sinis.

“Rencana? Mereka membuat rencana? Apa?” pertanyaan bertubi-tubi ter ceplos dari Torm.

“Jangan tanya aku musang. Tanya saja pada peri tanpa sayap kita ini,” senyuman Rion semakin membuatku muak.

“Ceritakanlah Alya?”

Aku sesaat diam membisu. Lalu mengambil satu napas panjang, untuk memenangkan diriku ini. Senyum sinis kupertunjukkan pada mereka.

“Mereka tak punya rencana apa-apa...”

“Bohong!” tegas Rion dengan keras.

“Tapi...” lanjutku membuat semuanya kembali terdiam. “Hanya White Heart yang punya rencana.”

Suasana kembali membisu. Bahkan Rion sepertinya tak mengeti apa yang kumaksudkan.

“Anggap saja White Heart adalah dalang utama dalam sebuah pertunjukan. Dia yang mengatur jalan ceritanya. Dan para peri tanpa sayap lain hanya wayangnya yang tak bisa melakukan apa pun. Selain yang di jalankan oleh dalang mereka,” lanjutku.

“Baik, aku mengeti. Tapi... apa rencana White Heart itu?” Rion kembali menyemburkan pertanyaan yang sama.

Aku kembali menghela napas. Lalu memasang wajah malas. “Sebenarnya aku tak tahu. Tapi sepertinya dia ingin menguasai seluruh dunia ini. Dan sangat tertarik pada Layria. Aku tak tahu kenapa?”

“Layria? Dia?” gumam Lisa.

“Iya,  selama ini aku hanya di perintah untuk mengawasi Layria. Aku tak bisa melakukan apa pun karena semua kekuatan di segel olehnya. Dan dia terus mengawasiku,” jelasku.

“Mengawasimu bagaimana?”

Aku tersenyum pilu. “Ketahuilah... Shiro yang selama ini bersamaku itu... dia... adalah White Heart,” ujarku.

“Haa...”

Ekspresi terkejut dan kaget kembali mewarnai wajah mereka. Membuatku  ingin tertawa melihatnya.

“Haa... kucing putih itu?” Clara akhirnya ikut mengajukan pertanyaan. Aku pun hanya menganggukkan kepala.

“Kenapa?” sambung Lisa.

“Ia ingin semua berjalan mulus sampai Layria di tangannya.” Aku menatap sekitar. “Kalian  juga secara langsung di gunakan sebagai wayang dalam ceritanya.”

Brrukk... Torm memukul meja kayu di hadapannya dengan sangat keras. Membuat semua orang sontak terkejut.

“Kau tahu, kenapa tidak mengatakannya dari dulu!!!” emosi  meluap dari Torm. Ia menunjukkan mata marahnya. Lalu mengeluarkan semua cakar dan gigi tajamnya.

“Torm tenanglah,” tegas Lisa. Namun justru di balas tatapan tajam oleh Torm.

“Tenanglah, kenapa kau sangat marah. Aku juga tak bisa apa-apa saat itu. Setidaknya sekarang kalian tahu bukan,” lanjutku.

“Iya, tapi...”

“Torm!!!” ujar Lisa dengan keras dan keras.

Torm mengikuti ucapan Lisa, dan menenangkan dirinya.  Rion masih menatapku dengan tatapan menyebalkan. Hanya Clara di sini yang hanya menyimak. Dan sedikit mengeluarkan kata.

“Para penjaga sedang sibuk dengan urusannya sendiri. Dan kabar yang beredar Jirachi iblis mala petaka itu kembali terlihat.  Ia sepertinya sedang mengumpulkan kekuatan untuk memulai perang lagi. Dalam kondisi seperti ini, menurut kalian bagaimana nasib penghuni dunia paralel  ini?” ujarku sambil memalingkan wajah dari mereka.

“Dari masa lalu. Kita akan di pulangkan lagi ke dunia  kita dulu... dan tak ada kaitannya dengan perang di sini,” jawab Lisa. Aku tersenyum sinis mendengar ucapan lagunya.

“Salah besar,” aku kembali menghadap mereka. “Kalian akan mati di sini. Benar-benar mati,” senyum sinis, tatapan tajam, dan ekspresi yang bercampur antara senang dan sedih. Pasti membuatku terlihat begitu dramatis dan menakutkan.

Keringat dingin keluar dari mereka. Wajah ketakutan dan kaget mewarnai setiap wajah di ruangan ini.  Tumbuh gemetar mereka bisa kulihat jelas.

“Apa... mati?” aku kembali mengaguk dengan ekspresi yang sama.

“Aku tahu cara agar kalian bisa selamat dari sini,” aku mengulurkan tanganku. “Jadi, apa kalian bisa membantuku?”

-

Antara mengutarakan kebenaran, dan menutupi kebohongan.  Itu hal yang selalu kulakukan. Dan sejak kapan. Itu menjadi jalan hidupku saat ini.

-_-_-_

Yaey, Author kembali hidup
Dan cerita ini gak jadi hiatus lagi...
Udah kelar hiatusnya ...
Yaey... ^v^)/

Ngapa juga nih..

Intinya gara-gara banyak masukkan yang buka pikiran saya. Cerita ini gak jadi hiatus. Dan bakal di lanjutin sampai tamat.

Amin...^^)

Semoga masih ada yang mau baca cerita ini. Dan maaf udah ngecewain beberapa dari kalian.

Terima kasih atas perhatian kalian.
Karena kalian adalah penyemangat dan penyelamat saya dalam menemukan jalan hidup.

Salam dari Rashy...^^)/

Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang