Berdiri di sana sendiri. Ratusan bahkan ribuan mata termaksud aku menatapnya. Dengan percaya diri menatap semua mata itu dengan senyumannya.
“Bagaimana ini, kalian terlalu banyak. Bagaimana kita mulai dengan babak seleksi,” teriaknya dari ketinggian itu.
“Seleksi?” pertanyaan bergema.
“Benar desu,” ia mengeluarkan kedua tangannya. "Game play,” desasnya.
Segerombolan burung muncul dari belakang Mia. Membelah langit buatan di atas mereka. Meninggalkan garis dan pecahan hologram yang tersebar menutupi Gladiator. Bangku penonton kosong hilang di telannya. Jarak antara orang semakin menjauh. Aku yang awalnya bersama dengan teman Partyku kini kebingungan sendiri . Begitu pula wajah orang-orang yang kulihat di sekitarku.
Bayangan hitam muncul ke permukaan dari dalam tanah. Membentuk gedung-gedung hancur yang tergeletak di tanah. Tiang-tiang yang bengkok dan tumbang berceceran. Jalan aspal yang pecah ku pijak. Debu tanpa aroma mengepungku bersama dengan kebingunganku ini.
Keanehan kembali muncul. Segerombolan televisi kecil bersayap terbang menyebar ke seluruh arena. Dari gambar pecahnya, wajah Mia mulai terpampang jelas.
“Akanku terangkan cara bermainnya,” ucapnya dari balik layar itu.
Aku memfokuskan perhatianku pada layar itu. Aku mengeluarkan tongkat rantingnya keluar. Memegangnya dengan tangan kananku.
“Ketika bel berbunyi setelah aku selesai menjelaskan. Tiga jenis moster akan menyebar di tempat ini. Dengan level permainan yang berbeda,” lontarnya yang pertama.
Layar televisi itu berganti gambar. Menghapus wajah Mia. Dan menggantinya sesuai dan senada dengan yang ia katakan.
“Yang pertama penghuni tanah. Dia adalah para benih. Mereka masuk ke dalam tanah. Lalu dari sana mereka tumbuh menjadi tanaman yang dapat meremukkan tubuhmu,” jelasnya.
Aku mengangguk, menatap aspal pecah di bawahku. Layar itu kembali berubah gambar. Perlahan mulai buram. Sesuai sinar lampu yang bersinar di area ini.
“Kedua penguasa langit. Para tetes hujan. Jangan tertipu dengan nama imutnya. Mereka turun bergerombol dari langit. Lalu menembakkan lem pelekat yang membuat tak bisa bergerak untuk beberapa menit,” lanjutnya. "Lalu yang terakhir adalah yang memiliki level tertinggi di sini.”
Layar itu kembali berganti gambar. Begitupun lampu di area ini. Yang kini berwarna terang keorenan.
“Dia adalah jamur raksasa. Seperti namanya mereka amat besar dan dapat mengeluarkan gas racun. Mereka juga bisa menembakkan bola api. Jadi berhati-hati,” sambungnya. ”Oh ... Masih ada satu pesan lagi. Ini untuk senjata kalian. Harap perhatikan senjata kalian itu!”
Aku menatap tongkat kayu kecilku itu. Terlihat tak begitu istimewa dari sana.
“Di dalam area ini kalian bisa mengupgrade senjata kalian itu. Caranya tinggal bayangkat senjata yang kalian impikan. Skill poin milik kalian juga memengaruhi kekuatan dari senjata itu.”
Aku mulai mengerti jalan permainan ini. Mendengar perkataan itu aku mengulurkan tongkatku ke depan.
“Waktu kalian untuk mengupgrade senjata Cuma sekitar lima menit. Setelah itu permainan di mulai,” wajah Mia kembali keluar dari layar itu. "Waktu di mulai dari sekarang.”
Masih mengulurkan tanganku. Tongkat kecil ku seolah melambai padaku.
“Apa yang harus kubuat,” bisikku dalam hati sambil memejamkan mataku.
Criiing ...
Kilau cahaya muncul menutupi tongkat itu. Tongkat yang awalnya hanya perlu mencapit kedua jariku untuk memegangnya, tiba-tiba bertambah besar. Sehingga sekarang aku harus menggenggamnya dengan seluruh telapak tanganku.“10,” layar hitung mundur telah tampak.
Panjang tongkat itu bertambah. Sekarang ia bahkan hampir setara dengan tinggiku sendiri.
“9.”
Kilau tongkat itu mulai menghilang. Menampakkan bentuk tongkat yang tak lagi sama.
“8.”
Kayu tongkat itu terasa lebih halus dari biasanya. Warnanya kini lebih gelap dari sebelumnya.
“7.”
Di ujung tongkat tempat berbentuk mahkota. Dari sana muncul permata merah delima yang senada dengan gaunku.
“6.”
Permata itu menyala. Lalu keluar rambatan tanaman yang sempat mengikat tanganku.
“5.”
Namun setelah beberapa detik kemudian rambatan itu menghilang. Tersisa bentuk tongkat yang sebenarnya dan yang pernah kubayangkan.
“4.”
Aku menarik tanganku. Lalu memegang tongkat itu dengan kedua tanganku. Mengagumi bentuk tongkatku yang baru. Kilat berwarna merah menyambar dari sana.
“3.”
Aku melepasnya. Dan tongkat itu melambung ke udara. Wajah kagum juga terheran bermekaran di wajahku.
“2.”
Aku kembali memegang tongkat itu di tangan kananku. Menggenggamnya erat-erat. Posisi bertarungpun kutunjukkan ke depan.
“1 ... Game start ... “
Buum ...
Ledakan terdengar dimana-mana. Debu-debu semakin bertebaran di sekeliling.Seperti yang dikatakan Mia, para benih mulai menggali. Lalu muncul sebagai tanaman rambat yang berusaha menangkapku.
Hup ... Buk ... Melompat, lalu berlari. Tubuhku terasa lebih ringan dari sebelumnya.“Wahai petir menyambarlah!” seruku pada tumbuhan yang mengejarku.
Baaazh ... Sambaran kilat merah keluar dari tongkat itu. Dari sana berubah bercabang menjadi petir yang mampu melumpuhkan tiga cabang sekaligus.
“Menyambar!” aku melompat dan mengatakannya lagi.
Satu per satu tanaman itu hancur tersengat menjadi gosong. Semakin aku menyerang, semakin banyak yang terpikat padaku. Termasuk para tetes hujan yang ingin menimpaku dari langit.
Hup ... hup ... Hup ...
Kakiku terus melompat menghindari mereka yang berusaha menimpaku. Tubuhku terasa sedikit berbeda. Bahkan juga perasaan dan pikiranku.Aku terus menyerang. Namun semakin aku menyerang, aku merasa ada yang aneh. Seolah ada yang salah. Seakan-akan ...
“Apa ini benar-benar aku?”
Buum ...
Ledakan demi ledakan terdengar di seluruh area. Suara teriakan dan hisak tangis juga ikut menggema bersamanya. Tempat ini tidak sekedar area bermain bagi peserta saja. Namun juga tempat untuk membuktikan siapa yang lebih hebat dari yang lain.Bayanagn hitam muncul dari pikiranku. Seseorang tersenyum dari sana. Membuat semua keherananku memuncak.
“Kau siapa?”
To be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓
FantastikSebuah dunia tanpa kesedihan. Apakah itu ada? Layria, seorang gadis yang dulunya memiliki hidup yang sempurna. Tiba-tiba berbalik hidup penuh kesepian dan kekosongan. Bagai dunia tak menginginkannya lagi. Suatu malam, seekor kucing datang padanya...