18 Easy

647 52 2
                                    

Baginya dunia adalah sebuah lukisan. Yang hanya bisa di lihatnya saja. Bahkan untuk menyentuhnya, tangan itu tak dapat menggapainya.

Tubuh kering kecil berbaring di atas kasur. Selang pernafasan tersangkut di hidungnya. Jarum infus tak lagi ia rasakan di tangannya. Matanya sesekali berkedip menghitung selama jarum jam per detik. Menantikan kapan ia bisa bebas dari kesakitan yang amat menyakitkan ini. Namun sekarang rasa itu adalah hal yang biasa baginya.

“Tuhan, andaikan aku punya tubuh yang sedikit kuat dari ini. Pasti akan lebih mudah ... bagiku ...”

Matanya terpejam lagi.
Tik ... tok ... tik ... tok ...
Waktu terus berjalan. Setiap detik, menit, dan jam. Namun matanya tak lagi terbuka. Untuk waktu yang cukup lama.

-

Di dalam sebuah ruangan gelap. Hujan masih terdengar dari luar tempat itu. Hanya ada satu lampu lentera di atas kami sebagai penerang.

Kedua tanganku terikat oleh tali serat ini. Di belakangku terlihat Rion yang berada di ikatan tali yang sama denganku. Aku dapat merasakan tangannya yang sempat bergerak untuk membebaskan dirinya. Tapi sekarang mata kami tertuju pada dua orang wanita yang menatap kami dengan terheran dan salah satunya terlihat begitu senang.

“Bagaimana kau bisa menangkap mereka berdua?” tanya wanita bergaun biru itu.

“Lihat dulu siapa yang berhasil menangkapnya. Aku adalah Clara peri tipuan,” sontaknya.

Mata kami masih menatap sinis pada wanita bergaun itu. Dengan mata terkesan dingin seperti biasanya ia menatap kami.

“Bebaskan mereka!” perintahnya.

“Ehh ... kenapa? Aku susah payah menangkap mereka,” hujat Clara. Wanita itu menarik nafas yang cukup panjang.

“Mereka satu Party denganku. Lagi pula kera kuning itu adalah tangkapan salah satu temanku,” jawabnya. Tatapan Clara berubah menjadi dingin.

“Baikalah Lisa, kau adalah ketuanya sekarang.”

Ia mengambil belati dari samping bajunya.
Sreek...
Suara sayatan pisau terdengar begitu nyaring di telingaku. Setelah tali itu terputus, aku berusaha melemaskan pergelangan tanganku yang agak kaku.

“Ada banyak yang ingin kutanyakan. Tapi apa sebenarnya semua ini Lisa?” tanya Rion tajam.

“Sayangnya kau harus menunggu jawabannya bersama dengan yang lainnya,” jawab Lisa.

“Kasihan ya ...” Clara tersenyum sinis. Rion kembali menatap dingin Clara.

“Ayo ... kita kembali ke penginapan!” ajak Lisa.

Kami hanya terdiam seraya mengikuti Lisa. Rion dan Clara masih saling bertatapan. Tapi berhenti ketika Siro tiba-tiba terbang di tengah mereka. Aku tertawa kecil melihatnya.

-

Clik ... ngiiik ...
Pintu terbuka, suaranya membangunkan Torm yang sedang tertidur. Ia membangkitkan dirinya lalu melemaskan badannya yang kaku itu. Torm berdiri dan berjalan menyambut orang-orang yang perlahan masuk ke ruangan itu.

“Lisa ... kau telah kembali?” tanyanya.

“Iya ...”

Matanya yang telah jernih menatap ke arah dua orang yang berwajah murung itu. Tubuh mereka terlihat yang paling basah di antara yang lain. Salah satu di antara mereka yang berambut pirang menatap musang itu dengan sinis. Namun di balas dengan desis senang dari Torm.

“Aku tidak tahu apa yang kau lakukan pada mereka. Tapi kelihatannya menarik,” gumam Torm.

“Benar-benar menarik musang licik," suara melengking mengubah pandangan Torm.

Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang