Pagi ini lagi-lagi Tara malas untuk beranjak dari kamarnya. Gadis itu dalam mode nyaman hanya berbaring di atas tempat tidur. Matahari sudah bersinar terang seakan memberi tahu Tara bahwa sudah saatnya beraktifitas. Tapi Tara benar-benar malas. Gadis itu memutuskan untuk tidak berangkat ke sekolah, lagipula tidak ada kegiatan apapun di sekolah.
Dan yaa.. Handphonenya tidak berhenti berbunyi. Dari kemarin Veranda dan teman-temannya yang lain terus bertanya apakah Tara akan mengikuti Refreshing Camp dan di grup kelasnya yang lupa di silent Tara terus membahasnya. Tara terlalu malas untuk sekedar mengarahkan tangannya mengambil handphone di nakas.
Tara sendiri bingung akan mengikuti kegiatan sekolahnya itu atau tidak. Tara sudah jarang ikut balapan, uang nya semakin menipis. Untuk membayar biaya kegiatan sekolah nya cukup mahal bagi Tara karena Tara tidak punya uang sebanyak itu.
Yaa Tara memutuskan untuk tidak ikut.
Nada dering handphonenya semakin membuat Tara kesal saja. Dengan malas, gadis itu mengambil handphonenya lalu menekan tombol hijau dan menempelkan pada telinganya.
"Harus di telepon sampe sepuluh kali ya Ra?"
"To the point ajaaa.. Gue mager. "
"Hari ini pendaftaran terakhir. Lo nggak ikut?"
"Enggak gue mager. Udahan ya? Bye Marjuki sayang. "
Tuuttt. Panggilan itu sengaja dimatikan Tara. Tara ingin ikut sebenarnya tapi jika dipikir lagi juga tidak ada untungnya. Lebih baik dirumah, tidak menghabiskan biaya dan cukup bagi Tara untuk bersantai ria.
Tara iseng membuka pesan-pesan yang bercokol di aplikasi khusus chat miliknya.
VerandaKim: Tara yakin nggak ikut? Semuanya ikut lohh.. Nanti Tara ketinggalan seru-seruannya dong.
VerandaKim: Taraaa jawab ihh.. Kok hari ini nggak masuk?
VerandaKim: Yakin seru loh Raaa.. Ayolahh ikut. Kenapa si? Masalah biaya?
VerandaKim: Papa barusan kirim uang bulanan. Aku bayarin ya?
Tara mendengus. Kadang perilaku baik temannya itu membuat diri Tara tersentil. Tara bisa saja menggunakan uang yang selalu diberikan Papanya, tapi masalahnya uang itu bercokol di rekening milik Damara bukan Tara.
Tara jadi memikirkan keadaan Papa dan Mamanya yang masih belum mengabarinya. Sepertinya Tara benar-benar keterlaluan.
StepMom❤: Hi Mom how r u? Gimana keadaan Papa? Maafin Tara yang udah ngebuat semuanya jadi kayak gini. Tara tau Tara salah. Tapi Tara nggak bisa dicuekin gini.
Setelah mengirim pesan itu. Tara mengembalikan handphonenya di nakas dan kembali berbaring. Menutup tubuhnya dengan selimut.
Sejak operasi saat itu memang benar semuanya berbeda. Hal yang pertama Tara lihat adalah dokter dan suster. Kemudian Bi Ina dan Mang Ujang. Tidak ada orangtua dan saudara. Tara menatap seseorang di sekeliling nya dengan tatapan kosong. Wajah ceria nya datar tanpa ekspresi.
Kemudian pintu terbuka, menampilkan seseorang yang ia inginkan keberadaannya. Seseorang yang ingin sekali ia dekap. Seseorang yang ingin sekali ia lihat senyumnya.
Namun semua sirna begitu seseorang itu mendekat, mendekapnya penuh sayang dan mengatakan satu nama yang berhasil membuatnya runtuh dan pecah berkeping-keping.
"Papa tau kamu masih hidup Damara.. "
"AAHHHH" tara bangkit duduk. Mengacak rambutnya sendiri. Ingatan kelam yang tidak pernah ia suka selalu datang menghantui.
KAMU SEDANG MEMBACA
STAY [Complete]
Novela Juvenil_______ Tamara Sekala Zulvegha. Cantik, manis, tinggi ideal, dan berkulit putih. Kamu akan jatuh cinta pandang pertama saat melihatnya, tapi jangan salah. Hati-hati dengan dia. Gadis cantik ini memiliki sifat yang berbalik dari paras indahnya. Dia...