11 Penyerangan

779 75 10
                                    

Malam semakin larut. Namun angin tidak terlalu kuat untuk menembus armor wanita itu. Wajahnya penuh kewaspadaan. Ia melirik seluruh penjuru hutan itu.

“Lisa, sepertinya belum ada tanda-tanda dari mereka,” ujar Torm yang ada di sampingnya.

“Benar juga, bagaimana keadaan dari sana Rion?”

Huup ... dari atas pohon Rion turun . Beberapa helai daun ikut terbang. Sebagian melekat di badan dan rambutnya. Dia melompat lalu menyeimbangkan tubuhnya untuk berdiri.

“Tidak ada yang bergerak. Bahkan tak ada tanda-tanda dari makhluk malam, ” ujarnya.

“Kau tahu, sekarang aku mengerti kenapa kau di panggil Kera Kuning,” potong Torm sambil tertawa kecil. Rion menatap Torm dengan sinis.

“Baiklah, kudengar ada seorang Diva yang tinggal di sini. Wajar makhluk malam jarang ada yang berkeliaran,” ujar Lisa.

“Tapi Lisa, karena tidak ada masalah kenapa kita tidak mengecek Alya dan Layria?” tanya Rion.

“Baiklah, ayo kita ke sana.”

Mereka mulai melangkah. Suasana malam di hutan terasa sunyi. Tak ada suara kecuali nyanyian jangkrik. Namun, Wuuzh ...

“Apa ini?”

Seketika sekumpulan asap tebal dengan cepat mengepung mereka. Menutupi pandangan bahkan pendengaran mereka. Wajah panik tertera di raut wajah mereka.

“Apa-apaan ini?” seru Torm.

“Semua merapat, jangan sampai ada yang terpisah!” perintah Lisa.

Mereka mendekat dan saling membelakangi. Wajah mereka terlihat tegang. Posisi menyerang pun mereka tunjukkan. Dengan sigap Lisa mengeluarkan pedang panjangnya. 

“Uhuk ...uhuk ...uhuk ...” Torm mulai batuk berat.

Bruuk ... tubuh Torm jatuh ke tanah. Membuat Lisa dan Rion yang melihatnya cemas. Suasana semakin mencekam di antara mereka.

“Ini gas beracun,” ujar Rion sambil menutupi hidung dan mulutnya dengan.

“Kau benar Ri ...” Lisa membalikkan badannya, namun tak ada siapa-siapa di sana. "Rion ... Rion ... di mana kau?”

Lisa tak menemukannya. Bahkan tubuh Torm juga hilang begitu saja. Dari sisi asap berwarna putih, seseorang berjalan mendekatinya.

“Rion!” panggilnya.

Buuk ... sesuatu menghantam tubuhnya. Membuatnya jatuh tergeletak di tanah. Asap tebal semakin mengurungnya. Hingga ia tak dapat melihat apa-apa atau pun mendengar sesuatu. Namun sebelum kesadarannya hilang. Ia melihat sosok yang ia lihat tadi. Dan kini semua menjadi gelap.

-

Aku terus berjalan. Langkahku semakin terasa berat dan ragu. Namun bayangan teman-temanku terselip di pikiranku. Memberiku sedikit keberanian di hatiku.

Bersama dengan Siro aku terus melangkah. Jauh dari pandanganku, moster mengerikan sedang termenung. Mencium bau  lenteraku dan mendengar suara lonceng  kecil membuatnya menghadapku. Langkahku terhenti. Sedangkan dia berjalan mendekatiku.

Dari sisi lain Alya dan Alfonso masih memantauku. Dengan wajah yang sedikit risau.

“Sepertinya dia masih aman,” seru Alfonso. Alya mengangguk.

Namun pandangan mereka teralih. Dengan seseorang yang berpakaian serba hitam muncul dari dalam hutan mendekatinya.

Melihatnya membuat Alya bangkit. Dia mengambil langkah untuk menuju Layria. Tapi ...

Wuzh ... sebuah pedang berayun tepat di lehernya. Dan hanya berjarak satu inci dari kulitnya. Di ujung sisi pisau itu terlihat seseorang memakai masker dengan rambut keriting. Yang  memakai baju serba hitam.

“Sambutan apa ini?” sinis Alya.

“Tenang saja, ngomong-ngomong robotmu sudah kuberi kantung,” ujarnya.

Alya melihat karung yang ia bawa. Karung itu bergerak-gerak. Alya telah bisa menebak bahwa itu  adalah Alfonso.

“Apa tujuan kalian?”

“Kau lihat saja. Sebab kau akan tetap hidup bersama kami. Peri tanpa sayap,” jawabnya. Alya berdesis kesal.

Aku dan dia saling berhadapan. Kami saling menatap. Semakin aku memperhatikannya, semakin rasa takutku hilang. Ia tak seperti apa yang kulihat malam itu.

“Yuna ...” suara darinya membuatku terteguk. Apa benar-benar ia yang mengatakannya.

Pok ... pok ...pok. .. suara tepukan menghancurkan suasana yang sunyi . Aku membalikkan badanku. Dari sana aku melihat sosok pria. Pria yang sama dengan yang kulihat tadi siang. Aku masih mengingatnya.

“Siapa sangka seorang Cronos bisa takluk oleh penyihir pemula itu. Menyusahkan sekali,” hujatnya.

“Grrr ... grr ... grrr...” aku bisa dengan jelas mendengar suara dari Cronos.

Aku kembali memperhatikannya. Perlahan aku berusaha mengambil tongkat milikku dari balik mantel.

“Jangan dekati dia!” seruku. Suara tawa keluar darinya.

“Kau berani juga ya. Menarik,” ia terlihat mengulurkan sebuah belati dari lengannya. "Tenang, akan aku keluarkan kau dari dunia ini.”

Perasaan ketakutan menyelimutiku. Tapi aku berusaha untuk menguatkan diriku. Suara geraman Cronos semakin keras seiring dengan mendekatnya orang itu.

“Siro ...!!” teriak Alya dari kejauhan.

Siro dengan cepat terbang ke atasku. Bagai sebuah roket yang menembus atmosfer. Ia mengeluarkan cahaya dari mulutnya. Yang lalu dilepaskannya ke arahku.

Criiiiing.... kilauannya hampir menyakiti mataku. Merubah sekelilingku menjadi amat terang. Karena terangnya aku tak dapat melihat apa pun pada saat itu.

Ketika kilauan itu mulai hilang, aku memberanikan membuka mataku. Namun aku terkejut ketika membuka mataku. Aku tak lagi berada di danau itu. Dan aku tak dapat melihat Cronos dan pria itu. Hanya ada Siro yang terbang di bawahku. Aku berada di tempat yang terang dan amat indah.

“Ini ... ladang bunga matahari,” ujar seseorang.

Tanpa ku sadari seorang gadis berkata di sampingku. Ia menatap lurus ke depan. Rambutnya lurus panjang berwarna coklat. Memakai blues merah dan rok pendek sempit hitam. Ia adalah gadis dalam mimpiku.

-

Layria hilang dalam cahaya itu. Begitu pula Siro dan juga Cronos. Pria itu terlihat terkejut. Ketika mengetahui mereka menghilang.

Crek ...creek ... tiba-tiba pepohonan bergerak seakan berusaha keluar dari tanah.

“Apa yang terjadi?” semua bertanya seperti itu.

Sreeet ... sesuatu menarik orang itu.

“Waaa ...!!”

Akar pepohonan menyeret orang yang menyandera Alya. Melihatnya Alya dengan sigap mengayunkan, san tangannya mengambil karung itu. Setelah ia mendapatkannya, ia langsung mengeluarkan Alfonso dari dalamnya.

“Apa yang terjadi?” tanya Alfonso kebingungan.

“Aku tidak tahu. Tapi kita harus pergi,” Alfonso hanya mengangguk.

Alya dan Alfonso berlari pergi dari tempat mereka berdiri. Menjauh, agat terhindar dari bahaya itu.

Braaak ...
Namun langkah mereka terhenti ketika sebuah pohon bergerak menghalangi jalannya. Membuat mereka kebingungan. Dan terpaksa tak dapat ke mana-mana lagi.

Alya menatap ke atas pohon itu. Matanya tertuju pada orang yang duduk di sana. Seseorang wanita memakai gaun hijau berlipat dengan lengan pendek berwarna hijau duduk di dahan pohonnya. Rambut keriting yang senada dengan warna gaunnya berkibar.

“Siapa yang berani mengganggu makhluk malam. Aku Diva hutan selatan tak akan mengampuninya,” serunya sambil menatap dengan mata kuning tajamnya.

To be contiued

Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang