D e l a p a n

109 11 0
                                    


Mobil hitam itu masuk ke dalam garasi. Pengemudi nya segera turun dan berjalan menuju pintu utama.

"Selamat malam tuan muda. Maaf. Anda sudah di tunggu tuan besar dan nyonya di dalam. " Ucap pembantu rumah tangga yang membukakan pintu.

"Makan malam nya sudah siap?" Tanya Akmal.

"Sudah. Hanya tinggal menunggu tuan muda saja. "

"Ya sudah. Akmal masuk dulu. "

Pemuda itu melangkahkan kaki nya masuk ke dalam rumah yang sangat besar itu. Ia menuju kamar nya yang berada di lantai dua dan segera mandi.

Setelah mandi dan berganti baju. Akmal langsung turun menuju ruang makan untuk menemui keluarganya.

Ruang makan itu juga besar dan mewah. Ada meja panjang yang berisi delapan kursi yang kini telah diisi. Ada Ayah Akmal diujung meja, Bunda Akmal di samping kanan dan adik perempuan Akmal di samping Bunda nya.

"Selamat malam Yah, Bun, dan Alicia. " Sapa Akmal sopan kemudian duduk di samping kiri.

"Jam berapa sekarang Akmal?" Tanya Ayah Akmal.

"Tujuh lebih duapuluh lima. "

"Kemana saja kamu selama duapuluh lima menit? Saya tidak suka dengan kata telat. Sudah berapa kali kamu melanggar aturan saya Akmal?" Kini nada bicara Akmal meninggi menandakan bahwa ia marah.

"Maaf. Akmal mengerjakan tugas dulu tadi. "

"Hm. Kalau begitu berikan saya alasan yang tepat kenapa kamu tidak ikut rapat?"

"Akmal ada urusan mendadak. "

"Saya tau semua yang kamu lakukan Akmal. Saya hanya ingin dengar alasan dari kamu. "

"Yah, bagaimana jika makan malam dulu. Akmal pasti juga lelah. " Kini Bunda Akmal yang berbicara.

"Baiklah. Setelah makan malam ini, temui saya di ruang kerja. "

Dan setelah itu, keadaan hening. Hanya ada suara sendok yang beradu dengan piring.

🔥

Setelah memasukkan buku pelajaran untuk besok, Akmal segera berjalan menuju ruang kerja Ayahnya.

Dibukanya pintu besar berbahan kayu itu dan perlahan masuk. Dilihatnya seorang pria yang kini duduk dengan kacamata bertengger dihidung menghadap laptop yang menyala. Rambutnya mulai memutih menandakan bahwa pria itu semakin tua.

Akmal duduk di kursi yang berhadapan dengan Ayahnya.

"Berikan alasan yang tepat mengenai ini. " Ayah Akmal memberikan sebuah amplop berwarna coklat ke arah Akmal.

Akmal sempat terkejut saat melihat apa yang ada di dalam amplop itu, tetapi dengan cepat ia mendatarkan ekspresinya.

"Dia bukan masalah. Dia bukan ancaman. Saya hanya berteman. " Jawab Akmal.

"Bukan ancaman? Hanya karena dia kamu bolos rapat dan keluar sekolah sebelum waktunya. " Sembari melepas kacamata nya, Ayah Akmal menatap lekat anaknya. "Atau kamu suka dengan dia? Akmal. Jangan libatkan perempuan dalam pendidikan kamu. Kamu tau kan target yang harus kamu raih. "

"Akmal tau Yah, sangat tau. Ayah boleh saja mengatur pendidikan Akmal, mengatur apa saja yang harus Akmal lakukan sebagai penerus perusahaan Darmaja. Tapi Akmal juga punya kehidupan sendiri. Akmal cuma remaja biasa. "

STAY [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang