Memperbaiki Keadaan (Bagian XXXIV)

553 51 8
                                    

Pagi ini Bastian sudah berpakaian rapi karena ingin menemui kekasihnya dirumah Marsha.

"Vin, gue pinjem mobil lo lg ya? Mau kerumah Marsha gue" ucapnya yg kala itu duduk disoffa dan melihat Devin yg baru keluar dr kamar mandi.

"Tunggu! Gue ikut!" bls Devin yg kini berada didpan pintu kamar mandi dan masih mengenakan handuk.

"Ya udh buruan!" pinta Bastian.
Devin pun masuk kekamarnya. Dan tak lama dia pun sudah kembali dgn pakaian yg tak kalah rapinya seperti Bastian.

"Yuk berangkat" ucap Devin yg kemudian berjalan keluar diikuti Bastian.

****

Dirumah Marsha, Ruth sudah bangun sejak tadi. Dia sudah mandi, dan berdandan rapih. Namun tidak dengan Marsha, karena saat ini tubuhnya masih terbalut oleh selimut pink kesayangannya.

"Ting tong"
Suar bel dirumah Marsha berbunyi. Ruth pun berjalan menghampiri pintu dan membukanya. Terlihat sosok kekasihnya ditemani sahabatnya yg paling setia sedang berdiri disana.

"Haii sayang" sapa Bastian yg dibls senyuman oleh Ruth.

"Masuk yuk! Aku mau belanja dulu ya! Kalian disini dulu gk pa2 kn?" tanya Ruth.

"Aku anter aja ya sayang!" tawar Bastian.

"Terus Kak Devin?" tanya Ruth.

"Devin biar aja disini! Kn ada Marsha" bls Bastian.

"Oh ya sampai lupa. Marsha masih tidur, kayanya dia kecapean bgt" ucap Ruth.

"Ya udh ya Vin, lo disini aja gk pa2 kn?" tanya Bastian yg dibls anggukan oleh Devin.

"Aku pergi bentar ya Kak. Marsha ada dikamarnya, bangunin aja gk pa2!" jelas Ruth yg kemudian pergi bersama Bastian.

****

Devin kini sudah berada dikamar Marsha.
"Bangun woy! anak cewek kok bangunnya siang!" ucap Devin yg kala itu sedang berdiri disamping ranjang Marsha.

Namun Marsha tak merespon, wajah dan tubuhnya masih tertutup selimut. Devin pun menarik selimut yg menutupi wajah Marsha, dan dia melihat Marsha sedang menggigil dgn bibir yg sangat pucat.

"Lo demam?" tanya Devin dgn menyentuh kening Marsha.
Marsha pun hanya mengangguk lemas.

"Gue cariin obat dlu ya? Tempat nyimpen obat lo dimana biasanya?" tanyanya lg.

Marsha pun menunjuk meja yg ada disebelah kanan lemarinya, dan Devin langsung mencari obatnya disana.

"Nih diminum!" pinta Devin sambil membantu Marsha bangun dan kemudian memberinya obat dan segelas air.

"Ya udah, lo istirahat aja ya!" pintanya lagi yang kemudian membantu Marsha untuk berbaring.

****

Ruth dan Bastian kini sedang berbelanja diswalayan.

"Sayang, Ayah aku dipecat dari kerjaannya" ucap Ruth yang kala itu sedang berjalan disebelah Bastian.

Bastian yg mendengar perkataan kekasihnya itu, langsung menghentikan langkahnya dan menyingkirkan tangannya dr stroller yang dari tadi didorongnya.

"Kamu serius? Pasti Papa yg udh.." ucapannya terhenti ketika tiba2 Ruth menempelkan telunjuknya dibibir Bastian.

"Ini salah kita. Papa kamu cuma pengin kamu balik kerumah!" jelas Ruth.

"Aku pergi dari rumah, cuma buat perjuangin cinta kita!".

"Tapi apa kamu pernah mikirin imbasnya buat orang lain? Buat keluarga kamu? Buat keluarga aku?" Ucap Ruth dengan wajah senduhnya. Hampir saja dia meneteskan air mata, namun dia masih bisa mengendalikan emosinya.

"Maafin aku ya. Mungkin aku gk pikir panjang wkt ambil keputusan ini. Tp klo aq diam aja, Papa bakal terus maksain kehendaknya".

"Tp dia memang punya hak atas itu! Karena dia tetep orang tua kamu. Kamu pulang ya! Kamu bisa omongin semuanya baik2! Sama orang tua kamu, sama cewek itu dan keluarganya jg!".

"Sayang!". Bastian meletakkan tangannya pada bahu kekasihnya.

"Please! Kamu percaya kn sama aku?" Ruth mulai berkaca-kaca

"Tapi..".

"Aku percaya bgt sama kamu! Dan aku harap, kamu jg bisa percaya sama aku!".

"Aku sayang sama kamu Ruth!".

"Aku jg sayang sama kamu! Aku janji, aku bakal terus ada disamping kamu! Jd, kamu pulang ya!".

"Ok, aku bakal pulang. Demi kamu, karena aku percaya sama kamu!". Bastian membawa tubuh Ruth kedalam pelukannya.

****

Pagi ini Vanya sedang sarapan bersama keluarganya. Tp tiba2 telepon rumahnya berdering, dan tak lama asisten rumah tangganya pun memberitahu jika itu telepon untuk Vanya.

"Hallo".

"Iya, ada apa Co?".

"Gk, udh gk pa2 kok. Udh bisa dibuat jalan jg".

"Boleh, kemana?".

"Iya, nanti kesini jam brpa?".

"Ok deh. Sampai ketemu nanti"

Sambungan telepon pun terputus dan hanya terdengar suara Vanya, tanpa terdengar suara lawan bicaranya.

****

Devin kini masih setia menjaga Marsha. Dia selalu berjaga disampingnya untuk mengompres kening Marsha agar demamnya turun. Sekali dia turun kedapur untuk membuat bubur. Ketika bubur sudah jadi, dia kembali kekamar dan membawakan bubur itu untuk Marsha. Meskipun Marsha belum bangun, namun dia khawatir jika nanti Marsha merasa lapar ketika membuka mata.

"Kak Devin" ucap Marsha ketika membuka mata dan melihat sosok Devin ada disampingnya.

"Lo udh bangun? Udh enakan?" tanya Devin yg dibalas anggukan oleh Marsha.

"Lo laper gk? Makan ya! Udh gue buatin bubur" tawarnya yang lagi2 hanya dibalas anggukan oleh Marsha.

Marsha mulai membenahi posisinya untuk duduk. Namun karena masih lemas, dia tdk bisa bangun sendiri. Maka Devin pun membantunya. Tangannya memegang pundak Marsha sebagai tumpuan untuk membantunya bangun. Ketika Marsha membenahi posisinya, tiba2 mata mereka saling bertemu disatu titik yg sama. Titik dimana suasana berubah menjadi rasa nyaman dan bahagia.

"Knpa gue deg2an lg sih tiap deket Kak Devin? Pertanda apa ini? Apa gue suka? Gk mungkin!" batin Marsha.

Devin pun kini memalingkan pandangannya dan meraih mangkok bubur yg ada dimeja.

"Gue suapin ya?" tawar Devin.
Dan untuk yg ketiga kalinya, Marsha hanya mengangguk. Sepertinya dia sudah tersihir oleh kharisma Devin yang baru akhir2 ini disadarinya.

****

Ruth dan Bastian kini sudah selesai berbelanja. Mereka pun memasuki mobil dan kembali kerumah Marsha.

"Sayang, kamu marah sama aku?" tanya Ruth yg dibls Bastian dgn menggelengkan kepalanya.

"Yakin? Kenapa diem?" tanyanya lg.

Bastian kini menghela nafas panjang. "Aku cuma lg ngumpulin keberanian" ucap Bastian lirih.

Ruth kini meraih pundak Bastian, dia berusaha menyemangati kekasihnya itu.
"Aku yakin kamu bisa! Dan kamu harus inget! Klo aku bakal terus ada disamping kamu!" jelas Ruth.

Bastian kini tersenyum kearah kekasihnya. Sepertinya dia sudah memiliki keberanian untuk menyelesaikan semua permasalahannya.

****

Malvin kini sudah sampai dirumah Vanya. Dia pun mengambil ponsel dan menghubungi Vanya.

"Hallo".

"Gue udh didepan rumah lo nih!".

"Gk usah lah gue tunggu sini aja".

"Iya, buruan!" Sambungan telepon pun terputus.

Tak lama Vanya sudah keluar dr gerbang rumahnya. Dia mengenakan kaos berwarna pink yg dipadukan dgn jaket denim dan celana jeans panjang berwana biru mudah, senada dgn warna jaketnya. Dia terlihat cantik dlm balutan pakaian sederhana alanya.

TBC.

A Love Story (Completed) ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang