S e b e l a s

77 9 1
                                    

"Jangan menjauh. Nanti aku Rindu."

Akmal Pradipta

Setelah keluar dari taxi dengan berjalan pincang, Tara segera menuju kelasnya walau dengan susah payah berjalan.

Kakinya terkilir dan lututnya sobek padahal luka yang kemarin baru saja sembuh. Untung saja tidak patah tulang yang menyebabkan kakinya tidak bisa berjalan. Selain luka itu, dahi Tara juga terluka. Luka sobek yang tidak terlalu panjang dan dalam membuat Tara memakai bandana untuk menutupi dahinya itu.

Sesampainya di kelas, Tara langsung duduk di bangku nya dengan tenang. Ia melirik tas hitam yang berada di atas meja nya. Itu bukan tas milik Veranda, itu tas Akmal. Dan dengusan terdengar dari mulut Tara.

"Ra, aku lihat kamu tadi jalannya pincang gitu. Kamu kenapa?" Veranda yang baru masuk kelas langsung menghampiri Tara dan duduk disebelahnya.

"Biasa. Jatuh waktu balapan kemarin. Untung gak sampai patah. " Jawab Tara kelewat santai padahal Veranda sudah sangat khawatir.

"Udah ke dokter? Itu dahi kamu juga luka ya? Mangkanya ditutup begitu. Sini aku lihat. " Ucap Veranda lalu melepas bandana Tara perlahan walau belum mendengar jawaban dari mulut Tara.

"Itu lukanya belum di obatin ih Tara kebiasaan! Bisa infeksi tau nggak!" Omel Veranda lalu mengambil kotak putih kecil didalam tas nya dan mengambil obat merah serta kapas.

Tara hanya diam membiarkan Veranda berkutat pada lukanya. Sakit memang rasanya, tapi Tara tidak suka diobati. Ia lebih suka melihat luka karena dengan itu dia bisa melihat seberapa kuat tubuhnya dapat bertahan.

"Kemarin sempet dianterin si Diandra ke puskesmas, tapi gue nolak. Jadi langsung pulang aja, untung Mama gak ada dirumah. Udah sempet dibersihin kok, gue tutupin bandana biar muka tengil gue jadi lebih keren. "

"Kebiasaan deh kalau luka suka dibiarin! Untung aku bisa ngobatin, kalau dibiarin bisa infeksi tau Ra. " Veranda menekan kapas pada luka dengan sedikit keras sehingga Tara meringis merasakan sakit.

"Iya iya Ve, nanti gue obatin. Sakit kali!"

Veranda tersenyum puas melihat Tara mau menurut. Sahabatnya memang keras kepala dan Veranda sangat sayang ia tak mau Tara kenapa-napa.

Setelah memberikan plester pada luka Tara, Veranda segera beranjak dari tempatnya.

"Loh Ve? Mau kemana?"

"Ke tempat aku lah, kamu kan duduk sama Akmal sekarang. "

"Ve pindah dong, gue gak betah nih. " Rengek Tara dengan wajah yang sengaja di melas melas kan.

Veranda terkekeh geli. "Kalau Akmal bisa buat kamu belajar dan gak bolos. Aku gak mau pindah. Aku mau kamu jadi yang lebih baik Ra. Dan Akmal adalah orang yang tepat buat kamu. "

Tara hanya mendengus sebal lalu menenggelamkan wajahnya diantara lipatan tangannya.

🔥

Suasana kantin sangat ramai, membuat beberapa anak berdesak-desakan. Tetapi saat seorang gadis lewat dengan tatapan tajam yang mengarah ke seluruh anak, gerombolan anak yang menerobos masuk kantin jadi pecah seakan memberikan jalan pada gadis itu. Dengan langkah pincang yang pasti, gadis itu menuju bangku pojokan dan duduk di atas meja.

"Hai honey!" Sapa Xander.

Tara duduk diatas meja kantin yang berada di pojokan. Dimana pentolan sekolah berkumpul. Hanya Tara satu-satunya perempuan yang berada di kelompok itu.

STAY [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang