D u a p u l u h s e m b i l a n

54 8 0
                                    

Sudah masuk tiga hari setelah Akmal tidak menjemput Tara sore itu, dan selama tiga hari itu Akmal tak pernah terlihat. Di sekolah tidak ada, dihubungi tidak bisa. Selama tiga hari itu juga, Tara mencoba hidup seperti biasa. Tanpa Akmal. Tara tidak memusingkan hal itu. Biarkan saja, tapi saat dia kembali Tara tidak segan untuk memberikan bogeman pada wajah tampan tapi menyebalkan milik Akmal.

Tara sekolah dengan keadaan seperti biasa. Gadis itu masuk di semua pelajaran dengan catatan selalu tidur bukan memperhatikan. Belakangan ini Tara malas melakukan sesuatu. Jadi ia hanya sekolah, tidur, pulang dan berdiam diri di kamar. Hanya itu.

"Ra, mau ke kantin nggak? Kita berlima mau makan bareng nih. " Ajak Megan yang datang ke meja Tara ketika Tara masih menenggelamkan kepalanya dalam lipatan tangan.

Tara perlahan mendongak. "Duluan aja. Gue nyusul. Sisain tempat. " Ucap Tara lalu bangkit keluar kelas.

"Lah? Katanya tungguin kok dia duluan yang keluar?" Gumam Megan.

Tara melangkah menuju kamar mandi untuk membasuh wajah agar lebih segar. Selepas dari kamar mandi, Tara lalu berjalan menuju tangga untuk turun ke bawah karena kantin berada di lantai satu.
Baru saja menginjakkan kaki di anak tangga kedua, hawa tidak menyenangkan menyerbu.

"Eh ada preman pasar nyasar di sekolah. " Celetuk centil gadis dengan gincu merah dan bedak tebal.

Tara berusaha tidak mendengarkan walau tau sindiran itu untuknya.

"Gue masih belum selesai sama lo!" Ucap Audy sembari mencekal tangan Tara.

Tara menoleh. Membiarkan tangannya masih dalam cekalan Audy.

"Pasti gara-gara lo kan gue diputusin?! Gak tau diri banget sih!" Ucap Audy sembari mencak-mencak centil ingin ditabok.

Audy tentu tidak sendirian, ia bersama dua dayang nya. Rania dan Alina. Keadaan tangga cukup sepi walau masuk jam istirahat karena biasanya mereka melewati tangga satunya agar lebih cepat.

"Curhat?" Alis Tara terangkat satu. Wajah menyebalkan versinya.

"Ya pasti lo 'kan yang ngomporin. Mantan ya mantan aja kali!"

"Kalo mau curhat jangan di gue. Lo punya dua pembantu yang setia dibelakang lo 'kan? Dan kayaknya lo harus ngaca. Xander gak mungkin mau sama cewek yang ke sekolah aja dandan nya kayak tante-tante, baju aja dikecilin iya kalau seksi lemak dimana-mana aja lo bangga. Ngaca dong!" Ucapan panjang penuh sindiran dari Tara itu semakin membuat Audy geram.

Cekalan pada tangan Tara semakin kuat hingga kuku Audy menancap, tetapi Tara tidak kesakitan sama sekali.

"Seharusnya lo yang ngaca! Sekolah gabener, seragam sangat keluar aturan tapi masih aja keliaran. Ga berguna. "

Karena Tara malas meladeni hal yang akan semakin panjang. Tara mengibaskan tangannya yang dicekal kuat oleh Audy lalu Audy tersungkur dan bergulung-gulung jatuh hingga tangga paling bawah.

"Lo gila kak?" Teriak Rania sembari mendorong pundak Tara.

"Lo sentuh gue. Mau gue buat kayak gitu?" Tatapan tajam Tara menghunus.

"Ish!" Rania segera menarik Alina untuk turun menolong Audy yang sudah kesakitan.

Tara pun hanya kembali melangkah dengan santai melewati tiga adik kelas centil sok berani yang heboh sendiri disana.

Suasana kantin pun sudah ramai. Tara menelisik mencari dimana kelima teman yang mengajaknya makan. Tara menemukan mereka sedang menikmati makanan sembari bersenda gurau di meja pojok kantin. Tara pun segera menghampiri mereka.

STAY [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang