T u j u h

95 10 0
                                    

"Ayah?"

Akmal semakin menguatkan genggaman tangan pada Tara dan mendekatkan gadis itu padanya. Seperti melindungi.

"Apa yang sedang kamu lakukan?"

Seorang pria berumur sekitar 40-an dengan setelan jas formal di temani 2 pria lainnya yang berbadan besar, berwajah sangar seperti bodyguard.

Tara sedikit bingung. Apa yang dilakukan Ayah Akmal disini? Apakah ada pertemuan wali murid? Atau memang Ayah Akmal salah satu orang penting? Dan kenapa Akmal seakan tak ingin ia jauh jauh dari sekitarnya.

"Akmal, saya sedang bicara dengan kamu!" Tambah pria itu lagi saat tak mendengar jawaban dari Akmal.

"Maaf sebelumnya Yah. Akmal ada urusan jadi tidak langsung pulang kerumah. " Jawab Akmal. Tangannya turun dari pergelangan Tara menuju telapak tangan Tara dan menggenggam erat tangan itu.

"Urusan kamu dengan gadis perempuan seperti berandal ini?"

Tara memang berantakan, tak bisa kah pria itu menyebut nya dengan pelan? Tara sangat sadar dengan keadaannya sendiri.

"Kesalahan apalagi yang Akmal lakukan?"

Pria itu tersenyum simpul yang tampak seperti senyum miring dari pandangan Tara. "Dalam seminggu ini kamu sudah bolos rapat dan telat memberikan laporan. Kamu juga sudah dua kali ijin keluar sekolah. Apa ini berkaitan dengan gadis itu?"

Akmal berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Kita selesaikan ini di rumah. Tunggu Akmal saat makan malam. Akmal permisi. " Setelah mengangguk sopan, Akmal berbalik begitupun Tara.

"Kamu tau kan Akmal, kamu harus bagaimana ketika menjadi keluarga Darmaja. Jauhi masalah selama kamu masih dalam pengawasan saya. "

"Saya sangat mengerti. "

Setelahnya Akmal berjalan cepat menuju mobilnya. Membantu Tara masuk ke dalam kursi disamping kemudi lalu berputar menuju kursi kemudi nya.

Di dalam mobil, Akmal langsung menyandarkan tubuhnya ke kursi dan menutup matanya dengan lengannya sembari mengatur nafas.

"Mal..." Panggil Tara lirih. Percayalah, Tara tidak pernah selembut itu. Ia hanya bingung melihat Akmal.

"Yaudah pulang aja deh, gak usah ke mall. Pasti lo capek. " Tambah Tara karena Akmal tak bergerak dari tempatnya.

Hening beberapa saat. Membuat Tara bingung harus melakukan apa.

"Ayo jalan. Gue temenin lo kemana aja yang lo mau. " Akmal menyalakan mesin lalu mengemudikan mobil keluar area sekolah.

"Lo beneran gapapa? Gak jalan juga gak pa-pa kok, gue bisa keluar sendiri. "

"Gue gapapa. "

Tara bukannya tidak enak dengan Akmal. Ia hanya ingin bebas. Tara bisa menggunakan keadaan ini agar bisa keluar dan balapan nanti malam. Dan satu hal, Tara tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Akmal. Sama sekali tidak peduli.

Tapi Tara penasaran. Pria ber jas yang sepertinya Ayah dari Akmal itu membuat Tara penasaran. Kehidupan bagaimana yang dimiliki Akmal.

"Hmm. Mal. Tadi itu Ayah lo ya? Kok kayak orang penting banget gitu sih?" Tanya Tara akhirnya.

Jeda beberapa saat sebelum Akmal menjawab.

"Yaa.. Seperti yang lo lihat tadi. Itu Ayah gue. Sori kalau dia agak jujur dengan sifat lo. "

"Ya ya ya, gue gak tersinggung dengan itu. Kayaknya Ayah lo itu sangat sangat berambisi untuk menjadikan anaknya yang terbaik. Am i right?"

STAY [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang