D u a

140 13 0
                                    

Sekeras mungkin aku berusaha agar tak terlihat rapuh. Tapi didepan mu, aku tak ragu menumpahkan semuanya.

-Tamara Sekala

___

Dengan terburu-buru, Tara melangkah menuju kamar rumah sakit yang sudah di sms kan oleh mamanya. Tak lupa diikuti oleh Akmal yang ada dibelakangnya.

Tara sudah tidak peduli dengan kaki nya yang terasa semakin perih. Akmal juga sudah mengingatkan untuk hal itu.

Kamar 101. Tara mencoba menarik nafasnya lalu menghembuskan perlahan begitu hingga dirinya merasa tenang.

StepMom❤: Ma, Tamara udah ada di depan kamar Papa.

Send.

Sambil menunggu Mamanya, Tara bergerak gelisah dan hal itu tidak luput dari penglihatan Akmal.

Akmal hendak mengucapkan sesuatu, tetapi niatnya itu ia urungkan ketika melihat seorang wanita keluar dari kamar yang dimaksud Tara.

"Mama? Gimana keadaan Papa?" Tanya Tara langsung.

"Rapikan dulu baju kamu, ikat dengan benar rambut kamu. Tamara tenang ya, temui Papa seperti biasa. Karena kamu tau Papa sebenarnya butuh siapa. " Mama Tara mengatakan itu dengan pelan dan lembut agar tidak membuat Tara sakit hati sembari mengusap pelan bahu gadis itu.

Tara mengangguk. Ia memasukkan seragam nya yang awut-awutan kedalam celana sampai terlihat rapi, lalu mengikat rambutnya hingga terlihat rajin.

Dengan perasaan campur aduk, Tara masuk ke dalam.

Disana terbaring seorang pria yang sangat disayangi Tara. Seseorang yang berperan sebagai pahlawan di hidup Tara. Setidaknya itulah yang bisa Tara harapkan sampai suara lemah itu terdengar.

"Damara..?"

Ya. Nama itu lagi.

Dengan tenang Tara menghampiri Papanya yang sedang terbaring lemah diatas bankar. Tersenyum lembut menyapa sosok yang sangat berarti baginya.

"Hai nak, apa kabar kamu?" tanya Papa Tara.

"Seperti yang Papa lihat, Ta.. Eh! Dara baik-baik aja. "

Senyum mengembang di raut wajah pria itu yang semakin hari semakin menua. "Bagaimana sekolah kamu?"

"Masih peringkat tertinggi lagi?"

"Papa pengen deh lihat nilai-nilai sempurna kamu, datang disaat pembagian rapot kamu, dan jadi orang paling bahagia ketika kamu dipanggil ke depan untuk mendapatkan juara tertinggi. Seperti biasa. "

Tara bergeming di tempat. Kalimat-kalimat papa nya sukses menohok nya. Membawanya ke realita bahwa nyatanya Papa masih tidak mengharapkannya. Merasakan perih yang semakin hari semakin menjadi.

"Damara dengar Papa 'kan?"

Ini Tara Pa..

Tara mengangguk sambil tersenyum kecil. "Papa cepat sembuh. Dara ada urusan, Dara pamit dulu ya?"

Raut kecewa langsung terlihat dari wajah Papa Tara, tapi tak lama pria itu langsung mengangguk mengiyakan.

Sambil menunduk, Tara keluar dari kamar inap Papa nya.

Ini sudah ke sekian kalinya dan tetap saja Tamara Sekala Zulvegha masih belum bisa menguatkan diri. Tak kuasa lagi menahan, air mata Tara lolos diikuti oleh isak tangis pelannya. Dada nya naik turun, tubuhnya bergetar.

STAY [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang