E p i l o g

133 7 0
                                    

Jakarta, 3 Juli 2018

Setahun yang lalu aku telah berhasil lulus dari SMA dengan nilai memuaskan. Menerapkan semua sarannya yang tak pernah lagi ku dengar. Menghabiskan sisa satu tahun di sekolah dengan belajar tanpa dia. Tahun lalu aku mengikuti beasiswa di sekolah desainer terkenal di London. Namun, mungkin masih bukan rezeki, aku belum diterima. Aku menjalani hari-hari ku dengan belajar di kursus design fashion rekomendasi Mama.

Tahun ini aku kembali mengikuti tes beasiswa itu. Mama selalu menyemangati. Ada lima sahabat ku juga yang ikut menyemangati ku. Banyak hal yang ku habiskan selama setahun ini walau tanpa ada dia lagi.

Aku sengaja untuk meminta dia tidak menghubungiku begitu sebaliknya. Jika kita sudah sukses dengan tujuan masing-masing, saat itu akan tiba.

"Tamaraaaaa.. " Suara lembut Mama menjadi sedikit melengking belakangan ini. Beliau terlalu bersemangat saat mengetahui bahwa aku lulus tes beasiswa dan akan berangkat ke London.

"Rumah kita bukan di hutan Ma. Gaperlu teriak gitu, Tara udah denger. " Ucap ku sembari menuruni tangga untuk menyusul Mama yang berada di ruang makan.

"Besok kamu sudah harus berangkat 'kan? Semuanya udah siap? Udah packing? Jangan sampai ada yang ketinggalan. Barang-barang yang berat nanti biar Mama kirim aja. " Dan yaa.. Mama jadi sedikit cerewet. Aku menerimanya, aku senang Mama masih ada di sisiku.

"Sudah Ma.. Aku mau ke rumah Ve dulu lalu pamit pada Bunda, Papa dan Damara. " Ucap Tara lalu mencium kedua pipi Mama nya dan pamit untuk pergi.

Kendaraan motor ku berganti jadi mobil sekarang. Aku sering membawa barang yang banyak jadi Mama membelikan mobil untukku.

Pagi ini rintik-rintik hujan masih menghiasi Jakarta. Aku melajukan mobilku dengan tenang menuju rumah Veranda. Ada beberapa hal yang harus ku urus bersamanya.

Ku berhentikan mobil ku di halaman rumah Veranda. Aku langsung turun dan masuk ke dalam rumahnya.

"Oh hai Ra. " Sapa Kakak Veranda yang baru pulang beberapa hari lalu dari kuliahnya.

"Hai Kak Yoora. Ve nya ada kan?" Tanya ku.

"Langsung aja ke kamar. Aku duluan ya. " Jawab Yoora lalu melewati ku dan keluar rumah.

Aku pun langsung menuju kamar Veranda yang berada di lantai bawah. Tanpa mengetuk aku langsung masuk ke kamarnya.

"Hai Ra. Ketemu Kak Yoora di depan?" Tanya Veranda ketika aku masuk dan duduk di sofa kecil yang ada di kamarnya. Kamar bernuansa pink yang menggambarkan kepribadian Veranda.

Aku hanya mengangguk. Lalu Veranda ikut duduk disampingku sambil membawa sebuah map berisi kertas-kertas.

"Jadi apartemen kamu disana udah siap. Ada Sandra juga disana. Tapi pas kamu baru tiba di airport, Sandra gak bisa nemenin. Dia ngasih alamat buat ketemuan di London nanti. " Jelas Veranda.
Sandra. Sahabat ku satu itu berhasil masuk di salah satu universitas khusus memasak. Dia bercita-cita untuk membuat toko roti terkenal buatan nya sendiri.

"Semua udah siap 'kan? Mama terus aja nanyain. Beliau emang terlalu semangat. " Ucap ku.

"Pokoknya kalau udah sampai sana langsung hubungi aku. Gak pakai ditunda. Mengerti Tara?"

Aku mendengus. Kebiasaan Veranda adalah mengomel. "Ternyata lo sama aja kayak Mama. "

💫

London, 05 Juli 2018

London bulan Juli terasa dingin. Aku mengeratkan mantel ku dan kembali berjalan sembari menyeret koper ku. Membaca sebaris tulisan di sebuah kertas yang diberikan Veranda.

STAY [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang