Aku kembali ke ladang itu. Tak ada lagi suara nyanyian. Hanya kesunyian dari malam yang terhias kunang-kunang di sekelilingku. Aku masih belum menyangka bahwa semua telah berakhir begitu saja. Angin malam dingin diam-diam mendekatiku. Namun aku masih terpaku di sana.
"Selamat!" suara asing yang nyaring bergema.
Aku memalingkan wajahku. Tanpa di sangka seorang wanita berdiri hampir mendekatiku. Rambutnya berwarna hijau polkadot. Begitu pula matanya yang bersinar di kegelapan itu. Ia mengenakan gaun hijau seperti daun.
"Kau siapa?" tanyaku. Ia menyengir, tangan terlipat di dadanya.
"Aku Diva hutan selatan. Akulah yang bernyanyi tadi," jawabnya.
"Diva hutan selatan? Tapi bukannya ini daerah utara?"
"Benar, aku kemari hanya mau bilang terima kasih."
"Kenapa?"
"Berkat kau Latios sang Diva hutan utara bisa kembali," tangannya berusaha menggapai salah satu kunang-kunang. "Kau tahu seorang Diva tak akan pernah digantikan kecuali dia pergi dari dunia ini. Bahkan walaupun dia telah berubah menjadi Cronos," ia terus menatap cahaya di tangannya.
Aku ikut menatap cahaya itu. Kedap kedip seolah sedang bernyanyi kunang-kunang itu di tangan Diva itu. Perlahan Diva itu melepasnya untuk melayang bebas bersama teman-temannya.
"Benar-benar menyusahkan. Kami harus terikat dengan dunia ini. Tapi tanpa seorang Diva yang baik tempat itu akan penuh dengan kekacauan. Apalagi bila tidak ada Diva di sana," jelasnya. "Maaf aku malah cerita soal itu ..."
"Lalu kenapa kau di sini. Padahal ini bukan daerahmu?" aku memotong pembicaraannya. Ia menghela nafas panjang.
"Mau bagaimana lagi. Kami para Diva saling terhubung. Jika salah satu Diva tak dapat bekerja dengan baik, Diva lain akan datang dan mengerjakan urusannya. Itu sebabnya aku kemarin untuk memberi hadiah untukmu," lanjutnya.
"Hadiah?"
"Benar, tugas kami para Diva adalah memberi hadiah. Dengan menghapuskan Cronos kau tentu harus di beri hadiah," ia menatapku dengan tajam sambil tersenyum. Membuatku sedikit nyeri melihatnya.
Perlahan tangannya menggeliat menggulung. Seserpih cahaya kecil keluar darinya. Sesaat sebuah benda muncul. Ia terlihat seperti tas gantung kain yang dianyam.
"Tas?"
"Iya, ini tas buatanku. Apakah kau pernah menonton film di mana salah satu tokohnya memiliki kantung yang bisa disia apapun?"
"Iya mungkin aku pernah mendengarnya."
"Fungsinya sama sepertimu. Oh ya, semua barang di kereta hancur milikmu sudah kupungut dan kumasukkan semua ke dalam sini. Aku Diva yang baik bukan," ia tertawa sendiri.
"Kenapa tidak sekalian kau kembalikan kuda dan keretanya. Bukannya mudah bagi seorang Diva," sindirku.
"Ha ... ha ... ha ..." ia tertawa. "Kau terlalu lama dengan peri tanpa sayap itu. Sehingga kau terdengar seperti dia," godanya.
"Alya?"
"Bukankah lebih seru bila berjalan dari pada memakai kereta," ia menyerahkan tas itu padaku. Aku menggapainya.
"Terima kasih," ujarku.
Aku memperhatikan tas itu. Rasanya amat ringan. Apa benar di dalamnya terisi berbagai banyak barang.
"Satu lagi yang ingin kukatakan padamu," aku menatapnya.
"Apa?" wajahnya terlihat tegang.
"Kau jangan terlalu percaya pada peri tanpa sayap itu," jelasnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Wingless (World with Fantasy Character) Tamat✓
FantasySebuah dunia tanpa kesedihan. Apakah itu ada? Layria, seorang gadis yang dulunya memiliki hidup yang sempurna. Tiba-tiba berbalik hidup penuh kesepian dan kekosongan. Bagai dunia tak menginginkannya lagi. Suatu malam, seekor kucing datang padanya...