Ternyata Perasaan tak Bisa Ditutupi (Bagian VI)

660 55 0
                                    

Tepat satu minggu selanjutnya, pengumuman penerimaan mahasiswa sudah diumumkan.

Kelima sahabat itu pun sudah diterima dikampus yg sama, hanya jurusannya saja yg berbeda. Jika Marsha dan Ruth memilih untuk masuk di jurusan seni musik, beda dengan Vanya Malvin dan Zalfa yg lebih memilih jurusan seni tari.

Walau berbeda jurusan, tp mereka sama2 di Fakultas Seni sehingga masih sering bertemu dan berkumpul bersama.

"Ute kita keterima" teriak Marsha pada Ruth yg waktu itu sedang dikamarnya.

"Ehh sini, ada VC dari Cejo nih" katanya lagi meminta Ruth untuk mendekat dan melihat laptopnya.

"Haiii" sapa Vanya dari layar laptop.

"Haii Cejo" balas Ruth dan Marsha bersamaan.

"Ini si Zalfa sama Coco mau gabung jg" kata Marsha lagi.

"Guys kita sekampus. Gue seneng bisa bareng kalian lagi" teriak Zalfa.

"Iya, kita jg seneng" balas Ruth.

"Lusa kita udh mulai ospek nih. Besok ke mall yuk cari peralatan" ajak Malvin.

"Boleh tuh, lo jemput kita2 yaa" ucap Vanya.

"Beres, gue jemput jam 10 yaa". Mereka terlihat sangat bahagia dan bersemangat untuk menjadi anak kuliahan.

****

"Lo dimna? Gue udh keluar nih" kata seorang lelaki melalui sambungan teleponnya.

"Gue udh didepan. Lo keluar bandara dulu gih! Ntr jg lo liat mobil gue" jawabnya yg kemudian memutuskan sambungan teleponnya.

"Whats up Bro" kata lelaki itu yg kemudian memeluk sepupunya.

"Lo apa2an sih Ngga peluk2, ntar kita dikira jeruk makan jeruk" balasnya.

Angga yg mendengar ucapan Devin hanya tertawa dan kemudian masuk ke mobil untuk menuju apartemen Devin.

****

Setelah selesai membeli peralatan untuk keperluan ospek, kelima sahabat itu pun mampir disebuah caffe favorite mereka.

"Kalian mau pesen apa?" tanya Vanya.

"Kaya biasa aja, Chocolate Milk" ucap Marsha.

"Gue hot Coffelatte ya" ucap Malvin.

"Zalfa lo pesen apa?" tanya Vanya lg.

"Gue ikut kesana lah, mau liat ada menu apaan".

"Gue juga ikut" sambung Ruth.
Dan mereka bertigapun menuju kasir untuk memesan.

Ketika Vanya Ruth dan Zalfa berjlan menuju kasir untuk memesan, Marsha sedang asyik dengan HPnya.
Dan Malvin, Malvin masih terus saja memandang punggung gadis berambut blonde yg sedang menuju kasir.

Marsha yg sadar akan hal tersebut, memulai pembicaraan. "Udh kale jangan diliatin mulu. Klo berani samperin donk! Ajakin pacaran!" ucapan Marsha membuat Malvin gugup dan kemudian menoleh ke arahnya.

"Lo tau?" tanya Malvin.

"Emang gue sebego itu gk bisa liat klo lo suka ama si Cejo" bls Marsha.

"Emang keliatan banget Sha?" tanyanya lg.

Marsha hanya menganggukkan kepala.

"Please jangan bilang2 ya! Lo kn tau si Cejo anti bgt pacaran sama sahabat sendiri" ucap Malvin lagi.

"Tapi sampe kapan lo cuma liatin dia doank kaya gini?" tanya Marsha.

"Gue bakal nyatain perasaan gue kok Sha, tapi tunggu moment yg tepat. Gue cuma takut dia marah sama gue, lo bantu gue ya!" jls Malvin.

"Gue pasti bantu kok. Gue jg seneng klo lo bisa jadian sama dia" ucap Marsha lg.

"Kalian ngomongin apa?" tiba2 suara Zalfa mengagetkan mereka berdua.

"Gk kok, nih si Coco takut besok dikerjain sama senior" jawab Marsha asal.

"Udh gk usah takut, lo kn cowok" ucap Vanya sambil menepuk bahu Malvin.

Malvin hanya terdiam dan matanya terus menatap gadis yg kini sudah berdiri disampingnya.

A Love Story (Completed) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang