20 Resurrection

555 57 1
                                    

Di malam yang cukup tenang. Di mana ketika semua orang tengah tertidur. Seorang gadis berjalan sendirian di tempat asing di temani Pet kesayangan yang terbang mengikutinya. Ia menutupi kepalanya dengan jaket miliknya.

Srek ... srek ... suara semak-semak bergerak. Perhatiannya terkalihkan dan ia pun berhenti. Ia menyengir kecil, matanya terasa dingin menatap semak itu.

“Keluarlah ...!!” serunya.

Seolah mengerti yang di katakakan olehnya, semak itu mengeluarkan sesuatu dari sana. Kucing hitam berwarna hijau terang memakai pakaian badut. Mulutnya berbentuk seakan ia sedang tersenyum lebar.

“Lama tidak bertemu Alya, Siro!” sapanya.

“Lama tidak bertemu juga Luct. Kenapa kau menyuruh kami kemari sekarang?”

“Pertama ayo kita pergi ke tempat di mana tak ada yang mendengar kita,” ujarnya.

Gadis itu mengangguk. Ia pun mengikuti kucing itu yang berjalan menuju kabut yang tebal. Ia terus melihatnya sampai kucing itu menghilang di telan kabut itu. Menyadarinya ia pun mengejar kucing itu dan ikut menghilang ketika kabut itu hilang dari sana.

-

Di setasiun kereta, banyak orang dengan berbagai karakter datang ke sana. Namun yang paling penuh adalah kereta menuju metro City. Namun berkat Clara kami telah memesan tempat di dalam kereta itu.

Empat kursi di sini. Di hadapanku terlihat Alya dan Rion duduk bersebelahan. Mereka saling membelakangi, dan asyik dengan lamunan mereka sendiri. Sedangkan aku menatap keluar jendela. Melihat berbagai karakter yang menarik di sana dan berusaha memalingkan wajahku dari Clara. Bahkan sampai sekarang aku masih belum terbiasa dengan kehadiran Clara di sekitarku.

“Kau tak perlu menjaga jarak denganku," ujarnya. Mendengar suaranya membuatku merasa gugup.

“Maaf ...” aku memberanikan diri menatapnya.

“Tenang saja, aku mengerti kok,” ia menyengir padaku.

“Baiklah tapi rasanya memang sedikit aneh ...”

“Maaf ... aku tidak mengingatmu,” ucapnya suram.

“Ah ... bukan masalah ...”

“Tentu saja masalah. Melihat wajahmu yang seperti itu melihatku, aku sudah dapat menebak apa yang pernah aku lakukan padamu,” ia menundukkan kepalanya dan meremas jari jemarinya. "Jadi aku minta maaf.”

Aku tak menjawab. Mendengarnya mengatakan hal itu membuat perasaanku agak berantakkan. Aku mungkin memang sedikit senang. Tapi melihat wajahnya aku justru merasa bersalah tanpa alasan.
Ia mengangkat kepalanya, lalu menatapku.

“Tapi lupakan saja. Sekarang kita satu Party, jadi jangan terlalu dipikirkan. Ayo kita berjuang,” ia mengatakannya dengan penuh semangat. Membuat perasaanku kembali berubah.

“Iya ...”

Tut ... tut ... tut ... Bunyi peluit uap bergema.
Jeg ... jeeg ... jeg ... jeg
Roda rel mulai bergerak. Semua penumpang merasakan getarannya. Termaksud aku.
Orang-orang yang berada di pinggir kereta mulai menjauh. Begitu pula kereta uap itu yang mulai pergi dari sana.

Pandangan dari jendela mulai berubah. Menjadi hamparan padang rumput luas. Dihiasi pohon dan bunga-bunga yang tersebar secara acak. Beberapa orang yang ada di dekat rel melambaikan tangannya pada kereta ini.

Aku mulai bisa berbicara dengan biasa dengan Clara. Seperti ketika aku berbicara dengan teman-temanku dulu. Seakan kehidupanku yang dulu perlahan kembali. Dan kini aku merasa amat senang sekali. Tapi apakah bila kembali nanti hidupku juga akan berubah?

Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang